[ Daddy 02 - Keinginan Siera ]
Jangan lupa tekan Tap Love dan Komen ya guys!
.
.
.
Happy Reading!
.
.
.
Gadis itu terengah, masuk ke dalam bus dengan keringat menetes dari pelipis. Mengatur kembali rambutnya yang berantakan. Mengecek jam tangan sesaat, ‘Hh, masih jam 7.30 pagi,’ batin sang empunya,
Dia terpaksa datang lebih pagi, lagi dan lagi. Selama beberapa bulan ini, demi menghindari berangkat bersama dua orang itu.
Mereka berdua bahkan sampai membuat jadwal keberangkatan bersamanya. Senin sampai sabtu, tanpa terkecuali. Siera tidak suka! Dia lebih memilih naik bus atau naik motor sendiri daripada naik mobil mewah mereka.
Berjalan mencari tempat duduk, bus pun masih lenggang sehingga dia bisa bebas memilih. Menguap beberapa saat, ‘Gara-gara mereka berdua!’
Siapa sangka kalau kamar tidur yang sudah Ia kunci rapat-rapat bisa dibuka dengan kunci cadangan! Masuk dan tidur di samping Siera tanpa izin. Menyebalkan!
Mengingat itu saja sudah membuat amarahnya naik. Kalian mungkin bingung, siapa dua orang laki-laki itu dan dua wanita dewasa tadi.
Menghidupkan handphone, hari ini pun Siera tidak lupa mencatat diary keburukan serta umpatan pada dua laki-laki itu. Satu hal yang wajib!
“Kalau saja buku ini bisa menyantett mereka berdua, pasti seru.” bisiknya sembari menahan tawa,
Dua bersaudara yang muncul sekitar enam bulan lalu. Datang ke dalam hidup Siera dan mengubah semuanya dalam hitungan hari. Keluarga Mahesa.
Arkhiel Vaden Mahesa, lelaki dengan tinggi badan 180 cm, usia 30 tahun. Rambut ikal berwarna kehitaman menjadi ciri khasnya, manik berwarna abu-abu, dengan bulu-bulu tipis di bagian dagu. Kesukaan kucing, dan menganggap bahwa semua wanita tidak akan bisa menandingi makhluk ciptaan Tuhan paling lucu itu.
Khailan Ideon Mahesa, adik dari Arkhiel, lelaki dengan tinggi yang sama, usia hanya terpaut 1 tahun lebih muda, yaitu 29 tahun. Rambutnya yang lurus terpotong pendek, berwarna kecoklatan, manik abu-abu persis seperti sang kakak. Ibarat kata senyuman laki-laki itu sanggup melelehkan semua wanita di depannya kecuali, Siera.
Gerakan tangan Siera terhenti, ‘Kenapa aku malah memuji mereka!’ Menghapus semua tulisan itu secepat mungkin.
Jika bertanya tentang pekerjaan mereka?
Lebih baik, Siera tidak menceritakannya sekarang. Mungkin lain kali.
“Ibu Amanda dan Lisa.” Masih terbayang jelas, bagaimana bisa sosok janda seperti Amanda bisa masuk kriteria Arkhiel.
‘Ya, d**a dan wajahnya sama-sama luar biasa sih,’ Siera reflek menatap dadanya sendiri. Mendecih kesal, ‘Aku masih bisa tumbuh, tenang saja. Lagipula berat jika bawa melon besar seperti itu jalan-jalan,’
Kebiasaan buruk kedua orang itu juga hampir sama. Menjadi playboy dengan alasan mencarikan istri yang akan menjadi wali juga bagi Siera. Mengajak beberapa wanita untuk tidur bersama mereka, setiap minggu selalu berganti. Entah apa yang mereka lakukan di sana, dia tak mau tahu!
Menyender dan mematikan handphonenya, Siera mencoba menutup mata sejenak. “Mungkin aku bisa istirahat dulu,”
Baru saja dia berniat tidur sebentar, tiba-tiba bus terhenti sesaat, diiringi beberapa orang masuk. Suara-suara yang cukup familiar membuat Ia terusik.
Maniknya terbuka, melihat siapa yang baru saja masuk. Lima orang gadis berpakaian sekolah sama dengannya, ekspresi Siera berubah datar. Pandangan gadis itu teralih, ‘Hh, kenapa aku harus bertemu mereka,’ batinnya kesal.
“Kau yang mengajak kita pergi pagi-pagi seperti ini, jadi ingat traktiranmu, oke?!”
Saat derap langkah mereka makin dekat, salah seorang gadis yang tengah memakan roti melihat keberadaan Siera, “Oh, ternyata ada berandal sekolah kita di sini!” tukas sosok itu cukup keras.
Siera mendengus sinis, memilih cuek. Tapi sayang, kelima gadis itu justru duduk di dekatnya. Mengelilinginya dengan sengaja, “Kau benar, beruntung sekali kita bisa bertemu denganmu.”
“Astaga, lihat rambutnya. Dicat pirang, berani sekali! Padahal dia murid baru,” Seorang gadis sengaja memainkan rambut Siera pelan. Menarik sekilas, “Apa kau ingin menarik perhatian semua orang dengan penampilanmu ini, hm?”
Sebelum akhirnya Siera menyingkir, “Pergi kalian, jangan membuat masalah di sini.” ujar gadis itu ketus.
“Hooh, dia mengusir kita.” Kali ini sigap menarik tas Siera cepat, membuat benda itu terjatuh, “Kau tidak boleh sombong dengan temanmu sendiri.”
Masih mencoba tenang, Siera menunduk mengambil barang-barang yang terjatuh. Tak sampai sana, mereka bahkan sengaja menendang pensil dan buku miliknya.
‘Hh,’
“Kau ini berlagak seperti berandal dengan penampilan seperti itu, dasar tukang cari perhatian! Anak baru tapi sudah berlagak keren,”
Sejak awal Siera tahu, alasan mereka melakukan ini. Alasan yang simple dan sering kali Ia alami selama berpindah-pindah sekolah.
Iri hati, dan tersaingi.
Saat Siera hendak mengambil barangnya, salah seorang gadis berhasil menyinggung gadis itu. “Kau tiba-tiba merubah penampilan seperti itu, jangan bilang untuk menutupi kemiskinanmu? Ups, aku lupa kau ‘kan tidak punya orangtua.”
“Mungkin saja dia bekerja keras untuk membeli penyemir rambut, dan tindik perak murahan itu! Hahaha!!”
Tawa mereka membahana, “Oh, dan kau ingat saat hari pertamamu di sekolah? Aku tidak sengaja bertemu wali-mu, mereka jahat sekali ternyata.”
Tubuh Siera menegang sesaat, alisnya tertekuk.
“Khahaha, benar! Aku tidak mengira lho kalau orangtua angkatmu itu tega meneriaki putrinya sendiri di depan orang banyak!”
“Mereka pasti merasa terbebani karena mengangkat putri tidak berguna sepertimu."
Kesabaran Siera habis, berdiri tegap. Manik almond itu menatap datar, tanpa ekspresi. “Sudah selesai?” tukasnya dingin.
“Ha?”
“Kalian sudah selesai berceloteh di depanku? Jika kalian tidak turun, lebih baik aku saja yang pergi.” Tanpa menunggu lama, Siera berjalan, dengan sengaja mendorong pundak dua gadis di depannya.
“Kau! Beraninya mendorongku!” Sosok itu mencengkram pundaknya, berpikir bahwa Siera akan berbalik dan menangis.
“Kalian bilang aku ini mirip berandalan ‘kan?” Membalikkan tubuh dengan manik tajam, disertai renggangan badan. “Kalau kalian berani di sini, tolong jangan lupakan kalau bus ini punya kamera CCTV. Lakukan saja. Aku tidak akan melawan,”
Terdiam sesaat, kompak kelima gadis itu bungkam. Saling menatap tak percaya, sampai akhirnya menekan tombol berhenti dengan cepat.
“Kh!! Awas saja kau di sekolah nanti!!” Berlari meninggalkan Siera, “Gadis miskin sepertimu akan kubuat tak berdaya di sekolah!!”
Satu kalimat ancaman lagi. Siera mendengus tipis, “Ya, ya, ya terserah kalian.”
.
.
.
.
Kehidupannya mungkin tidak seindah teman-teman lain di sekolah. Mempunyai kedua orangtua yang lengkap dan bisa diandalkan. Sejak 4 tahun lalu, Siera sudah kehilangan semua itu. Ayah dan ibu yang Ia cintai, meninggal saat terjadi kecelakaan pesawat terbang menuju Singapura, usia Siera baru menginjak 13 tahun saat itu.
Hal yang Ia dapati di pagi hari adalah berita di televisi serta dering telephone yang terus berbunyi mengabarkan berita tentang kepergian orangtuanya.
Tak sampai di sana, Siera pun terpaksa tinggal bersama paman dan bibi yang notabene saudara kandung sang ayah. Siera seolah menjadi benalu dalam keluarga itu, bersikap seolah tak ada, karena pada dasarnya paman dan bibi Siera memang tidak punya keinginan untuk mengangkatnya sebagai putri.
Mereka mungkin sekedar iba, dan itu pun hanya berlangsung sesaat. Semua perhatian keduanya sudah tertuju pada putri sulung mereka yang memiliki usia lebih muda satu tahun darinya.
Tidak ada yang bisa Siera andalkan. Teman, sahabat, orangtua, sanak saudara, atau siapapun itu. Menjadi sosok yang cuek dan lebih sering bermain dengan penampilan.
Semua ejekan yang diberikan pada Siera seolah menjadi makanan sehari-hari bagi gadis itu. ‘Yatim piatu,’ ‘Gadis Miskin,’ ‘Gadis berandal, tidak punya tata krama, gadis kotor, gadis tidak tahu malu, benalu, pengganggu.’ semuanya.
Bahkan kali ini, belum beberapa bulan dia masuk di sekolah barunya. Siera sudah mendapat musuh bukan teman.
Seperti tadi contohnya. Hanya karena alasan sepele.
‘Jika mereka tahu aku punya hubungan dengan dua laki-laki itu, pasti mereka akan semakin kepanasan.’ batin gadis itu lelah. Menggeleng kecil,
Arkhiel, dan Ideon. Sebenarnya hubungan apa yang ayah dan ibunya miliki, sampai-sampai membuat kedua orang itu sangat berhutang budi dengan keluarga mereka?
Siera masih mengingat jelas, bagaimana kedua lelaki itu muncul di sekolah lama-nya, dan langsung saja memberi sebuah pernyataan mutlak. Tepat di depan wali kelas, paman serta bibinya. Dua hari setelah kepindahan Siera.
[“Mulai hari ini, kami yang akan menjaga Siera.”]
[“Kalian tidak perlu khawatir. Kami akan menjadi wali-nya hingga usia Siera menginjak 20 tahun.”]
Pernyataan yang tidak bisa dibantah mengingat siapa mereka berdua. Sosok-sosok yang mampu membuat wali kelas bahkan kepala sekolah Siera menunduk takut.
Sosok dua penguasa yang memiliki begitu banyak koneksi dan kekayaan berlimpah. Kehidupan Siera berubah total saat itu juga.
Kalau saja mereka tidak ada, mungkin Siera masih tinggal bersama paman dan bibinya sekarang. Mengingat sekarang musuh gadis itu begitu banyak di sekolah barunya, Siera lebih baik menerima banyak cercaan daripada mengumbar hubungannya dengan kedua lelaki itu.