Amplop berwarna putih itu sedikit kusut di sana sini. Si penulis surat yang berada di dalamnya, tengah menggenggam amplop itu dengan erat. Masih bimbang antara ingin melaksanakan niatnya atau tidak. Tapi ia sudah mengirim surat yang sama secara resmi ke kantor program studi, kemungkinan sekarang sudah diajukan pada ketua program studi, sudah disetujui, dan sudah diinput. Maka semua tak bisa dibatalkan lagi. Dan duplikat surat itu—surat yang berada dalam amplop ini—akan ia berikan pada orang tuanya. Hanya saja keberaniannya belum cukup terkumpul untuk melakukan niat tersebut. Mungkin lain kali saja. Sayangnya, Barra tak menyadari keberadaan seseorang di belakangnya sedari tadi. "Apa itu, Mas?" Suara seseorang yang begitu dikenalnya. Barra berbalik dan mendapati seorang lelaki tinggi yang