Sampainya mereka di rumah sakit terbesar di California, Patton State Hospital yang terletak di kota Patton.
"Melamar kerja di sini?" tanya Nancye heran. Mana dia akan di terima kalau ia hanya lulusan kedokteran, belum menjalani coass dan proses lainnya.
'"Iya." jawab darren sembari memarkir mobilnya di sisi kiri.
Semua orang melihat ke arah mobilnya yang sedang ia parkir.
Mobil lamborgini berwarna hitam, keren dan di design khusus hanya untuk Darren.
"Aku ‘kan hanya lulusan S1, aku harus ujian kompetensi dulu, magang, intership dan mengambil spesialis jika aku memang ingin menjadi dokter spesialis, aku tidak mungkin di terima,” celetuk Nancye.
"Percayalah padaku, aku tak mungkin mengecewakanmu, jadi turun saja," kata Darren.
Darren turun dari mobil dan semua mata tertuju kepadanya, tak heran Darren seorang pria idaman satu-satunya di negara ini. Kekayaan yang berlimpah dan memiliki segalanya, yang membuat semua wanita bisa bertekuk lutut di hadapannya.
Darren membuka pintu mobil untuk Nancye, wanita itu enggan turun karena melihat semua mata tertuju kepada Darren.
"Ayo turun ...." Darren menengadahkan tangannya.
Semua orang penasaran siapa yang sedang bersama Darren dan siapa yang membuat Darren membuka pintu mobil yang tak pernah terlihat melakukan itu sebelumnya.
"Apa tak ada parkiran yang tersembunyi? Semua orang melihat kita," kata Nancye mencoba menutup matanya.
"Kau tak mau turun?" tanya Darren.
Nancye menggeleng.
"Kalau tak mau, ya seperti ini saja supaya kau turun," kata Darren sembari menggendong Nancye keluar dari mobil ala bridal style, semua orang terkejut bukan main melihat Darren menggendong seorang wanita.
Semua wanita membulatkan matanya penuh karena terkejut dan syirik, banyak orang pula yang mengabadikan kejadian itu dengan ponsel mereka.
"Apaan, sih, turunkan aku," kata Nancye.
"Aku tak perduli jika seluruh dunia melihat kita, kau sudah menjadi milikku juga, bukan?”
"Aku tau, tapi lepaskan aku jangan seperti ini di depan umum," kata Nancye.
Darren lalu menurunkan Nancye yang masih enggan melihat ke arah semua orang yang sedang melihatnya dan juga Darren.
"Ayo masuk," ajak Darren sembari mengengam tangan Nancye dan berjalan melewati orang-orang yang sedang melihat mereka sejak tadi.
Ketika masuk ke gedung rumah sakit, semua orang yang ada di dalam gedung pun terkejut, termaksud para dokter wanita dan perawat wanita serta pengunjung wanita mereka membulatkan matanya penuh karena sebelumnya tak pernah melihat Darren menggaet seorang wanita sebelumnya apalagi di depan orang banyak.
Darren masih menggenggam tangan Nancye erat. Ya sangat erat!! Sampai melepasnya pun Nancye tak memiliki tenaga. Seakan Darren takut kehilangannya.
Banyak pria yang melihat ke arah Nancye yang dengan anggunnya memakai Dress selutut menambah kesan seksi di tubuh mungilnya.
Darren tak suka jika ada pria yang menatap Nancye, Darren begitu terobsesi akan cintanya yang kian membuat hatinya penuh ketakutan jika saja wanita itu menjadi milik orang lain, keobsesian itu di karenakan untuk pertama kalinya Darren jatuh cinta kepada wanita cantik dan sesederhana Nancye.
Banyak dokter senior menundukkan kepala menyambut kedatangan Darren.
Darren mengetuk sebuah ruangan yang ada di pojok kiri, suara pria dari dalam menyuruh mereka masuk.
Ketika membuka pintu ruangan, Darren dan Nancye terkejut ketika melihat Leduardo baru saja memakai kemeja miliknya yang sedang ia kancing, terlihat seorang wanita seksi keluar dari ruangan Leduardo dengan wajah merah padam.
"Kau sedang bermesraan rupanya," kata darren sembari menggeser kursi dan mempersilahkan Nancye untuk duduk.
"Kau datang pada saat yang tepat karena aku baru saja selesai melakukannya," kekeh Leduardo.
Darren dan Nancye tersenyum.
"Kau menelfonku semalam, dan Nancye wanita yang kau maksud?"
Darren mengangguk. “Siapa lagi memangnya?”
"Sebelum kita memulai perbincangan, aku perkenalkan dia kepadamu, namanya Nancye dan dia kekasihku," kata Darren tanpa malu.
Nancye dan Leduardo saling melempar senyum, Leduardo enggan menghentikan tatapannya.
Dengan cepat Darren membasuh wajah Leduardo dengan tangannya, agar berhenti menatap Nancye dan memisahkan senyum mereka.
Darren tahu jika Leduardo terpana melihat kecantikan Nancye sampai hal sekecil itupun membuatnya cemburu.
"Aku tau dia Nancye, kita sempat ngobrol banyak sewaktu di mansionmu, jadi Nancye adalah kekasihmu? Sudah? Sejak kapan?" tanya Leduardo.
"Sejak hari ini dan seterusnya,” jawab Darren, membuat Nancye menggeleng melihat tingkah Darren.
"Amazing, sang pangeran akhirnya jatuh cinta juga setelah sekian lama."
Darren hanya bisa menyambut tertawaan Leduardo.
"Bagaimana? Apa semalam kau sudah mengeceknya?" Tanya darren.
"Iya. Jadi calon dokter itu---"
"Nancye, bukankah sudah ku katakan dia lulusan Standford?” Darren mengangkat kedua bahunya.
"Sebenarnya ini sulit, Sob. Nancye masih jauh dari kata dokter, meski dia sudah menjalani coass, namun dia belum mendapatkan sertifikat, belum magang dan intership." Leduardo sejenak berpikir.
"Pasti lah ada jalan, aku bisa saja menjual rumah sakit ini dan membangunkan Nancye rumah sakit sekalian, semua kan bisa di dapatkan hanya dengan uang, jadi kenapa harus susah payah?”
"Tapi menjadi dokter itu beda, Sob, tidak akan semudah itu juga, namun aku sudah berbicara dengan Direktur."
"Jawaban tua bangka itu apa? Tidak bisa? Jika dia ku pecat dan ku pensiunkan, dia mau?" tanya Darren, membuat Nancye menggeleng.
"Tapi tak perlu khawatir, kau bisa mulai bekerja besok, tapi kamu magang dulu di sini, aku yang akan membimbingmu, kita akan pikirkan nanti bagaimana karirmu selanjutnya.”
"Apa tak ada wanita yang bisa membimbingnya?" tanya Darren.
"Kau cemburu jika aku yang membimbingnya?"
"Tidak sama sekali.” Darren menggeleng.
"Lantas kenapa kau menanyakan pembimbing wanita?"
"Siapatau saja ada."
Nancye hanya tersenyum melihat tingkah Darren. Begitupun Leduardo yang baru pertama kali melihat sahabatnya itu cemburu.
"Trus bagaimana? Apa ku panggilkan dokter lain?" tanya Leduardo.
"Tak perlu, aku bisa saja menyuruh semua dokter yang ada di rumah sakit ini dari yang sudah senior dan profesional membimbingnya." Darren begitu sombong, sejak tadi Nancye hanya diam saja karena tidak ingin melawan perkataan pria iblisnya itu.
"Jangan berlebihan," kata Nancye menyentuh paha Darren.
"Aku beri bocoran sedikit ke kamu Nancye, dia baru petama kali seperti ini, sebelumnya ia tak memiliki kekasih atau teman dekat, yang dia tau hanya menyewa wanita semalam dan tak bisa memberikan hatinya, aku salut sama kamu, ternyata kau wanita pertama yang sudah berhasil membuat hatinya yang sekeras batu akhirnya mencair," kata Leduardo.
Nancye lalu menatap ke arah Darren.
"Sudahlah! Tidak usah di bahas, aku bisa saja memilih anak presiden untuk menjadi kekasihku."
"Bukankah memang anak presiden tergila-gila kepadamu?" tanya Leduardo, membuat tatapan Nancye kembali ke Darren yang tengah mengelus dahinya.
"Jangan membahasnya."
"Itulah dia, Nancye."
Nancye tersenyum melihat perdebatan antara dua sahabat itu.
"Sudah selesai, ‘kan? Kalau begitu aku dan Nancye akan pulang," kata Darren sembari beranjak dari duduknya dan menggenggam erat tangan nancye seakan takut jika genggaman itu terlepas.
"Baiklah, aku juga punya jadwal operasi sejam lagi, jadi aku harus bersiap. Besok jangan sampai telat, ya, Nancye?" Leduardo mengingatkan seraya beranjak dari duduknya dan mengantar kedua pasangan itu sampai di depan ruangannya.
"Sekali lagi selamat karena kau sudah berhasil mencairkan hatinya yang dingin sekeras batu itu," sambung Leduardo.
Nancye hanya tersenyum mendengar kata selamat dari Leduardo. Nancye dan Darren lalu berjalan membelakangi Leduardo.
BERSAMBUNG.
.
.
Jika kalian suka jalan ceritanya jangan lupa tekan like / love ya, karena dari love / like kalian, saya bisa berkarya dan memberikan cerita-cerita yang lebih baik lagi.
Salam cintaku.
Irhen Dirga