Sepulang dari kampus Nancye mampir ke bar, ia sangat terbebani dengan masalah Elis menjebaknya serta Robert yang tak mendengarkan penjelasannya sama sekali.
Ia harus putus dengan pria yang selama ini mencintainya dengan tulus tanpa melihat ia siapa dengan latar belakangnya yang sederhana.
Rasa sakit itu begitu terasa di hati Nancye.
"Elis, kau tega melakukan ini padaku," kata Nancye yang sudah setengah mabuk.
****
Ketika sedang bercerita dengan Leduardo, Darren melihat sosok wanita yang tak asing sedang duduk agak jauh dari hadapannya sedang minum di meja paling belakang.
"Kau tak mendengarkanku?" tanya Leduardo sembari melihat arah penglihatan Darren.
"Siapa yang kau lihat?" tanya Leduardo lagi.
"Tunggu sebentar, aku akan kembali," kata Darren sembari beranjak dari duduknya dan menghampiri wanita yang tak lain tak bukan adalah Nancye.
Darren menghampiri Nancye dan duduk tepat di hadapannya, banyak wanita yang melihat ke arah mereka, banyak wanita yang begitu heran siapa yang Darren hampiri.
Darren mengetuk meja agar membuat Nancye sadar.
Nancye melihat ke arahnya dan menatapnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Darren.
"Oh? Pria iblis?" tanya Nancye tanpa sadar karena sudah sangat mabuk.
"What are you doing here?"
"Aku? Aku sedang minum-minum, apa kau tak melihatnya?"
"Yang aku lihat kau sedang menangis, apa yang kau tangisi?"
"Kau sudah menghancurkan hidupku, aku kehilangan semuanya karenamu, aku mohon lepaskan aku, jangan menyiksaku seperti ini.” Nancye menyeka air matanya dan meminum segelas miras.
Darren terdiam sejenak dan mencerna perkataan Nancye.
"Apa kau kesurupan? Kenapa minum-minum sendirian sebanyak ini?" tanya Darren menghentikan Nancye agar tak minum lagi.
"Lepaskan aku. Do not bother me," kata Nancye, wanita cantik itu tak sadar.
"It's all because of you, jangan mengurusiku.” Nancye melepas genggaman Darren.
"Ada apa? What happened? Sampai kau seperti ini?" tanya Darren yang masih sabar menghadapi sikap Nancye, meski harus menjadi tontonan para wanita.
"Sahabatku, sahabat yang ku percaya sengaja menghancurkanku dan membuat hidupku menderita sampai aku sendiri tak berani bertemu keluargaku. Apa ini semua takdir? Jika bisa ku ulang lagi, aku memilih tak pernah lahir kedunia ini." Suara Nancye begitu serak karena harus menahan airmatanya.
Darren menggendong Nancye ala bridal style, dan membawanya ke mobil.
"Where are you going?" tanya Leduardo yang melihat sohibnya sedang menggendong wanita.
"I'm sorry my friend, i have to go," jawab Darren, berjalan keluar dari bar.
Darren tak perduli akan pandangan semua orang apalagi dengan para wanita yang memang tergila-gila padanya sejak dulu.
****
Sampai di penthouse, Darren lalu membaringkan Nancye di atas ranjang miliknya bukan di ranjang Nancye.
"Aku akan menjagamu," kata Darren seraya mengelus lembut rambut Nancye.
Darren tak pernah tau akan perasaannya saat ini, yang pasti ia takut kehilangan Nancye.
Darren memandang wajah tenang wanita yang sudah berhasil membuatnya sadar, wanita cantik itu masih menitikkan air mata meski wanita itu sudah tak sadar, terlalu banyak beban yang menumpuk di kepalanya, sehingga yang ia lakukan hanyalah menangis.
"Ada apa dengan wanita ini? Kenapa dia menangis? Siapa yang membuatnya menangis?" tanya Darren kepada dirinya sendiri...
****
Beberapa jam kemudian, Nancye terbangun dan mendapati dirinya sedang terbaring di atas ranjang Darren, Nancye melihat tubuhnya yang masih mengenakan pakaian lengkap seperti kemarin.
"Apa dia melakukan sesuatu kepadaku? Kenapa aku bisa di kamarnya?" tanya Nancye kepada dirinya sendiri.
"Kau sudah bangun?" tanya suara Darren yang baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan jubah mandi berwarna putih tulang.
"Hem,” jawab Nancye, hendak keluar dari kamar, namun Darren mencegahnya dan mendudukkannya kembali keranjang.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Nancye.
"Aku punya banyak pertanyaan yang harus kamu jawab dengan jujur, itu poin besar untuk mengurangi hutangmu kepadaku," kata Darren.
"Apa?"
"Kenapa kau kemarin ada di bar?"
"Tidak mungkin ‘kan ke bar untuk kuliah, ya untuk minum-minum, apa kamu tidak jelas melihatnya?" Nancye masih kesal, namun harus berhadapan dengan pria iblis ini.
"Iya. Aku tahu itu, lantas kenapa kau kemarin menangis? What is the problem? Did something happen? Ceritakan kepadaku sekarang juga.”
"Kenapa aku harus mengatakannya kepadamu? Aku juga hanya pelacurmu, bukan pacarmu atau istrimu yang harus kamu tau setiap gerak-geriknya, bukan? Tugasku hanya membuka bajuku untukmu, jadi tidak ada hubungannya denganmu apa yang membuatku menangis."
"Aku tak menyuruhmu melawanku."
"Karena, aku tidak ingin cerita."
"Well. Jika kamu memang mau utangmu cepat selesai dan kau bisa bebas dariku, ceritakan kepadaku dengan jujur."
Nancye membulatkan matanya penuh berharap agar urusannya dengan Darren cepat selesai dan dia bisa memulai hidup seperti biasa tanpa ada yang menekannya.
"Baiklah."
Nancye lalu menceritakan semuanya kepada Darren tentang Semua anak kampus membullynya. Elis sahabatnya yang sudah tega menjebaknya menjadi seorang p*****r dan ia juga menceritakan tentang Robert yang tak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan, tak ada yang ia lewatkan satupun, semua ia ceritakan kepada Darren..
"Jadi … itu yang membuatmu menangis?"
"Iya. Aku hanya ingin ada satu orang yang percaya padaku, aku benar-benar tak tau jika Elis yang sudah tega mencantumkan nomor serta fotoku di alamat website temannya hanya untuk menghancurkanku."
"I believe you."
Nancye menatap Darren penuh dengan pertanyaan, apa maksud perkataan Darren menyerang di pikirannya.
"Jika kau.percaya kenapa kau tega melakukan ini?"
"Jadi kau menyalahkanku?"
"If the only time that you let me go, ini semua tak akan terjadi. Kau egois, kau–" Belum juga Nancye menyelesaikan kata-katanya Darren langsung mencium bibirnya.
"Hmmpp … aku," kata Nancye sembari memukul d**a bidang Darren dan berusaha melepaskan diri.
Darren melepas ciumannya dan menatap Nancye dengan tatapan penuh perasaan, namun Darren belum menyadari perasaannya.
"You're a jerk!" kata Nancye sembari melap bibirnya.
"Itu hukuman buat kamu karena terlalu banyak bicara," kata Darren.
Nancye beranjak dari duduknya dan keluar kamar meninggalkan Darren yang sedang menatap kepergiannya.
"Dasar pria iblis. Selalu saja melakukan apa yang dia mau tanpa bertanya dulu," gumam Nancye..
Nancye lalu masuk ke kamarnya.
BERSAMBUNG.
.
.
Jika kalian suka jalan ceritanya jangan lupa tekan like / love ya, karena dari love / like kalian, saya bisa berkarya dan memberikan cerita-cerita yang lebih baik lagi.
Salam cintaku.
Irhen Dirga