Sudah hampir malam Nancye belum juga kembali ke mansion sedangkan malam sudah menunjukkan pukul sembilan, Darren mulai gelisah dan mengambil ponselnya hendak menelfon Nancye.
"Ada apa, Darren?" tanya Kirey membawakan segelas jus untuk Darren dan mencoba mengobrol dengannya.
"Nancye belum juga kembali."
"Dia ‘kan bukan anak kecil, Mungkin masih sibuk." Kirey mencoba membuat Darren lupa akan Nancye.
"Dia harusnya menelfonku jika akan terlambat pulang. Aku pergi dulu, Kir," kata Darren sembari beranjak dari duduknya dan mengambil jaket miliknya.
"Kamu mau kemana?!" teriak Kirey.
"Menjemput Nancye."
Kirey hanya bisa menghela napas kesal ketika ada waktu untuk mengobrol dengan Darren tanpa ada Nancye di mansion, tetap saja gagal dan Darren lebih mementingkan Nancye, meski Nancye tak di mansion.
"Tom!!" panggil Darren.
"Iya, Tuan?"
"Antarkan aku kerumah sakit Patton."
"Baik, Tuan. Silahkan." Tom membuka pintu mobil dan mempersilahkan majikannya.
Darren lalu memasuki mobil dan menyuruh Tom agar mengemudikan mobilnya.
"Jalan!!" Perintah Darren.
"Kenapa ponsel Nancye tak aktif?" tanya Darren kepada dirinya sendiri.
****
Sampai di rumah sakit tanpa berpikir lama Darren lalu masuk kedalam rumah sakit. Darren menelpon Leduardo.
"Helo, Sob?"
"Why? Kamu terdengar khawatir, ada apa?"
"Apa Nancye bersamamu?"
"Dia tak lagi bersamaku. Oh … tadi bareng teman-temannya ke café," jawab Leduardo.
"Cafe mana?"
"Young."
"Ok ... thanks"
"Oh ... s**t!" umpat Darren.
Darren kembali memasuki mobil dan menyuruh Tom melajukan mobilnya menuju Cafe Young.
****
Di café, Nancye duduk di tengah dan di kerumuni dokter lelaki yang begitu tampan, salah satu dokter itu bernama Gerald, sedikit lebih dekat dengan Nancye.
"Jadi, Dokter Nancye ... kamu tinggal di mana?"
"Aku?" Nancye tertawa sejenak dan mengalihkan pembicaraan.
"Kedengarannya aneh aku di panggil dokter, kalau kayak gini kita saling ramah aja dan panggil nama saja, ya, aku juga ‘kan masih magang,” jawab Nancye.
"Semoga saja mereka lupa untuk kembali menanyakan dimana aku tinggal," batin Nancye.
"Ger, kamu tidak makan?"
"Aku sudah kenyang," jawab Gerald.
"Dokter Nancye sangat cantik," kata salah satu dokter magang seperti Nancye.
Nancye tersenyum kecil mendengar pujian itu. "Kau bisa saja merayuku."
"Sudah tertawanya?" suara seorang pria membuat semua mata tertuju kepada Nancye yang sedang terdiam sejenak mendengar suara seorang pria, suara yang begitu ia kenal.
Nancye berbalik membulatkan matanya penuh karena terkejut melihat sosok Darren tepat berdiri di belakangnya.
Semua teman kerjanya menatap ke arah Darren yang sedang berdiri begitu tampannya. Semua dokter wanita membulatkan mata mereka penuh karena terkejut yang berdiri tepat di belakang Nancye adalah pria idaman mereka.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Nancye.
"Ayo pulang," kata Darren menarik dan menggenggam tangan Nancye begitu erat seakan takut jika terlepas.
"Makanlah sepuasnya dan tak usah bayar, anggap saja Nancye yang mentraktir kalian," kata Darren sembari menarik Nancye dan membawanya keluar dari cafe.
Semua teman kerjanya belum berkedip sama sekali karena begitu mengenal seorang Darren.
Darren memasukkan Nancye kedalam mobil dan menutupnya kasar. Nancye begitu takut jika sifat Darren yang dulu kembali dan memukulnya, namun Nancye siap akan itu karena ia juga merasa bersalah.
"Apa aku salah lihat? Pria tampan tadi Darren, ‘kan? Darren CEO Maxwell." tanya Zarah.
"Iya. Apa kalian juga melihatnya? Aku pikir hanya aku yang melihat Darren ternyata kalian juga?" Berta mengucek matanya.
"Iya ‘kan? Lantas Nancye dan Darren kira-kira hubungan mereka seperti apa?" tanya Nisser.
"Mereka kekasih," jawab Gerald tak semangat.
"APA?" tanya semua rekan kerjanya bersamaan sampai membuat Gerald terkejut.
"Kalian mengagetkanku saja," kata Gerald ketika berbalik melihat semua rekan kerjanya membulatkan mata mereka penuh.
"Kamu tau dari mana mereka kekasih?"
"Apa kalian tidak melihat Darren menarik Nancye dengan menggenggam tangannya, trus Darren juga terlihat sangat cemburu, jika mereka bukan kekasih, trus apa? Adik juga tidak mungkin karena kita semua tahu sendiri Darren adalah anak tunggal dari Maxwell Corp."
"Benar juga katamu," kata Samuel, mengangguk.
"Iya. Aku juga melihat Darren tadi sangat cemburu." sambung Porlan.
"Tapi, Nancye ‘kan gadis sederhana kok Darren mau sama Nancye?” tanya Berta.
"Sederhana tapi menawan, bukan?" tanya Gerald.
"Iya, sih. Tapi kan masih banyak wanita yang selevel dengannya, trus kenapa harus Nancye?" lanjut Zarah.
"Jika kau membutuhkan jawabannya kenapa tak langsung kau tanyakan saja kepada Darren?" kata Gerald agak kasar.
****
Di dalam perjalanan Darren diam saja dan tak mengatakan apapun sejak tadi, Nancye mulai merasa bersalah karena sikapnya membuat Darren seperti sekarang ini.
"Kamu marah?" tanya Nancye.
"Maafkan aku karena tak menghubungimu, ponselku hilang," kata Nancye lagi berharap alasannya itu bisa membuat Darren tak marah lagi.
Darren tak mengatakan apa pun dan hanya diam saja...walaupun ia jelas mendengar apa yang di katakan Nancye.
Beberapa menit kemudian ketika sampai di mansion, Tom langsung memarkir mobil tepat di depan gedung pintu utama mansion.
Tom hendak membuka pintu mobil untuk majikannya dan juga Nancye, nanun Darren langsung membuka pintu mobil tanpa bantuan Tom dan langsung masuk ke mansion tanpa mengatakan apa pun kepada Nancye yang masih duduk mematung di dalam mobil.
Tom keheranan melihat majikannya karena sebelumnya ia tak pernah melihat Darren membuka pintu mobil sendirian selama ini.
"Nona, kita sudah sampai, apa anda tak akan turun?" tanya Tom membuka pintu mobil untuk Nancye.
"Oh...iya, Tom, makasih," kata Nancye sembari turun dari mobil dan melangkah masuk ke mansion menyusul Darren.
Nancye seakan tak memiliki tenaga, ketika melihat sikap Darren yang mengabaikannya sejak tadi.
"Aku memang bodoh....seharusnya aku bisa meminjam ponsel Gerald dan memberi kabar kepadanya jika aku pulang terlambat dan akan ke cafe bersama teman-temanku tapi malah kelupaan dan jadinya seperti ini," kata Nancye
BERSAMBUNG.
.
.
Jika kalian suka jalan ceritanya jangan lupa tekan like / love ya, karena dari love / like kalian, saya bisa berkarya dan memberikan cerita-cerita yang lebih baik lagi.
Salam cintaku.
Irhen Dirga