43

2062 Kata
“Saya akan teruskan, teringat di kepala saya bahwa heritage yang penting sampai sekarang ditemukan di Mesir kira-kira sekitar empat ribu sebelum masehi, yaitu seni tulis-menulis. Kemudian ada juga di Babilonia. Sebetulnya, saya nggak ingin masuk ke dalam kajian semiotik di mana semua itu terjadi sebab manusia punya kuriositas dan mengolah tanda sebagai objek penemuan-penemuan baru.” “Mengolah tanda maksudnya gimana, Rada?” “Misalnya tentang tulisan, di masing negeri-negeri itu, tulisan berawal dari gambar-gambar yang dijumpai mereka. Jadi objek gambar yang mereka temukan atau mereka jumpai, mengalami konvensionalisasi. Itu namanya konsep semiotik, kecerdasan semiotik. Sama seperi Newton yang menelisik kenapa apel itu bisa jatuh dari atas pohon yang kemudian diolahnya berdasarkan pengalamannya itu dan alhasil menemukan teori gravitasi yang sangat penting. Oleh sebab itu, kata-kata lalu dimunculkan dengan ideogram-ideogram seperti yang masih terdapat di Cina. Nah, dalam jangka waktu ribuan tahun, sistem yang merumitkan itu berkembang menjadi seni tulis menulis atau tulisan alfabetis.” “Ohhhhh!!!!” Tepuk tangan dari para murid yang lain termasuk aku membuat Pak Tinggar semakin tercenung. Murid yang tadinya dikira tidak disiplin, tidak punya kemampuan atau pengetahuan sejarah, kini mencuri perhatian yang mustinya ditujukan buatnya.” “Yang terakhir sebelum dilanjutkan oleh Pak Tinggar karena sekarang adalah jam kelasnya, saya mengingat tiga sungai krusial. Awal perkembangan peradaban Mesir dan Mesopotamia berkaitan erat dengan kawasan-kawasan sungai Nil, Efrat, dan Tigris yang mampu mendorong pertanian tumbuh pesat dan sangat produktif. Dalam banyak hal peradaban itu sama dengan peradaban yang ditemukan oleh orang-orang Spanyol di Meksiko dan Peru. Ada raja yang disembah dan memiliki kekuasaan despotis, juga di Mesir, semua tanah adalah milik raja. Ada kepercayaan bercorak politeistik, dengan satu mahadewa yang memiliki hubungan yang erat dengan raja. Ada aristokrasi militer, juga aristokrasi ahli teologi atau pendeta. Aristokrasi pendeta ini kerap kali dapat mengambil alih kekuasaan raja, kalau sang raja lemah atau terlibat dalam perang yang lama misalnya, tidak selesai-selesai. Dan ada juga golongan pengolah tanah, mereka adalah para b***k yang dipunyai raja, golongan bangsawan, dan para pendeta. Mungkin sekian dari saya, pengantar dari lahirnya peradaban Yunani yang saya mulai dengan menginjak dua wilayah yaitu Mesir dan Babilonia. Sisanya, biar Pak Tinggar yang memanfaatkan waktunya. Terima kasih…” Closing statement Rada titu disambut gemuruh tepuk tangan, pasalnya yang dilakukan Rada tadi sangat berbeda dengan ekspektasi mereka. Termasuk juga aku. Aku tidak menganggap remeh dengan mengira Rada tidak punya kemampuan. Tapi, karena kebanyakan dari kita tidak pernah mendapatkan materi tersebut, ya otomatis aku mengira Rada juga tidak tahu. Eh, tahu-tahu dia menjelaskan itu dengan lugas, gamblang, dan kalimat yang benar-benar mudah dipahami. Bahkan ketika Rada mengucapkan kalimat penutup—saat yang lain bertepuk tangan—Pak Tinggar justru memperlihatkan wajah gugup dan malu. Tidak seperti dirinya beberapa menit lalu yang terlihat garang, tegas, dan sigap melakukan ini-itu. Namun, setelah Rada beraksi, sontak hal itu seperti membuat Pak Tinggar: udah lah, aku duduk aja. Biar Rada yang ngajar. Di bangku, aku menahan diriku agar tidak tertawa. Tapi, rasanya ingin sekali membahas ini dengan seseorang yang mempunyai analisis yang sama denganku soal kejadian itu. “Aku duduk di sini, ya, Grace…” Rada tiba-tiba menghampiri ke bangkuku dan duduk di tempat asalnya, yaitu di sebelahku. Nadanya nampak ramah sekali. “Oh, iya, duduk aja, Rada,” timpalku. Pak Tinggar mengambil alih pelajaran. “Baik, sekarang giliran saya ngomong. Terima kasih buat Rada sebab telah menjelaskan pengantarnya.” Reaksi sebagian murid yang tadinya antusias dan gembira ketika Rada menjelaskan, mendadak berubah lagi seperti semula: senyap, tegang, dan menakutkan. Pak Tinggar membuka power point. Dengan postur yang sedikit gemuk, kaca mata kotak yang tebal, serta mimik wajah yang datar, cukup membuat kami malas untuk sekadar melihatnya. Untungnya, dia guru, dan bukan selebritis. Yang musti kita perhatikan cara mengajar dan substansi materinya, dan bukan klasifikasi barang yang menempel di tubuhnya atau sekadar mimik wajah yang tidak bersahabat. “Saya akan meneruskan penjelasan Rada tentang Mesir dan negeri-negeri di sekitarnya. Juga tadi Rada juga menjelaskan sekilas tentang filsafat dan aroma intelektual dari peradaban Yunani awal. Nah, ini alur lahirnya peradaban Yunani. Terdapat klasifikasi penting antara sistem kepercayaan atau teologi Mesir dan Babilonia. Perhatian bangsa Mesir itu lebih tertuju pada kematian, dan mereka diadili sesuai dengan cara mereka hidup di dunia oleh Osiris, yaitu dewa maut kepercayaan orang Mesir terdahulu. Bangsa Mesir percaya kalau jiwa manusia pada akhirnya akan kembali ke tubuh. Nah, hal ini yang mengilhami pembuatan mummi dan pusara-pusara batu yang indah di Mesir. Kalian bisa melihat piramid-piramid ini. Piramid ini dibangun oleh para raja di penghujung milenium keempat sebelum masehi dan di awal milenium ketiga sebelum masehi. Sesudah masa itu peradaban Mesir semakin mengalami pendangkalan. Sementara konservatisme agama memperlambat kemajuan. Kira-kira tahun 1800 sebelum masehi, Mesir ditaklukan oleh salah satu suku bangsa Semit bernama Hyksos yang menguasai negeri itu selama kira-kira dua abad. Mereka tidak meninggalkan bekas permanen di Mesir, namun keberadaan mereka tentu telah mendorong tersebarnya peradaban Mesir ke Siria dan Palestina. Nah, dibandingkan Mesir, Babilonia mengalami perkembangan yang lebih sarat akan peperangan. Pada awalnya, ras penguasa bukanlah Semit, melainkan Sumeria yang asal-usulnya tidak diketahui. Mereka menciptakan abjad paku yang setelah itu diambil alih oleh bangsa Semit yang menaklukan mereka. Ada satu periode di mana terdapat sejumlah kota yang masing-masing berdiri sendiri dan saling memerangi, namun akhirnya kota Babilonlah yang unggul dan membangun sebuah imperium. Para dewa sesembahan kota lain diturunkan derajatnya, sedangkan marduk, dewa kota Babilon menempati posisi seperti yang nantinya dipegang Zeus dalam susunan dewa-dewi Yunani. Segala peristiwa sejenis pernah terjadi di Mesir waktu masa yang jauh lebih awal,” “Agama bangsa Mesir dan Babilonia, sebagaimana kepercayaan kuno lainnya, pada dasarnya berupa kultus kesuburan. Bumi adalah betina, matahari adalah jantan. Lembu jantan lazimnya dianggap manifestasi kesuburan pria oleh sebab itu para dewa lembu banyak dipuja. Di babilon, Ishtar adalah dewi bumi yang tertinggi kedudukannya di antara dewi-dewi lain. Di seluruh Asia Barat, Bunda Yang Agung, dipuja dengan pelbagai nama. Ketika Bangsa Yunani yang menduduki Asia Kecil mendirikan kuil untuk memuliakannya, mereka menyebut sang dewi itu sebagai sang Artemis dan mengambil alih kultus yang sudah ada. Inilah sebetulnya asal mula dari Diana dewi bangsa Ephesus. Agama Kristen mengubahnya menjadi Maria Sang Perawan, dan adalah Konsili Ephesus yang mengukuhkan gelar Ibunda Tuhan bagi Bunda Maria.” Semua murid Pak Tinggar di kelas mendengarkan dengan takzim. Tidak ada yang berani mengobrol atau sekadar berbisik satu sama lain. Dengan kesenyapan ini, membuat beberapa murid menguap berkali-kali. Dan secara terpaksa menyembunyikan cara menguap karena tidak ingin ketahuan oleh Pak Tinggar sebab dia tidak segan-segan untuk mencecar murid yang dia temui saat menguap di kelasnya. Aku masih menahan-nahan diri untuk ingin bertanya kepada Rada, mengapa dia bisa tahu sementara yang lain belum. Apakah dia pernah mendapatkan materi itu sebelumnya atau dia memang berinisiatif mempelajari sendiri. Pak Tinggar membetulkan laptopnya yang tiba-tiba mati sebab kehabisan daya baterai. “Kamu sejak kapan belajar materi itu?” Aku mencoba memberanikan diri buat bertanya. “Em, dari kelas sepuluh kemarin, sih.” “Wow! Bagus-bagus. Ngomong-ngomong, penjelasan kamu tadi juga enak banget. Mudah mahaminnya.” “Ya, mungkin tadi mood lagi bagus aja kayaknya. He he he…” Nada ucapan Rada terlihat santai dan enak didengar. Seperti Rada yang sebelum-sebelumnya aku kenal ketika sebelum terjadi masalah. Mungkin itu efek dari dia yang dapat aplaus dari teman-teman juga ucapan terima kasih dari Pak Tinggar, makanya suasana hatinya jadi bagus dan enak diajak ngobrol. Aku melirik ke arah bangku Malik dan secara kebetulan dia melihat ke arahku. Mungkin dia tahu kalau dari tadi aku ngobrol sama Rada dan terlihat akur. Dua visi kemungkinan yang aku prediksi yaitu apakah Malik senang ketika melihat aku akur kembali dengan Rada, atau Malik tidak setuju kalau aku terlalu akur dengan Rada. Tapi, setelah aku renungkan sebentar, nampaknya aku musti tidak mengkhawatirkan atau mengira-ngira kemungkinan jawaban dari dua visi itu. Atau dalam hal ini, lebih baik aku kembali menyimak dan berjalan sejenak dalam konstelasi peradaban Yunani yang dalam pengantar Rada tadi dibuka ruang petualangan menjadi terlihat asyik untuk diselami. “Baik, saya lanjutkan materinya. Nah, ketika agama mempunyai keterhubungan dengan pemerintahan suatu imperium, maka dari itu unsur-unsur politik memberikan lumayan banyak pengaruh dalam mempengaruhi corak-corak primitif dari suatu agama. Dewa atau dewi lantas dikaitkan dengan negara, dan mereka nggak hanya memberikan anugerah panen semata yang berlimpah, melainkan juga memberikan kemenangan dalam sebuah peperangan. Kasta pendeta atau ahli agama yang kaya menyempurnakan ritual dan ajaran-ajaran agama, sekaligus menyusun dewa-dewei dari berbagai bagian imperium itu menjadi satu rangkaian. Lalu, berkat kaitannya dengan pemerintahan, dewa-dewi juga lantas dikaitkan dengan moralitas. Para penyusun undang-undang menerima kode-kode hukum dari dewa tertentu, sehingga seorang pelanggar hukum bisa dicap sebagai orang murtad. Kode hukum tertua yang masih dikenal hingga saat ini adalah kode Hammurabi, raja Babilonia, kira-kira sekitar tahun 2100 sebelum masehi, itu merupakan kode yang menurut sang raja diberikan oleh dewa Marduk kepadanya. Keterkaitan agama dengan moralitas berkembang erat di sepanjang zaman kuno. Tapi berbeda dengan Mesir, agama orang Babilonia lebih mengutamakan kesejahteraan di dunia daripada di dunia akhirat. Ilmu sihir, pernujuman, dan astrologi, meski bukan sesuatu yang khas Babilonia, lebih banyak dikembangkan di sini daripada tempat-tempat lain, dan terutama lewat Babilonialah tradisi itu tetap bertahan sampai ke zaman antik selanjutnya. Dari Babilon pun lahir beberapa hal yang diklasifikasikan sebagai ilmu pengetahuan, misalnya pembagian hari menjadi dua puluh empat jam, dan lingkaran menjadi tiga ratus enam puluh derajat, juga ditemukannya siklus gerhana, yang memungkinkan terjadinya gerhana bulan bisa diramal dengan tepat, dan gerhana matahari dengan beberapa perkiraan. Sebagaimana kita lihat nanti, pengetahuan bangsa Babilonia ini sampai ke tangan Thales, seorang filsuf yang tadi sempat disinggung oleh Rada.” *** “Sepertinya kamu dianggap punya kelebihan dalam sejarah. Wawasan dan cara berbicaramu terhadap publik juga lumayan. I mean, aku mengerti kenapa dia iri sama aku sehingga sampai melakukan hal kayak gitu. Tapi, aku nggak mau ingat-ingat lagi, sih, soal itu. Biarin aku sama dia bersaing di ranah akademik yang fair.” “Paling tidak, aku tahu kalau dia tidak sebodoh yang aku kira.” “Ha ha ha…” Aku dan Malik nyekikik. “Apa kalau aku pegang tangan seseorang itu termasuk perbuatan pelecehan?” “Kalau orang itu keberatan dan dia merasa kalau kamu memegang tangannya itu adalah suatu hal yang merugikan buatnya, hal itu bisa adukan sebagai perbuatan pelecehan. Tetapi, kalau orang itu nggak keberatan, ya, tidak masalah. Dalam soal kriminal, beberapa hal bisa dianggap sebagai delik kalau ada pengaduan dari seseorang. Tapi kalau tidak, ya, tidak jadi soal.” “Tapi, kan, delik aduan itu dalam perkara hukum perdata, kalau dalam ranah pidana mungkin seperti menggunjing, mencaci-maki, membully.” “Iya, sih, tapi kalau megang tangan orang itu dilarang tanpa aduan, tidak ada orang pacaran berceceran di pinggir jalan,” jawabku. “Kalau aku pegang tangan kamu, itu termasuk tindakan kriminal?” “Iya, soalnya aku merasa dirugikan.” “Kenapa? Apa yang merugi dari sekadar dipegang tangannya?” “Aku yang mengatakan nggak, tapi kamu melakukan iya dengan paksaan. Yang dirugikan adalah konsisten hakku buat mengatakan tidak,” tegasku. “Susah… Susah. Ha ha ha… But, I like it.” “Dih!” Aku menampar bahunya. “Oh iya, lalu apa yang Pak Bagus obrolin sama kamu dan Edward?” “Sesuatu yang nggak terlalu serius, sih. Em, orangnya cuma nyuruh aku sama Edward kalau ke depannya hati-hati buat menghadapi perempuan. Juga turut ikut tanggung jawab semisal seperti aku kemarin yang jadi faktor kenapa Rada melakukan itu. Aku nggak boleh bodo amat atau membiarkan hal itu terjadi. Ya, kayak gitu-gitu, sih. Mungkin tepatnya, aku juga akan jaga jarak dengan Rada. Biar sensitifitas perasaan dia nggak semakin ke mana-mana. Dan itu juga didukung oleh Pak Bagus. Karena takutnya, kalau misalnya aku tetep welcome sama dia, bisa saja dia nekad lagi ngelakuin hal yang sama sebab perasaannya semakin bertumbuh.” “Jadi yang salah dari kemarin-kemarin kamu juga, dong?” “Dih, apaan?” “Iya loh, kamu yang ngasih peluang sama dia. Tapi, kenapa kamu bilang kalau kamu bakal jaga jarak? Rada pinter, loh.” “Memilih perempuan itu juga dengan kelengkapan-kelengkapan. Tapi, terlepas dari itu, aku kan, pernah bilang kalau cinta itu nggak bisa diasumsikan akan jatuh ke siapa. Makanya, aku nggak punya kriteria tentang perempuan. Karena kalau punya kriteria, ya jelas nggak nemu-nemu nanti. Oleh sebab itu, aku biarkan perasaanku mengalir dan biar Tuhan yang bakal menggerakkan ke siapa dan bagaimana kelanjutannya. Aku hanya hamba. Tuhan yang membolak-balikkan perasaan suatu kaum.” Angin menerpa pohon-pohon dan menjatuhkan genggaman dedaunan yang saling bergandengan satu sama lain. Malik menemaniku menyaksikan itu dengan menunggu Nissa keluar dari kelasnya seperti biasa. “Grace… Kamu nggak tanya kenapa aku membuntutimu?” “Grace!!! Ayo pulang!!!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN