Ketika Leduardo selesai memeriksa Darren, Nancye dan Leduardo lalu mengobrol di ruang tamu agar membiarkan Darren beristirahat.
"Apa kamu dan Darren memiliki masalah?" tanya Leduardo sembari meneguk minuman yang di buatkan oleh Nyonya Ursten.
"Sedikit."
"Jika kamu tak ingin cerita tidak apa-apa, tapi Darren sampai sakit seperti ini karena kelelahan."
Tak lama kemudian ponsel Leduardo berdering.
"Sebentar ya aku angkat telpon Kirey dulu."
Nancye mengangguk.
"Helo?"
"Apa Darren bersamamu?"
"Iya."
"Kalian di mana?"
"Di penthouse, Darren sakit jadi aku menemaninya."
"Sakit? Tadi dia baik-baik saja, baiklah aku akan kesana sekarang juga." Kirey mengakhiri telfon.
"Kirey akan kemari," kata Leduardo.
Nancye hanya tersenyum, meskipun harus menerima kenyataan jika Kirey adalah sahabat kekasihnya.
"Kenapa tadi kamu memilih memanggilku? Dan tidak memeriksa Darren saja? Bukankah kamu juga dokter?" tanya leduardo.
"Aku bisa saja mengecek kondisinya tapi bukankah dokter lebih profesional dibandingkan aku? dan yang terpenting lagi Darren adalah sahabat anda jadi aku tak mungkin tak memanggil anda.”
"Baiklah jika itu alasanmu, tapi jangan terlalu formal seperti itu, kamu kekasih sahabatku, jadi kita teman, panggil Leduardo saja itu cukup."
"Iya."
"Terus apa aku boleh tahu alasan kenapa kamu mengundurkan diri dari rumah sakit? Apa ada hubungannya dengan masalah kalian?"
Nancye mengangguk.
Beberapa menit berlalu Leduardo dan Nancye berada di kamar Darren saat ini, Nancye menatap sendu kekasihnya itu.
"Aku menyesal bersikap seperti ini sama kamu, jika aku tau ini semua bakal terjadi, aku tak akan melakukan semua ini dan menyiksamu," batin Nancye.
"Dia pria pekerja keras, Nancye, meskipun dia memegang tanggung jawab yang besar menjadi pewaris ayahnya, tapi dia tak pernah sakit sampai seperti ini," kata Leduardo.
"Aku memang salah karena aku dia seperti ini."
Tak lama kemudian Kirey membuka pintu kamar dan terkejut ketika melihat Nancye tengah duduk di samping Darren dengan menggenggam tangan Darren.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kirey.
"Tenanglah, Kirey. Darren sedang beristitabat jangan mengganggu tidurnya," kata Leduardo.
"Apa kamu tahu? Karena wanita ini Darren sampai sakit. Apa hebat sih dia?"
"Diamlah!" tekan Leduardo menghentikan Kirey yang hendak menyerang Nancye.
Nancye memilih diam karena ia juga mengakui kesalahannya.
"Kenapa kau kembali?" tanya Kirey.
"Tanya saja kepada Darren, kenapa bisa aku di sini," jawab Nancye dengan melepas genggamannya tangannya.
"Pasti kamu ‘kan yang menyusul Darren kemari?"
"Menyusul? Bukankah sebaliknya? Kamu yang menyusul Darren kemari? Jangan selalu menyalahkanku dalam segala hal, karena kamu belum tentu benar," kata Nancye.
"Kamu---"
"Kalian apaan, sih, bukannya mendoakan Darren cepet sembuh malah bertengkar di sini," kata Leduardo. Menghentikan dua wanita itu yang tengah berdebat tak menemukan titik temunya.
Kirey menyunggingkan senyum jahatnya, entah apa lagi yang ada di dalam kepala wanita ini.
Sesaat kemudian, Darren sadar dan melihat kedua sahabatnya sedang di sampingnya tapi tidak dengan Nancye.
"Led, Nancye mana?" tanya Darren.
Leduardo memberikan kode kepada Darren jika Nancye sedang berdiri di sisi kirinya.
"Aku pikir kamu pergi lagi," kata Darren.
"Aku tak akan pernah meninggalkanmu lagi. Aku janji." Nancye menggenggam tangan kekasihnya.
"Apa sekarang kamu memaafkanku?"
Nancye mengangguk.
"Makasih, Sayang, aku janji tak akan pernah melakukan hal itu lagi," kara Darren.
Nancye lalu menghampiri Darren di sisi ranjang dan memeluknya. Sedangkan Kirey memainkan bibirnya karena kesal.
Leduardo berdeham. “Kami belum pulang loh ini.”
"Kalian memang mengganggu saja," kekeh Darren kepada kedua sahabatnya.
Hati Kirey begitu panas sampai ia mengepalkan kedua tangannya. Ia ingin sekali memisahkan keduanya, namun apalah dayanya ketika ia tidak bisa mengalahkan Darren.
"Bagaimana kondisimu sekarang? Enakkan?" tanya Kirey yang juga menghampiri Darren di sisi ranjang sebelah kiri.
"Iya," jawab Darren singkat.
"Ayo kita kembali ke mansion,” ajak Kirey.
"Kamu pulang saja, aku akan di sini bersama Nancye,” jawab Darren.
"Tapi, kondisimu---"
"Karena kondisiku juga aku tak bisa kemana-mana."
"Baiklah. Aku juga akan menginap di sini saja." Kirey berusaha tidak membuat Nancye dan Darren berduaan.
"Jangan. Pulanglah," kata Darren.
"Tapi---"
"Kita pulang saja, Kirey, jangan menganggu mereka, mereka mungkin ingin melepas kerinduan mereka," sambung Leduardo sedikit menggoda.
Kirey tak punya alasan apa-apa lagi untuk tetap berada di penthouse karena Darren sendiri yang sudah menyuruhnya pulang.
Setelah melihat Leduardo dan Kirey masuk ke lift, Nancye lalu ke dapur mengambil makanan untuk Darren.
"Apa makanan ini untuk Darren, Nyonya?"
"Iya."
"Biar saya yang antarkan, ya."
Nancye lalu membawa makanan ke kamar Darren. Ketika masuk kamar, Nancye melihat Darren sedang menekuri layar laptopnya, dengan cepat Nancye mengambil laptop itu dan di simpan di atas nakas.
"Sayang, aku ada pekerjaan."
"Untuk hari ini dan besok beristirahatlah, aku akan menemanimu.”
"Tapi---"
"Jangan tapi-tapi, turuti saja kataku, ayo makan dulu," kata Nancye.
Darren tersenyum kecil karena mendengar perintah Nancye yang terdengar khawatir.
"Maafkan aku," kata Darren, membuat Nancye terdiam.
"Maafkan aku karena mengabaikanmu, aku janji tak akan pernah melakukan hal itu lagi, aku sudah cukup tersiksa beberapa minggu ini karena kesalahanku sendiri," sambung Darren.
Nancye lalu duduk dipinggiran ranjang dengan memegang semangkok sup penghilang demam.
"Aku juga minta maaf karena diriku, kamu jadi seperti ini," kata Nancye sembari menggaruk sup yang ada di tangannya.
"Maksudmu aku sakit karena kamu?"
Nancye mengangguk.
"Jangan berpikir kejauhan, Sayang, aku sakit karena memang sudah waktunya aku sakit...bukan karena kamu, jadi jangan menyalahkan dirimu."
"Iya. Kalau begitu makan dulu," kata Nancye sembari menyuap Darren.
*****
Di dalam perjalanan kembali ke mannsion, Kirey lebih banyak diam, ia memilih mengabaikan Leduardo yang sedang melempar beberapa pedtanyaan kepadanya tentang hubungan Darren dan juga Nancye.
"Kenapa kau diam saja, Kirey?"
"Aku lagi malas bicara saja," jawab Kirey.
"Aku tanya deh sama kamu, kenapa kau sepertinya tak suka kepada Nancye? Kamu cemburu atau bagaimana? Seharusnya sebagai sahabat kita berdua harus ikut senang dengan perubahan sikap Darren seperti itu, dia tidak lagi mempermainkan wanita dan meniduri wanita sesukanya, ia berubah lebih santun dan tidak lagi berbuat semena-mena, aku sangat suka dengan perubahannya."
"Aku senang dengan perubahan Darren tapi aku merasa Darren salah jika berubah karena wanita yang tak pantas buat dia, masih banyak ‘kan wanita di luar sana yang selevel dengannya dan jauh lebih cantik di bandingkan wanita itu."
"Termaksud kamu?"
"Apa maksudmu?"
"Aku tahu, Kirey, sejak dulu kau menyukai Darren, bukan? Tapi … kau tak berani mengatakannya karena takut jika persahabatan kita hancur, itu yang sebenarnya."
"Aku tak pernah mengatakan itu jadi jangan mengatakan hal yang tidak-tidak."
"Kita bersahabat sudah lama, Kirey, jauh sebelum kita mengenal Darren, jadi kau jangan menyembunyikan sesuatu dariku, aku tau semua itu dari matamu dan gerak-gerikmu, tak perlu menyembunyikannya."
"Aku---"
"Satu hal lagi, Kirey, jangan pernah menilai seseorang dengan latar belakang yang dia punya, meski Nancye dari keluarga yang sederhana tapi dia tak pernah bergantung sepenuhnya kepada Darren. Dia wanita yang mandiri, ia bekerja sendiri dan mendapatkan uang sendiri, jika dia mau dia bisa saja meminta uang kepada Darren untuk kebutuhannya dan tak usah bekerja jika perlu, tapi Nancye wanita yang berbeda, aku jadi tahu kenapa dan bagaimana Darren bisa jatuh hati kepadanya."
"Itu menurutmu. Dari segi penilaianku, wanita itu memiliki maksud untuk mendekati Darren."
"Kau mengatakan itu dengan perasaan cemburumu, aku tau itu, jadi tak akan pernah ada yang benar di matamu jika itu menyangkut Nancye dan Darren," kata Leduardo yang sedang berusaha membuat Kirey sadar.
Kirey tak mampu melawan perkataan Leduardo jadi ia memilih diam dan tak mengatakan apa pun dan hanya menekuri jalan disebelahnya.