Bab 10. Sang Mantan

1534 Kata
Happy Reading. "Assalamu'alaikum!" Siska menoleh ke arah pintu ketika mendengar ucapan salam. "Wa'alaikumsalam," jawab Siska. Beberapa detik kemudian matanya membelalak sempurna ketika melihat siapa yang datang ke ruang rawat sang ayah. "Gisella!" Siska langsung berdiri dan berjalan cepat ke arah wanita yang memakai jas putih itu. Memeluknya erat dan Gisella membalas pelukan itu juga tak kalah erat. "Kak Siska!" "Kamu kemana aja? Jangan panggil aku kak, Siska aja sama seperti Gazelle memanggil," ujar Siska melepaskan pelukan mereka. Tidak dipungkiri jika Siska begitu bahagia bisa melihat Gisella lagi. Setelah belasan tahun, tepatnya sejak Siska lulus SMP mereka tidak pernah bertemu karena Siska juga merasa tahu diri dan bersekolah di sekolah Negeri. "Aku baru pulang dari Amerika dan memang beberapa tahun ini aku menetap di sana. Sebelumnya memang kuliah di luar negeri tetapi setelah lulus aku kembali ke Indonesia dan menikah," jawab Gisella jujur. Dia memang tidak ingin menyembunyikan statusnya sebagai seorang janda. "Hah, benarkah kamu sudah menikah? Wahh, selamat, ya? Aku ikut senang," seru Siska dengan mata yang berbinar. Namun, Gisella langsung menggeleng. "Sekarang udah jadi janda, aku udah cerai beberapa tahun lalu. Ah, udahlah nggak usah bahas itu, semuanya hanya masa lalu dan aku tidak ingin mengingatnya lagi, intinya kamu tahu kalau aku adalah seorang janda, janda muda, hehehe," jawab Gisella berusaha mencairkan suasana karena melihat Siska tiba-tiba menegang sambil melotot ketika mengetahui dirinya adalah seorang janda. "Kita semua memang tidak pernah tahu bagaimana takdir mempermainkan hidup, mungkin Tuhan sudah memberikan jalan yang terbaik dengan perpisahan kalian, ya sudah yang penting selalu sehat dan bahagia," ujar Siska yang langsung diangguki oleh Gisella. "Kok kamu tahu aku di sini?" tanya Siska menoleh ke arah sang Ayah yang masih terlelap kemudian beralih menatap Gisella kembali. "Kak Gazelle yang memberitahu, aku kerja di sini dan tadi dia mengatakan jika ayah kak Siska di rawat di sini," jawab Gisella. "Panggil Siska aja Gisel, biar terasa masih muda, kamu tahu kalau umurku sudah 30 tahun, tua sekali," ujar Siska terkekeh. "Ah, kamu nggak tua, masih cantik seperti dulu," puji Gisella. Mereka dulu memang pernah satu sekolah dan bertemu di SD ketika Gazelle dan Gisella baru pindah sekolah. Meskipun usianya jauh di bawah Siska, tetapi mereka sempat jadi satu kelas waktu SMP. Gazelle dan Gisella adalah si kembar jenius membuat mereka bisa lompat dua kelas. "Tapi buktinya nggak ada yang mau dengan ku, masih jomblo sejak lahir," jawab Siska terkekeh. "Loh, katanya kamu sudah jadian sama Gazelle? Jadi dia bohong sama aku?" raut wajah Gisella terlihat kesal pada kakaknya. Siska yang langsung teringat hal itu pun jadi tidak enak. Tidak mungkin kan dia cerita kalau mereka hanya kekasih dalam kontrak? "Eh, iya. Lupa kalau udah jadian sama Gazelle, hehehe." Gisella nampak memicingkan matanya, menatap Siska yang salah tingkah. "Siska, sebenarnya apa yang terjadi? Apakah kamu nggak suka sama Gazelle dan dia memaksamu?" "Tidak ... maksudnya tidak seperti itu. Kami saling mencintai kok, aku juga cinta sama dia," jawab Siska. Sebenarnya dia jujur tentang perasaannya, tetapi sukar untuk mengakui dan dia merasa gengsi kalau harus mengakui perasaannya lagi. Siska juga tidak ingin patah hati untuk yang kedua kalinya dan lebih baik hidup seperti ini saja. Merawat sang ayah sekaligus melindungi adiknya agar bisa menjadi orang yang sukses. Akhirnya mereka mengobrol sampai tidak terasa sudah hampir dua jam. Gisella pamit karena dia juga sudah selesai bertugas. *** Gisella menghembuskan nafasnya perlahan, sambil menyesap kopi hitam yang selalu menemaninya di sela-sela kegiatan kuliahnya waktu di Amerika dulu. Wanita itu memijit pelipisnya yang tiba-tiba merasa sangat pusing. Dulu dia sering merasakan sakit kepala yang selalu datang di saat-saat yang tidak menentu seperti ini, tetapi sudah lama rasa sakit itu tidak muncul lagi. Dulu Gisella bahkan sering mengalami insomnia karena memikirkan hal yang tidak bisa membuatnya tidur. Dia hanya akan bisa tidur atau pusingnya hilang setelah meminum obat dari resep dokter. Gisella sembuh dan dia bisa hidup seperti sediakala setelah beberapa tahun ini. Tetapi entah kenapa sekarang sakitnya datang kembali setelah bertemu dengan mantan suaminya. Natha, pria yang dulu pernah mengobrak-abrik hatinya. Gisella tidak ingin hatinya rapuh hanya karena bertemu kembali dengan pria itu, pria yang dulu dia cintai dengan sepenuh hati. "Ayolah, Gisella! kenapa kamu selemah ini kalau sudah berurusan dengan yang namanya cinta?" ucap Gazelle duduk di samping sang adik yang terlihat galau. Ya, Gazelle memang tahu semuanya tentang kisah Gisella dan Nathan setelah mereka benar-benar berpisah. Gazelle ingat saat dia pertama kali mengunjungi Gisella ke Los Angeles, waktu itu Gazelle sempat melihat keadaan sang adik yang begitu kacau. Setelah di desak oleh Gazelle, akhirnya Gisella pun bercerita tentang kisahnya bersama Nathan selama menjalani kehidupan pernikahan. Di mana yang Gazelle tahu pernikahan mereka sangat harmonis, tetapi tiba-tiba memutuskan untuk berpisah. Gisella menceritakan tentang perjanjian pernikahan mereka yang akan bercerai setelah setahun karena Nathan akan menikahi kekasihnya. Ya, itulah alasan kenapa Gazelle benar-benar tidak memberikan informasi tentang keberadaan Gisella meskipun pria itu setiap hari mendatangi kantornya. Mereka menyembunyikan masalah ini dari keluarga besar. "Aku udah gak cinta lagi sama dia, Kak. Rasa itu sudah lama hilang, aku hanya menyalahkan takdir, kenapa aku harus bertemu kembali dengan pria itu, dan mungkin kami akan sering bertemu karena aku yang di tunjuk sebagai dokternya kekasih Nathan, bukankah itu sangat menyebalkan!!" gerutu Gisella. Gazelle mengelus bahu kembarannya, memberikan kekuatan agar sabar dan selalu profesional. "Sabar Gisella, bukankah takdir itu aneh dan lucu, seolah mempermainkan kita, yang penting kamu gak boleh luluh kembali sama Nathan, meskipun ku akui dia juga tidak kalah tampan dariku, pantas saja kamu bisa langsung menyukainya," ejek Gazelle membuat Gisella memukul kepala sang kakak dengan buku yang dia bawa tetapi tidak di baca itu. "Udah, ah! Nggak usah bahas mantan lagi, aku mau mandi dulu." Gisella berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamar. Saat ini mereka berada di apartemen Gazelle. Gisella menoleh ke arah Gazelle dan tersenyum. "Oh ya, aku mau ngemil nih. Makan dimsum yuk? kita cari cemilan di tempat yang aku temuin, mau?" "Emang kamu nemuin tempat apa?" tanya Gazelle menaikkan sebelah alisnya "Restoran dimsum yang ada di dekat rumah sakit, aku mandi dulu, nanti kamu temenin aku kalau gak mau makan!" "Eh, siapa yang gak mau makan!" Gazelle berdiri dan berjalan ke arah Gisella. "Aku mau donk kalau gratisan, mandi dulu, aku juga mau siap-siap! Tapi ajak Siska ya?" "Wah, nanti aku jadi obat nyamuk, donk? Tapi nggak apa-apa, sana telepon dulu, dia bisa nggak," ujar Gisella. Gazelle menurut dan menghubungkan kekasihnya itu. Beberapa detik kemudian dia kembali pada Gisella. "Dia tidak bisa ikut, katanya tengah menunggu ayahnya dan gantian sama adiknya," ujar Gazelle. Kemudian ia berbalik menuju ke kamarnya yang ada di sebelah kamar Gisella, membuat sang adik hanya bisa geleng-geleng kepala. Sepertinya Gazelle tengah kecewa karena Siska tidak bisa ikut. "Dasar bucin!" Gazelle melihat ponselnya, dia mendesah perlahan. Nathan menerornya dengan berbagai macam pertanyaan tentang Gisella dan hal itu membuatnya begitu murka. "Jangan harap kamu bisa mendekati Gisella lagi!?" gumam Gazelle sambil mematikan ponselnya. *** Nathan sejak tadi merasa gelisah, dia menatap layar ponselnya berkali-kali, tetapi tidak ada satu pesan pun masuk sejak tadi. Nathan menunggu balasan dari Gazelle, teman yang sekarang menjadi mantan teman itu. Ya, dulu mereka pernah dekat ketika dia masih menjadi suami Gisella. Sebenarnya dia cukup berani dengan mendatangi Gazelle karena keinginannya bertemu dengan Gisella. Sejak kemarin, setelah bertemu kembali dengan Gisella di rumah sakit, Nathan memang berusaha bertemu dan bertanya pada Gazelle. Tebal muka memang, tetapi Nathan tidak peduli. Yang dia inginkan bisa bertemu dengan Gisella dan duduk berdua untuk bicara. Nathan menggeram kesal, sepertinya Gazelle memang benar-benar tidak ingin dia mendekati Gisella kembali. "Sayang, kamu kenapa? Kok mukanya keliatan kesal?" tanya Silvia yang sedang berbaring lemah di tempat tidurnya. Kemarin setelah menjalani serangkaian perawatan, Silvia memang di perbolehkan pulang, tetapi harus melakukan kontrol rutin. Dan Nathan menginginkan Gisella sebagai dokter pribadi kekasihnya itu. Setelah mengetahui penyakit Silvia, entah kenapa Nathan menjadi sedikit ragu dengan pergaulan wanita tersebut. Selama ini Nathan memang selalu percaya padanya, membebaskan Silvia berteman dengan siapa saja saat di Italia. Tetapi sekarang dia menjadi sedikit tidak percaya dengan Silvia karena penyakitnya. Sejujurnya perasaan Nathan pada kekasihnya itu sudah tidak menggebu seperti dulu, apalagi setelah menikah dengan Gisella dan setelah perceraian mereka hampir 4 tahun lalu. Nathan merasa ada yang kurang di dalam hidupnya. "Aku sedang banyak kerjaan, nanti aku akan menyuruh Azam untuk menemanimu, aku ada urusan mendadak," ucap Nathan yang berubah menjadi dingin semenjak mengetahui penyakit Silvia. "Tapi katanya kamu mau nemenin aku? Aku di sini sudah tidak punya siapa-siapa lagi, sayang. Yang ku punya hanya kamu, hiks! aku juga sedang sakit parah," lirih Silvia. Berusaha mengeluarkan jurus mautnya, jurus yang biasanya bisa membuat Nathan luluh hanya dengan mengeluarkan air matanya. "Maaf Silvi, malam ini aku tidak bisa menemanimu, aku akan kembali lagi besok, Azam sebentar lagi akan segera datang," jawab Nathan mengelus rambut Silvia, kemudian ia berjalan keluar dari dalam kamar. Silvia merasa Nathan semakin berbeda, setelah beberapa bulan dia berada di Italia, dan pulang ke Indonesia beberapa Minggu lalu karena sakit, Nathan memang tidak menunjukkan keromantisan lagi. Nathan mendapatkan pesan dari anak buahnya yang mengatakan bahwa Gisella sedang berada di sebuah restoran Korea. Kali ini Nathan akan bicara dengan Gisella, dia harus bertanya tentang ungkapnya 4 tahun yang lalu, Nathan harus meminta pertanggung jawaban dari mantan istrinya karena berhasil membuatnya resah dan gelisah selama beberapa tahun ini. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN