Kesembuhan Fitri

1004 Kata
"Huuuaa" teriak Fitri sambil memeluk Pramudia dengan erat. "Tenang, itu bukan apa - apa hanya dahan pohon yang terjatuh, untung tidak menimpamu" kata Pramudia menenangkan Fitri yang ketakutan. Fitri pun melepaskan pelukannya, sambil mengatur nafas karena ketakutan. "Maaf, tidak sengaja.. saya sangat ketakutan" kata Fitri dengan nafas yang masih tak beraturan. "Tak apa, saya mengerti nggak perlu sungkan" kata Pramudia sambil menarik tangan Fitri dan menuntunnya karena terlihat masih ketakutan. Disaat seperti ini, ada rasa hangat dan bahagia di hati Fitri karena ada yang selalu menemani dan melindunginya. Fitri pun mengekor di belakang Pramudia dan tiba sudah di kamar mandi yang super sederhana tanpa penutup. Fitri pun bergegas mengambil air wudlu, dengan setia Pramudia menunggu dan mengawasinya, setelah semuanya selesai mereka pulang dan langsung melaksanakan sholat maghrib berjamaah. Sungguh terasa tenang dan damai hati Fitri setelah selesai melaksanakan sholat bagai mana tidak selama ini dia telah melupakan sang pencipta hidupnya hanya sibuk mikirin duniawi. Beruntung di pertemukan orang seperti Pramudia yang telah menyadarkannya akan pentingnya agama dan tuntunannya. "Kamu kenapa menangis, apa ada yang sakit?" tanya Pramudia karena melihat air mata Fitri mengalir deras hingga sesegukan. Fitri hanya menggelengkan kepalanya dan menangis semakin tersedu. Pramudia yang tidak mengerti apa yang terjadi berhambur memeluk Fitri dan mendekap erat di dadanya, membelai rambut Fitri dengan penuh kasih sayang, membuat Fitri semakin larut dalam kesedihan. Dua bulan sudah Fitri berada di hutan bersama Pramudia yang selalu setia menemaninya dan membantu proses penyembuhan penyakit yang di deritanya pun berangsur membaik. Wajah Fitri semakin bersinar, malah lebih cantik, bau busuk dan amis di tubuhnya pun menghilang, padahal hanya berendam air rempah setiap hari, aura kecantikan nya pun keluar membuat siapa saja yang memandang akan terpesona. Terkadang tanpa sepengetahuan Fitri, Pramudia sering mencuri pandang membuat ada getaran aneh di dadanya yang sulit untuk di ungkapkan dengan kata. "Akhirnya penyakitmu telah sembuh, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Pramudia yang tak lepas dari pandangannya kepada Fitri membuat Fitri langsung mengalihkan pandangan ketika mata mereka beradu. "Entahlah, tapi.. aku ingin balas dendam kepada suami dan gundiknya" jawab Fitri menghela nafas "Apa kamu masih sakit hati dan belum mengikhlaskannya?, kalau menurutku dari pada mengotori diri dengan dendam mending membuka lembaran baru dan menata kembali kehidupanmu" kata Pramudia membuat Fitri terharu dengan sarannya dalam hati terdalam Fitri mengakui kekagumannya kepada Pramudia, selain tampan, sholeh, sabar, pemaaf sungguh lelaki idaman setiap wanita. "Aku masih sakit hati, tolong bantu aku" pinta Fitri memelas membuat Pramudia merasa tak tega dan iba. "Baiklah, akan ku coba membantu mu walau, sebenarnya aku tak setuju" kata Pramudia menyenderkan tubuhnya pada dinding bilik. Kami pun terdiam suasana menjadi hening. Terlintas ide konyol di fikiranku yang langsung ku hempaskan, namun ide itu selalu menari di kepala Fitri. "Aku ada ide" seru Fitri mengagetkan Pramudia yang sedang melamun. "Apa?" kata Pramudia dengan tatapan tajam ke arah Fitri. "Kita menyamar jadi suami istri saja, aku akan merubah penampilanku, agar tidak di kenalinya, dan langkah selanjutnya baru aku akan masuk ke kehidupan mas Danu lagi dan memberi pelajaran pada mereka berdua" jelas Fitri panjang lebar membuat Pramudia mengeryitkan dahi mencoba mencerna semua ide yang menurutnya konyol. "Kamu yakin dengan ide mu itu?" tanya Pramudia "Sangat yakin, tolong jangan menolak ya" pinta Fitri memelas "Hhhm, baiklah aku akan bantu sebisa ku" jawab Pramudia menghela nafas berat "Makasih..." kata Fitri bahagia dan langsung memeluk Pramudia. Lagi - lagi Pramudia harus di kejutkan sikap Fitri yang membuat dadanya bergemuruh namun ada rasa nyaman dan senang tatkala berdekatan dengan Fitri. "Maaf " kata Fitri melepaskan pelukannya walau dalam hatinya masih ingin memeluk pria yang selama ini membuatnya nyaman. "Tak apa, saya mengerti" jawab Pramudia tersenyum membuat Fitri terpesona namun segera tersadar dan mencairkan suasana yang terasa canggung "Oh.. ya bolehkah aku mengetahui mengapa kamu sampai asa disini?" tanya Fitri dengan hati - hati takut menyinggung perasaan Pramudia "hmmm, pentingkah kamu mengetahuinya?" tanya balik Pramudia sambil menghela nafas seakan enggan menceritakan. "Nggak juga sih, tapi kalau kamu memang keberatan untuk menceritakanya tak apa, maaf kalau aku telah menyinggung mu" jawab Fitri tak enak "Nggak, memang aku berniat menceritakan semuanya, namun aku bingung untuk mulai dari mana?" kata Pramudia terlihat nampak bingung "Aku telah bersuami dan belum di karuniai anak , namun kehidupan kami sangat bahagia dan harmonis usia pernikahan kami tidak sebentar sudah 10 tahun, tapii.. semenjak aku menderita penyakit suamiku menjauh dan sikapnya berubah, suamiku seorang pengusaha sukses aku mendampinginya dari nol, itulah sepenggal kisahku" jelas Fitri menceritakan tentang dirinya sampai berada dihutan. "Baiklah, aku ceritakan mengapa sampai ada disini, aku adalah Pramudia seorang konglomerat yang di jebak oleh istri sendiri, karena sifatnya yang serakah dia ingin mengusai semua hartaku bersama kekasih gelapnya, untung masih ada asistenku yang masih setia dan menyelamatkan separuh hartaku yang tidak di ketahui istriku, aku sengaja di sini menyendiri tanpa ada yang mengetahui untuk menghindari bahaya dan teror istriku dan kekasih gelapnya yang bisa saja menghampiriku jika mengetahui aku masih hidup. Aku di bius dan di buang ke jurang, aku kira bakal mati tapi tuhan maha baik, aku bisa selamat, aku senang bertemu dengan mu, serasa mengobati kesepian dan ketakutan yang melanda. Oh, ya panggil saja aku Pram agar tidak canggung" kata Pramudia menceritakan secara gamblang membuat ku terdiam merasakan apa yang dialaminya. "Aku panggil mas Pram saja ya, biar enak di dengar" kata Fitri "Dan aku panggil dik Fitri aja ya, semoga kita menjadi teman baik" timpal Pramudia Aku hanya mengangguk dan tersenyum hangat kepadanya. "Owh, ternyata Pram konglomerat" guman Fitri dalam hati. Senja pun tiba angin berubah menjadi sangat dingin suasana menjadi gelap dan mencekam akan kah turun hujan? Tiba - tiba kilat menyambar, menjatuhkan dahan pohon yang terlihat rapuh membuat Fitri terkejut karena suara dari kilat yang menggelegar di tambah dengan suara dahan pohon yang terjatuh begitu keras membuat suasana semakin tidak nyaman, di sertai suara gemuruhnya angin, ah entah lah di tambah tidak ada penerangan, sungguh lengkap sudah semuanya. Andai saja dihutan ini hanya tinggal sendirian mungkin sudah mati karena ketakutan, namun beruntung Fitri di temani oleh pria seperti Pramudia yang selalu sigap. Yang membuat Fitri tidak terlalu khawatir dan merasa nyaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN