Bab 2. Deal!

1068 Kata
Happy Reading. Siska mendapatkan telepon dari adiknya yang mengatakan jika ayahnya drop kembali. Kondisinya semakin parah dan sekarang sudah di bawa ke rumah sakit. Terpaksa dia harus meminta izin pada Gazelle jika dia harus ke rumah sakit untuk melihat kondisi sang ayah. Wanita itu masuk ke dalam ruangan sang atasan setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk. Gazelle menatap wanita yang baru satu jam lalu menolak untuk menjadi kekasihnya. Bahkan Siska mengira jika dia hanya dijadikan tameng belaka. Padahal sejatinya tidak seperti itu. Gazelle hanya tidak bisa mendekatkan dirinya kepada wanita yang sejak dulu dia cintai tetapi yang juga dia lukai. "Ada apa?" tanya Gazelle menatap Siska. Dua bulan ini dia ingin mendekatkan diri pada wanita itu, tetapi sangat sulit karena Siska benar-benar membatasi diri. "Bolehkah saya keluar di jam kantor sekarang, Pak? Ayah saya masuk rumah sakit," ujar Siska. Dia takut jika Gazelle menolak permintaannya karena dia tadi menolak permintaan Gazelle yang menginginkan dia untuk menjadi kekasihnya. "Apa kamu sedang bernegosiasi waktu denganku? Bukankah kau sangat tahu jika waktu itu sangat berharga?" "Saya minta waktu satu jam saja, Pak. Saya pastikan akan sampai kantor tepat waktu," mohon Siska. Gazelle terdiam sebentar sebelum dia menjawab. "Baiklah, tapi aku harus ikut," ujar lelaki itu. "Kenapa Bapak ikut?" tanya Siska heran. Pria yang tidak banyak memiliki waktu untuk sekedar beranjak dari tempat duduknya itu tiba-tiba menginginkan ikut dengannya. Bukankah itu adalah hal yang sangat konyol? "Aku ingin tahu kondisi ayah kamu, sudah sangat lama kita tidak bertemu," jawab Gazelle. Lebih tepatnya sudah belasan tahun Gazelle tidak bertemu dengan ayah Siska. "Bapak tidak perlu ikut, ayah saya sekarang kondisinya memang seperti itu, sudah sakit-sakitan. Jadi, ayah saya sering kontrol keluar masuk rumah sakit. Bapak tidak perlu khawatir. Saya hanya ingin meminta izin dalam waktu 1 jam saja untuk melihat kondisi ayah saya," ujar Siska. Ayahnya menderita kanker paru-paru stadium 2, melakukan pengobatan rawat jalan dan tidak bisa kemoterapi karena kekurangan biaya. Sang ibu sudah meninggal lima tahun lalu. Seluruh biaya makan dan pengobatan keluarganya ditanggung oleh Siska. Dia beberapa kali keluar masuk perusahaan karena masalah ini. Meminta izin dadakan karena sang ayah yang drop. "Aku tetap akan ikut." Gazelle jadi suka memaksa. Dia harus bisa mendapatkan hati Siska kembali karena Gazelle tahu jika perasaan wanita itu sudah tak bersisa untuknya. Siska tidak pernah tahu jika perasaan Gazelle padanya tidak pernah berubah sejak dulu. Jika dulu Gazelle memang menolaknya karena suatu alasan, kali ini dia juga akan mengejar Siska tanpa alasan. Bahkan dia bisa memakai berbagai cara yang tidak biasa hanya untuk membuat Siska bisa menerimanya. "Baiklah jika Bapak memaksa," jawab Siska. Tentu saja dia tidak bisa menolak keinginan Gazelle. *** Gazelle dan Siska sampai di rumah sakit lima belas menit kemudian. Siska langsung berlari menuju ruang ICU di mana ayahnya berada. "Mia, bagaimana keadaan ayah?" "Kak, keadaan ayah kritis, dia harus melakukan kemo jika ingin tetap hidup," jawab sang adik. Lutut Siska berasa lemas, biaya untuk kemoterapi sangat mahal, tetapi memang hanya itu jalan satu-satunya untuk membunuh sel-sel kanker yang bersarang di paru-paru sang ayah. Gazelle mendengar semuanya, dia baru tahu jika kondisi ayah Siska ternyata sudah separah itu. Apakah dia bisa membantu? Kalau tiba-tiba dia memberikan biaya untuk ayah Siska bagaimana tanggapan wanita itu. Gazelle masih sibuk dengan pemikirannya saat tiba-tiba suara isak tangis menginterupsi pendengarannya. "Dok, tolong ayah saya!" "Jalan satu-satunya adalah melakukan kemoterapi agar sel-sel kanker itu tidak semakin menjalar, jadi bagaimana? Apakah keluarga siap?" Siska dipeluk oleh adiknya, menangis dalam dekapan Mia. Mereka bingung tidak bisa menjawab karena memang mereka juga tidak memiliki uang. "Siap, Dok. Tolong lakukan yang terbaik untuk ayahnya, saya akan bertanggung jawab untuk semua biayanya," ujar Gazelle mantap. Tentu saja hal itu membuat Siska dan Mia terkejut. Mia merasa sangat senang karena ada yang membantu mereka untuk biaya pengobatan sang ayah, sedangkan Siska bener-bener berada dalam dilema. Tentu saja dia tidak bisa menerima semuanya begitu saja. Siska bukan orang yang akan menerima dengan tangan terbuka apa yang diberikan oleh Gazelle. "Pak, bisakah kita bicara berdua?" Gazelle tahu jika Siska pasti tidak akan menerima bantuannya. Jadi dia harus bisa membuat Siska menerima tetapi ada imbal baliknya. "Kenapa Bapak membantu saya? Jujur, bantuan Bapak memang sangat saya butuhkan dan saya juga tidak akan menolak, tetapi kenapa Bapak melakukan hal ini?" tanya Siska dengan tangan yang mengepal. Dia sangat ingat jawaban Gazelle beberapa belas tahun yang lalu, saat dia mengutarakan perasaannya di parkiran sekolah. Saat itu Gazelle menjawab pertanyaan Siska dengan mengatakan sesuatu yang membuat wanita itu mengerti akan strata dan batasan status sosial. "Kita tidak setara, Siska." Siska menutup matanya saat tangan Gazelle terulur untuk mengusap airmata yang membasahi pipinya. Tangannya semakin mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Setiap mengingat itu, Siska merasakan hatinya begitu sakit. Dia tahu jika dia dan Gazelle memang sangat berbeda status sosial. Tetapi jawaban Gazelle saat itu benar-benar membuatnya membangun dinding pembatas hati dan menyadari jika dia tidak akan pernah bisa menjadi Cinderella. "Aku memiliki perasaan dan rasa iba, jadi tidak salah bukan jika aku menolong karyawanku sendiri di saat dia sangat membutuhkan uang?" jawaban Gazelle membuat Siska membuka matanya. Dia menepis tangan Gazelle dan mundur selangkah. "Baiklah, terima kasih atas bantuan Bapak, saya akan mengabdi kepada Anda seumur hidup saya menjadi sekretaris Anda dan juga saya minta izin untuk mencicil uang yang Anda pinjami," ujar Siska. Dia tidak mau berhutang Budi kepada Gazelle. Tetapi jika harus membayar selama bertahap dia masih sanggup. Gazelle tersenyum tipis, sejujurnya dia sama sekali tidak mempermasalahkan uang itu, dia ikhlas ingin membantu ayah Siska karena rasa iba di hatinya. Namun, jika Siska masih memegang prinsipnya, maka Gazelle akan ikut bermain di dalamnya. Gazelle paham jika dia yang menyebabkan Siska jadi seperti ini. Penolakannya di masa SMP hanya karena saat itu dia tidak ingin memikirkan masalah cinta. Selama bertahun-tahun Gazelle berusaha menutup pintu hatinya untuk yang namanya cinta dan wanita karena dia akan kembali pada wanitanya yaitu Siska April Santoso. "Kalau begitu, bagaimana dengan tawaranku? Kau tidak perlu membayar hutang itu, tetapi, jadilah kekasihku selama 6 bulan, apakah kau mau?" Siska lagi-lagi hanya bisa tersenyum kecut. Kalau memang Gazelle begitu membingungkan dia untuk menjadi tameng di hadapan keluarganya, baiklah. Siska siap. Dia sadar diri dan tahu diri jika bantuan Gazelle pastilah tidak cuma-cuma. Siska menghembuskan napas dengan kasar. "Baiklah, saya menerima tawaran Anda untuk menjadi kekasih kontrak hanya dalam waktu 6 bulan, deal!" Gazelle tersenyum, kali ini senyum itu nampak tulus, dia akan menggunakan waktu selama 6 bulan untuk membuat hati Siska luluh lagi padanya. "Deal!" Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN