Bagian 5

1158 Kata
Jam sudah menunjukkan hampir jam 7 malam, namun Nancye belum juga berada di sekitaran penthouse, Darren merasa gelisah dan ingin menelpon wanita itu dan menanyakan keberadaannya saat ini. "Kemana wanita itu keluyuran?" gumam Darren. Ketika hendak menelpon Nancye, ponselnya berdering tanda sms masuk. "Aku akan terlambat pulang. I have affairs." Pesan Nancye membuat Darren mengangkat alisnya. "Kemana wanita ini pergi? Urusan apa sampai membuatnya terlambat pulang?" Darren bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Nancye masih berada di sekitaran kampus karena banyak hal yang harus ia kerjakan tentang penyusunan proposal miliknya karena di penthouse dia tak pernah punya kesempatan untuk mengerjakannya, karena selalu saja Darren menganggunya. Nancye lalu mengecek jam yang ada di tangannya. "Baru jam 7, sedangkan pekerjaanku sudah selesai, apa aku duluan ke restoran saja? Tapi itu masih sangat lama, aku akan ke kost saja kalau begitu," kata Nancye sembari beranjak dari duduknya. Beberapa menit kemudian sampailah Nancye dikost lamanya, Nancye hendak masuk kedalam kamar kost tapi ia menghentikan langkah kakinya ketika mendengar suara Elis sedang berbicara lewat telpon. "Keluarkan nama Nancye Lord dari daftar p*****r di alamat websitemu," kata Elis. ".........." "Nancye sudah menjadi p*****r tetap dari seorang pria kaya, tapi aku tak bisa menyebutnya siapa pria itu, jadi lakukan saja tugasmu." ".........." "Jangan sampai Nancye tahu bahwa aku yang sudah mencantumkan namanya serta fotonya di alamat websitemu." ".........." "Aku sudah berhasil menghancurkannya, jadi pekerjaan ku selesai." ".........." "Baiklah," kata Elis, lalu mengakhiri telpon.. Ketika berbalik ke belakang, Elis terkejut melihat Nancye sudah berdiri tepat dibelakangnya dengan tatapan yang begitu penuh dengan amarah. "Jadi kau yang sudah mencantumkan nama serta fotoku di alamat website para jalang? Tapi tujuannya apa? Kenapa kau mau menghancurkanku, Elis? Kenapa? Kita berteman sudah lama, dan kau ternyata sedang berusaha menghancurkanku? Aku sudah susah payah mencari orang yang sudah membuat hidupku seperti ini, ternyata orang itu adalah sahabatku sendiri.. Ada apa denganmu, Elis? Kenapa kau tega melakukan hal kotor itu?" tanya Nancye sembari mendorong Elis. "Aaa—anu, Nancye–" "Mengapa? Kau ingin mencari alasan? Alasan apa yang ingin kau katakan? Aku sudah jelas mendengarnya.” "Benar. Aku yang sudah menjebakmu, itu semua karena kau patut mendapakan itu semua, kau wanita yang sok suci dan munafik yang pernah aku kenal, aku tak suka dengan kamu. Sahabat? Aku tak pernah menganggapmu sebagai seorang sahabat, jangan membuat dirimu patut menjadi sahabatku, kau sudah merebut Robert dariku, kau bukan seorang sahabat dan sekarang aku berhasil membuatmu hancur, bukan?" "Jadi … semua ini karena Robert?" "Jika iya, kenapa? Kau terlalu murahan." "Murahan?" "Why? Jangan melihatku seperti itu, kau bukan teman bagiku, aku akan menunggu saat-saat dimana Robert meninggalkanmu, karena kau tak pantas buat dia. Kau tidak pantas!" Elis mendorong Nancye. "Kita sudah berteman sangat lama dan tinggal dikost ini dari pertama kita kuliah sampai sudah hampir lulus kuliah, itu artinya kita sama-sama di New York hampir empat tahun, Elis, namun kau tega melakukan ini padaku?" "Aku bisa melakukan lebih dari ini, Nancye Lord. Jadi, kau jangan memancing kemarahanku, jika kau memancing kemarahanku kau bisa mendapatkan hal yang lebih parah dari ini." "Jadi uang 10juta itu kau yang terima?" "Jika iya, kenapa? Kau sudah menumpang di kost ini hampir empat tahun, anggap saja itu uang sewa kost selama ini." Elis menyeringai. "Kau sangat tega, Elis ... kau sangat tega!" Sampai di restoran, Nancye langsung menemui Robert yang sejak tadi menunggunya. Nancye dengan wajah kecewanya membuat Robert sadar jika kekasihnya itu sedang ada masalah. "Kau sudah lama?" tanya Nancye. "Anggap saja aku barusan sampai," jawab Robert.. "Maaf. Karena aku telat, soalnya–" "Mengapa? Sekali lagi kau tidak ingin mengatakan alasan mengapa kau terlambat? Sepertinya akhir-akhir ini kau banyak rahasia, dan aku selalu bertanya rahasia apa yang sudah kau sembunyikan dariku? Aku juga sering mengatakan kepada diriku sendiri, aku ini kekasihmu apa bukan?" "Aku tidak ingin berdebat, meskipun kau adalah kekasihku, namun tidak semua hal yang harus kau tahu, ‘kan?” "Tapi … ada baiknya kita saling terbuka, bukankah begitu?" "Sudahlah! Kita ke sini mau berdebat apa makan malam?" Nancye mulai kesal. Ia sudah kesal ketika mengetahui kebenaran tentang Elis, wanita yang selama ini ia anggap sebagai sahabatnya. "Baiklah. Ayo duduk," kata Robert, mengalah. Nancye lalu duduk tepat dihadapan Robert yang masih menatapnya penuh pertanyaan, banyak hal yang harus Nancye rahasiakan karena Elis yang sudah tega menjebaknya. "Kamu mau makan apa?" tanya Robert. Nancye tak menjawab dan hanya diam saja. Robert jadi semakin yakin jika ada yang di rahasiakan Nancye darinya. "Sayang!! Sayang," panggil Robert. "Hem? Ada apa?" tanya Nancye yang baru saja menyadari jika Robert sedang memanggilnya. "Kamu mau makan apa?" "Terserah kamu saja." "Aku pesan ini, ya," kata Robert kepada waiters. "Apa yang di sembunyikan Nancye dariku? Kenapa dia menjadi lebih pendiam?" batin Robert. "Apa aku ceritakan saja kepada Robert? Apa aku sudah siap menerima kemarahannya? Apa yang harus aku katakan? Apa harus ku katakan, jika Elis yang sudah tega menjebakku? Apa yang harus ku lakukan, Tuhan?" Nancye membatin berusaha menata perasaannya agar terlihat biasa saja di hadapan robert bukan seperti orang yang memiliki banyak masalah.. "Jika kau membutuhkan sesuatu, katakan saja," kata Robert. "Aku tak butuh apa-apa," kata Nancye. "Aku akan membuatmu sedikit lebih santai. Ayoo." Robert lalu menarik tangan Nancye dan menggenggamnya. Sudah lama ia dan Robert tak jalan berdua seperti sekarang ini, Nancye sedikit lebih lega karena bisa menghirup udara segar dan sejenak jauh dari pria iblis yang sudah merenggut tubuhnya dan membeli hidupnya. "AKU MENCINTAIMU, NANCYE!" teriak Robert, meski banyak orang yang mendengarnya. "Apa yang kau lakukan?" "Aku mencintaimu, itu yang ingin ku katakan," kata Robert sembari mengecup puncak kepala kekasihnya itu. Nancye tersenyum mendengar apa yang di katakan Robert kepadanya. Setiap wanita pasti bahagia seperti ini. "Akhirnya kau tersenyum juga," kata Robert. Bagi Robert, Nancye adalah wanita yang berbeda dan sederhana, ia mencintai dan menyayangi Nancye dengan sepenuh hatinya karena salut kepada Nancye yang sudah berhasil menjaga apa yang harus Nancye jaga dari dulu. "Terima kasih hari ini kau sudah membuatku sangat bahagia dan tenang," ucap Nancye. "Iya, Sayang. Apa selama ini ada yang membuatmu tak tenang?" "Hem … aku akan menceritakannya nanti jika aku sudah siap.” "Aku akan menunggu kesiapanmu, Sayang. Ingat ... aku ada di sisimu, apa pun yang terjadi, kau adalah wanita yang ku cintai, tak akan ada yang bisa menggantikan posisimu di hatiku, aku akan selalu siap membantumu jika kau membutuhkan bantuanku." "Makasih," ucap Nancye. "Baiklah. Aku antar pulang, ya." "Aku bisa pulang sendiri. Pulanglah. Dari sini ke rumahmu ‘kan dekat, jadi aku bisa naik taksi." "Kenapa tak mau ku antar?" "Bukannya tak mau, tapi pulanglah duluan, aku ingin mampir ke kost Elis dulu," kata Nancye berbohong. "Baiklah." Robert lalu menahan taksi. Ketika taksi sudah ada, Robert mengecup kening kekasihnya dengan lembut. "Hubungi aku jika kamu sudah sampai dirumah," kata Robert sembari membuka pintu taksi untuk Nancye. Nancye mengangguk seraya tersenyum. BERSAMBUNG. . . Jika kalian suka jalan ceritanya jangan lupa tekan like / love ya, karena dari love / like kalian, saya bisa berkarya dan memberikan cerita-cerita yang lebih baik lagi. Salam cintaku. Irhen Dirga
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN