Mereka bertiga--Rashi, Xavier, dan Barra--duduk berjejer di hadapan dokter Lintang. Ruangan ini masih hening. Dokter Lintang urung menjelaskan apa yang ingin mereka tahu. Sebagai seseorang yang sudah berkecimpung di dunia medis selama puluhan tahun, memberikan sebuah kabar buruk pada pasien adalah salah satu bakat, keahlian, dan kebiasaannya setiap hari. Tapi ceritanya berbeda tiap kali ia harus menginformasikan sebuah kabar buruk pada Barra. Apa pun yang bersangkutan dengan Barra, semuanya sensitif. Tentu saja karena pria itu sama sekali tak menganggap Barra sebagai orang lain. Barra adalah anak yang sengaja dikirimkan Tuhan untuknya. "Menurut hasil pemeriksaan kemarin, maaf sekali ...." Dokter Lintang menaikkan posisi kaca matanya yang melorot, sembari menghela napas panjang. "Mohon m