Yuuna malu dan takut secara bersamaan. Kemudian tiba-tiba terasa kursi tempat duduk Yuuna di putar dan pelakunya adalah Iyen. Karena Iyen ingin memperlihatkan hasil riasannya pada Reina dan Raisya. Tetapi sesaat akan terlihat oleh Reina dan Raisya, secara reflex Yuuna menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Yuuna memajamkan matanya rapat dan tangannya menutupi wajahnya sendiri. Sungguh Yuuna ingin menggali kuburan untuk dirinya sendiri, ia sungguh merasa malu dengan dirinya apalagi jika ia harus menampakkan diri di muka umum tepatnya sebuah pesta pembukaan bisnis Reza yang sudah tidak dapat dipungkiri, tentu saja ada banyak tamu dan orang penting perusahaan di sana.
“Yuu…‼ ayolah singkirkan tanganmu…!” teriak Reina yang gemas melihat Yuuna yang setia menutup wajahnya, menghalangi pandangan dirinya dan orang lain untuk melihat wajahnya yang sudah dirias oleh Iyen beberapa saat lalu.
“Mbak Yuuna… bukan atuh tangannya tangan ditutupin gitu, nanti make up-nya rusak,” bujuk Iyen pada Yuuna untuk membuka tangannya yang ia gunakan untuk menutup wajahnya.
Yuuna langsung saja menggeleng rebut, ia malu sampai tidak terkira, jelas wajah Allata saat itu sangat merah hingga menjalar ketelinganya beruntung telinganya tertutup.
“Yuuna… astaga aku gemas sekali dengan anak ini…” ujar Reina sangat ingin rasanya ia menarik tangan Allata yang menghalangi pandangannya. Dari sulut yang tidak tertutup oleh tangan Yuuna dapat dilihat jika wajah dengan polesan make up tipi situ sangat cantik, maka dari itu Reina sangat penasaran.
“Yuuna… ayolah buka wajah tanganmu, bagaimana kita akan berangkat jika begini,” ujar Reina dengan nada yang ia merasa sedang tidak enak hati.
“Aku malu sekali Rei… boleh hapus saja make upnya?” ucap Yuuna yang akhirnya berbicara tetapi ia malah meminta make up yang baru beberapa menit yang lalu selesai diaplikasikan di wajahnya itu dihapus. Tentu saja Iyen melotot tidak suka pada Reina, ia marajuk karena Yuuna ingin menghapus make up yang sangat ia senangi teraplikasi di wajah cantik Yuuna.
“Tidak!” jawab Reina cepat dengan nada tinggi. Ia berdiri dengan langkah tegap menghentak. “Lepas tanganmu atau aku akan menariknya!?” ucap Reina mengancam Yuuna sambil melangkahkan kakinya menuju tempat duduk Yuuna.
“Rei… tapi aku takut kalian akan tertawa karena wajahku, ini seperti badut Rei…” rengek Yuuna dari balik tangan yang menutupi wajahnya. Ya ampun Reina sangat gemas dnegan Yuuna yang kadar pemalunya sangat-sangat menyusahkan diri sendiri itu.
“Tidak akan ada yang tertawa setelah melihat wajahmu, jika ada yang melakukannya aku pastikan pelakukanya akan kugorok di tempat!” ucap Reina dengan tegas menyakinkan Yuuna untuk membuka tangannya tanpa dipaksa, Reina tidak lupa dengan kebiasaannya yaitu mengancam.
“Sungguh?” ucap Yuuna meminta kepastian dari orang-orang yang ada di ruangan itu.
“Iya… aku yang memastikannya,” balas Reina yang sudah berdiri di depan Yuuna.
Yuuna pun terdiam sebentar dan perlahan ia membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Tapi mata Yuuna masih setia tertutup belum siap sepenuhnya untuk melihat orang yang kini menatap wajah yang baru saja terlihat itu. Mereka terperangah melihat wajah itu, mereka terdiam dan tertegun. Dan Yuuna, ia malah masih menutup matanya, takut dengan reaksi Reina, Iyen, dan Raisya yang ada di ruangan itu. Tapi setelah beberapa detik ia menurunkan tangannya dari wajahnya sendiri, tidak ada satupun respon yang ia dengar, maksudnya tempat ia menjadi sangat sunyi tidak ada suara, Yuuna jadi merasa sendirian di dalam gelap saat ia masih setia memejamkan matanya. Karena merasa aman, beberapa detik wajahnya sudah terbuka tidak ada satupun respon aneh terdengar, baik itu tawa, cacian, marah, pertanyaan aneh, atau sekedar pujian. Yuuna akhirnya pun membuka mata secara perlahan mengintip sedikit demi sedikit dari matanya yang perlahan terbuka.
Reina, Iyen, dan Raiysa masih ada di ruangan itu bahkan masih di posisi yang sama saat sebelum Yuuna membuka matanya atau saat Iyen memutar kursinya. Yuuna memandang mereka dengan bingung, satu persatu dari mereka bertiga Yuuna lihat mereka dengan kompak tercengang. “Apa yang salah di sini?” tanya Yuuna dengan lugunya.
“Reina…?” panggil Yuuna pada Reina karena Reina yang kini berada tidak jauh darinya duduk. Reina juga sama terpakunya, tidak berkedip melihat wajah Yuuna yang sudah diaplikasikan make up.
“Iyen…? Raisya…? Kalian kenapa sih… hallo…?” panggil Yuuna satu persatu. Baiklah ini sungguh keterlaluan pikir Yuuna, mereka jadi lebay semua jika hanya melihat wajah bermake up Yuuna.
“Kalian terpaku begini apa karena melihat wajahku?” tanya Yuuna tapi tidak ada yang menjawabnya. “Baiklah jika iya kalian lebay sekali sih, ya ampun…” ucap Yuuna mengatai tiga orang yang terbengong itu lebay.
Yuuna ancang-ancang menarik nafas dalam. “REINA…! IYEN…! RAISYA…!” panggil Yuuna dengan berteriak. Sungguh ia benar-benar berteriak. Yuuna yang jarang meninggukan suara pada orang lain kini terpaksa harus berteriak karena tiga orang itu seperti sedang dihipnotis sehingga tidak sadar jika hanya sebuah panggilan pelan.
Beruntung teriakan itu sungguh menggelegar dan menyadarkan tiga orang itu dengan Reina yang lebih dulu sadar atas kebodohannya. Iyen pun sama, begitu pula yang terjadi pada Raisya.
“Kalian kenapa sih…?” kesal Yuuna dengan wajah kesalnya ia menatap Reina yang ada di depannya. “Sudah kubilangkan, sebaiknya make up ini dihapus saja, aku sungguh tidak baik untuk menggunakan make up, kalian saja terpaku saat melihatnya pertama kali,” tutur Yuuna, entah dirinya sendiri sadar apa efek dari ia menggunakan make up yang baru saja terjadi pada Reina, Iyen, dan Raisya atau tidak sama sekali hanya menganggap mereka terpaku karena wajah Yuuna malah jadi jelek saat memakai make up karena tidak cocok untuk dilihat. Jika yang terakhir itu yang terjadi maka Yuuna sangat bersyukur, tetapi jika opsi pertama maka Yuuna akan mengubur dirinya.
“Tidak! Jangan coba-coba hapus!” bentak Reina duluan saat ia sadar Yuuna sudah ancang-ancang akan menghapus make upnya karena ia sangat malu dengan wajahnya.
Kini Yuuna yang terpaku sekaligus ingin mencari persembunyian sesegera mungkin. Yuuna menatap Reina dengan tatapan memelas meminta belas kasihan, Yuuna tidak bisa membayangkan bagaimana nanti saat ia datang ke pesta itu. Disaat Reina yang sudah sering melihat wajah Yuuna saja begitu ekspresinya saat pertama melihat Yuuna, sedangkan Iyen dan Raisya sudah termasuk orang yang sering mendandani dan melihat kecantikan orang-orang yang mereka rias pun sama terpakunya.
“Rei…?” panggil Yuuna, ia sudah jengah benar-benar jengah dan ingin pergi dan bersembunyi itulah pikiran Yuuna tentang penampilannya. Yuuna dalam bahaya.
“Ya? Ya pokoknya jangan dihapus ya… kita sebentar lagi berangkat, kita ganti baju dulu, ayo ayo…” sebut Reina dan menarik tangan Yuuna dengan lembut ia sungguh terkagum dengan Yuuna wajah itu lembut, anggun, cantik dengan garis wajahnya sangat lembut.
“Apa make up ini terlalu berlebihan? Kalian sampai terpaku begitu, aku jadi tidak nyaman untuk melihatkan diri ke pesta Reza…” tutur Yuuna tentang kekhawatirannya, ia mengikuti langkah Reina yang menggandeng lembut tangannya menuju ruang ganti di salon itu.
Selang beberapa menit mereka selesai mengganti pakaian mereka dengan pakaian yang mereka telah siapkan. Reina sangat percaya diri dan tidak sabar untuk datang ke pesta pembukaan bisnis sang kakak. Tetapi berbeda dengan Yuuna yang kini tangannya sampai berkeringat hingga basah karena saking gugupnya dia.
“Rei… tanganku sampai basah begini…” rengek Yuuna pada Reina dan memberitahukan tentang tangannya yang sangat basah oleh keringat dingin. Ia berharap Reina mau setidaknya memiliki ide untuk Yuuna dapat menyembunyikan wajahnya.
“Jangan khawatir mereka tidak akan sadar dengan wajahmu karena mereka akan fokus pada teman mereka, ya setidaknya begitulah yang aku tahu dari pesta-pesta kantor dan relasi orang-orang pekerja kantoran,” jelas Reina setidaknya ia berniat untuk memcoba menstimulus Yuuna agar tidak terus berpikir negative.
“Nanti tolong jangan tinggalkan aku, aku takut dan pokoknya aku tidak mau berkomunikasi dengan yang lain nanti!” ucap Yuuna dengan menggebu-gebu mencoba menenangkan diri sendiri karena nampaknya rencanya dan usahanya tidak ada yang berhasil meluluhkan Reina. Lagi pula ia mau mundur pun percuma karena Reina keras dan ia pun akan merasa tidak enak pada Reza yang sudah banyak mebantunya.
Sungguh Yuuna seperti akan menerjunkan diri sendiri di kolam yang penuh dengan ikan piranha saking gugupnya dia. Bilanglah Yuuna sangat lebay tapi perasaan itulah yang menyerang Yuuna saat itu karena jangan remehkan sebuah perasaan yang sulit untuk kita kendalikan padahal perasaan itu adalah tentang diri kita sendiri. Jika cinta maka beberapa orang kadang sulit untuk mengendalikan perasaan cintanya, contohnya ia akan tersenyum lebih cerah saat ia bertemu dengan cintanya, dapatkah dipaksakan untuk tidak tersenyum atau menampakkan wajah masammu saat kau bertemu dengan cintamu yang jarang sekali kau lihat dan saat kau tidak dapat memenangkan sesuatu yang kau perjuangkan selama beberapa saat dan kau pun menangis atau setidaknya kau kecewa. Satu lagi saat kau bertemu dengan ketakutan atau lambang dari dirimu yang takut akan sesuatu tapi saat itu ketakutanmu ada di depan matamu, maka kau dapat menebak bagaimana gemuruhnya perasaanmu saat itu walau kau bisa mengendalikan mimic, gesture, dan lisanmu tapi tidak dengan perasaanmu yang tidak terlihat itu.
Begitu pulalah yang terjadi pada Yuuna, ia memiliki sifat pemalu dan memiliki trauma masa lalu yang menjadi ketakutanmu yang sangat mengendalikan dirinya. Seseorang tahu bagaimana efek ketakutan itu maka dia akan mengerti jika tidak kau hanya akan meremehkannya karena menurutmu ketakutannya itu tidak berlandasrkan atau sangat tidak masuk akal hingga terlihat lebay. Hell! Dirimu harus belajar untuk mengerti dengan sebuah keadaan yang sedang kau dan orang lain, yang jelas-jelas berbeda. Its different dude.
“Rei… bisakah kau sedikit mengurangi efek dari make up ini, aku sadar aku bisa menjadi pusat perhatian. Baik aku bukan terlalu percaya diri tetapi aku tidak ingin aku tontonan orang terlebih aku sangat malu saat ini,” tutur Yuuna masih mencoba membujuk Reina untuk sedikit mengurangi efek dari make up yang dipakai Yuuna.
Reina menoleh pada Yuuna yang duduk di sampingnya yang sedang mengemudi, tetapi mobil mereka sudah sampai di depan tanggan pintu masuk gedung tempat dilaksanakannya pesta. Reina sebenarnya tidak tega dengan Yuuna yang dari tadi terus merengek minta mengurangi efek dari make upnya. Jujur bahwa wajah Yuuna memang jadi tambah cantik dan membuat damai saat melihatnya. Entahlah perasaan apa itu tetapi jika berkata jujur wajah Yuuna memang menenangkan saat melihatnya.
“Baiklah, aku akan menguranginya sedikit. Tetapi jangan memintanya lagi setelah ini karena bisa merusak keseluruhan dari make up ini,” jelas Reina, ia mengiyakan permintaan Yuuna.