BAB 5

2048 Kata
Devan memasuki sebuah mobil Audi Q7 berwarna hitam di sebuah garasi. Keisha sedikit terkejut melihat ada 5 mobil mewah terparkir di sana dengan rapih. Ada mobil Audi A3. Mobil Hyundai Sport genesis. Lalu mobil Hyundai lainnya berwarna silver dan hitam. Dan satu mobil putih type Audi R8 yang sangat mencolok terparkir di ujung ruang. Mobil itu sangat luar biasa menakjubkan. Keisha seolah terpana. Dan jatuh hati pada Cinta pertamanya. Sebagai pengawal. Apakah dia akan diperbolehkan untuk menyetir mobil itu. Dan dua motor sport di belakang mobil. Jadi. Inikah yang di sebut miliarder kaya Raya. Keisha tak pernah melihat seseorang memiliki mobil sebanyak dan sekeren ini. "HEY PENGAWAL."teriak Devan dari dalam mobil membuat Keisha terkejut. Ia bergegas berlari dan masuk ke dalam mobil di bagian kemudi. Keisha menyalakan mobil. Ia sudah di training kemarin. Menyalakan GPS untuk menuju Kantor Devan. Keisha mulai melajukan mobilnya pergi. Sesekali Keisha melirik Devan dari kaca spion. Pria itu nampak sibuk menatap layar lcd yang terpasang pada besi yang menyangganya di belakang kursi sebelah kanan. Jari-jarinya nampak begitu cekatan mengetik sesuatu dengan lancar di atas papan keyboard. Pria itu nampak begitu serius. Berbeda jika ia sedang tersenyum dengan tampang menyebalkan. Keisha ingin sekali mencekiknya. Memikirkan hal itu membuat bibirnya tertarik sinis dan seketika Keisha kembali menatap lurus saat Devan menatapnya dari kaca spion. "Bagimana caramu merayu kakakku untuk mendapatkan pekerjaan ini." Keisha menganga tak percaya. Ia menatap Devan dari kaca spion. Ia berdecak. Menatap Devan dengan tatapan sinis. Bibirnya terbuka menampakan sederet giginya yang menggertak. Keisha mencoba mengabaikannya. Ia tetap menatap lurus. Melihat jalanan mencoba tidak menggubris perkataan Devan yang ingin sekali ia akhiri dengan kekuatan. Keisha menghentikan mobilnya di depan pintu kantor Devan yang terbuka. Kantornya sangat besar. Sebuah perusahaan mobil. Pantas saja mobilnya sangat banyak. "Kita sudah sampai tuan."ucap Keisha. "Aku sudah tahu,"balas Devan ketus. "Berikan nomor ponselmu!."seru Devan. Menyodorkan ponselnya pada Keisha. "A.. Apa!."Keisha terkejut. Ia menatap Devan dengan bingung. Kenapa tiba-tiba meminta nomor ponsel. "Aku harus tahu nomor ponselmu. Jika aku ingin memanggilmu untuk melakukan sesuatu dan mengantarku ke suatu tempat." "Ahh.. Baik."Keisha mengambil ponselnya dan mengetik nomornya di sana, setelahnya ia kembali mengembalikan ponselnya ke Devan. "Pastikan ponselmu berfungsi dengan baik."Devan menyimpan nomor Keisha di daftar kontaknya. Xxx - xxx - xxx } Asisten Bodoh. "Parkirkan mobilnya dengan benar. Jika lecet sedikit saja, aku akan mengikat mayatmu di atas flyover."ancam Devan. Pria itu keluar dari dalam mobil. Lalu masuk ke dalam Perusahaan. Keisha berdecak. Memeletkan lidahnya meledek Devan."Dasar pria gila." Keisha merasakan ponselnya bergetar. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jasnya. Nomor tak di kenal tertera di layar ponselnya. "Halo.” "Simpan nomorku." PIP. Keisha menatap layar ponselnya tidak percaya. Pria itu yang meneleponnya, menyebalkan mendengar suaranya di telepon apalagi setelah mendengarnya secara langsung. "Simpan nomorku."gerutunya dengan mimik suara di buat-buat ala Devan. "Kau harus sabar Keisha. Pantas saja tidak ada siapapun yang betah bekerja dengannya."gerutu Keisha kesal bukan main. Tok.. Tokk.. Seorang petugas keamanan mengetuk kaca pintu mobilnya. "Bisa parkirkan mobilnya nona." Keisha mengangguk. Tersenyum kikuk padanya. "Baik. Maaf.” Keisha bergegas melajukan mobilnya ke Basement. Tempat parkir kantor. *** Keisha pergi menuju tempat makan yang tak jauh dari Kantor Devan. Keisha membeli sebuah roti. Lalu ia duduk di Halte Bus yang berada di sebrang jalan Perusahaan Devan. Memakannya, mengunyah dengan pelan-pelan rotinya. Lalu tak lama ponselnya bergetar. Keisha mengeluarkan ponselnya. Melihat nomor tak dikenal di sana. "Halo." "Kau dimana?." Keisha menjauhkan ponselnya. Untuk kembali menatap layar ponselnya bingung. "Maaf ini dengan siapa?." "Aishh.. SUDAH KU BILANG SIMPAN NOMORKU."teriakan Devan terdengar memeka di telinganya hingga membuat Keisha menjauhkan ponsel tersebut dari daun telinganya. "Ahh... Tuan Alexis. Ada yang bisa saya bantu?."ucap Keisha berusaha ramah. Dengan senyum di buat-buat. Berusaha untuk tetap terdengar sopan kepada majikannya walau majikannya itu sangat menyebalkan seperti Devan. "Ahh Tuan Alexis."ucap Devan mengulangi perkataan Keisha dengan suara di buat-buat. Membuat Keisha mendengus sebal mendengarnya. "Sudah ku bilang simpan nomorku."gerutu Devan. "Siapkan mobil. Aku akan turun. Ada kunjungan ke beberapa tempat. Kau dengar. CEPAT SIAPKAN MOBILNYA." PIP. "Baik tuan,"jawab Keisha. "Dia itu pemarah sekali."gerutu Keisha setelah memutuskan sambungan telpon seraya menatap kesal pada nomor itu. Xxx - xxx - xxx  } Iblis terkutuk dimuka bumi. Keisha memakan rotinya cepat seraya berjalan menyebrang untuk menyiapkan mobil. Devan keluar dari Perusahaan dan Keisha sudah siap dengan mmobil terparkir di tempat seperti ketika ia datang. Keisha membungkuk lalu membukakan pintu mobil untuk Devan. Ketika Devan sudah masuk Keisha bergegas pergi menuju bagian kemudi. Keisha memakai seatbeltnya. Lalu beralih melihat Devan dari kaca spion. "Anda mau kemana tuan?." "Restoran. Sebuah makanan laut di dekat Apartemen Grevity, jika kau tidak tahu Apartemen itu kau sangat bodoh. Cepat ke sana."Keisha menatap pria itu dengan mata menyipit dari kaca mobil. Devan melirik kaca spion dan melihat apa yang sedang Keisha lakukan dengan matanya. “Kenapa kau menatapku seperti itu! Cepat pergi.”seru Devan memerintah. "Baik."jawab Keisha sekenanya, lalu ia mulai melajukan mobilnya menuju tempat tersebut. Devan kembali sibuk dengan beberapa lembar kertas yang ia bawa dari dalam Kantor. Sementara Keisha menyibukan dirinya dengan jalanan. *** Keisha memarkirkan mobilnya di depan Rumah Devan. Ia keluar lalu membuka pintu mobilnya. Devan keluar dan melenggang masuk ke dalam rumah. Tak lama sebuah mobil datang dan berhenti di belakang mobil Keisha. Demian keluar dari dalam sana. Ia tersenyum melihat Keisha lalu berjalan menghampirinya. "Bagimana hari ini?." Keisha membungkuk hormat padanya. "Baik. Tuan Devan melakuan pekerjaannya dengan baik dan dia tidak melakukan hal buruk." "Baguslah kalau begitu. Oh ya. Temui aku di dalam. Aku ingin membicarakan sesuatu." "Baik tuan."Keisha kembali membungkuk hormat. Demian berlalu pergi masuk ke dalam Rumah. Setelahnya Keisha kembali masuk ke dalam mobil. Melajukan mobilnya menuju garasi. Ketika ia keluar dari dalam mobil. Pengawal Demian juga keluar dari dalam mobil. "Halo Keisha."sapanya dan menghampiri Keisha. Keisha tersenyum membalas sapaannya ramah. "Teo. Supir tuan Demian."ia mengulurkan tangannya pada Keisha yang dibalas oelh wanita itu dengan senyum lebar di wajahnya. "Keisha. senang bertemu denganmu Teo."Mereka berdua berjalan bersama menuju ke dalam rumah. Beberapa kali Teo meliriknya dan tersenyum ramah. "Kau pengawal baru. Kau wanita. Aku harap kau baik-baik saja memiliki atasan seperti tuan Devan."ucapan Teo membuat Keisha menoleh padanya bingung. Apa segawat itu berkerja menjadi supirnya. Haruskah Keisha berdoa agar dia bisa bertahan, karena sepertinya gawat sekali menjadi supir Devan. "Terima kasih. Ya sepertinya butuh jiwa Mega loman untuk berhadapan dengannya. Untungnya aku memilikinya."Keisha meninju bahunya lalu terkekeh. Teo tertawa mendengarnya, lalu menepuk bahu Keisha.   “Senang mengetahuinya. Berjanjilah kau harus mengatakan padaku jika pria itu menyakitimu." Teo terkekeh, ia melirik Teo yang kini juga memandangnya. “Memangnya apa yang akan kau lakukan jika ya.” “eum.. aku akan mengadukannya pada tuan Devan ckckckck.”jawaban Teo membuat Keisha tertawa. Ia pikir akan ada adegan hebat seorang super hero menolong wanita yang di sukainya, ternyata berbanding terbalik. *** Keisha pergi menuju ruangan dimana ketika ia pertama kali datang kemari. Ruang kerja Demian. Keisha mengetuk pintu nya sebelum masuk dan melangkah masuk ketika di persilahkan. Keisha membungkuk di hadapan Demian. Pria itu sedang duduk di balik meja kerjanya. Setelan kerjanya masih sama. Hanya saja jas birunya sudah di tanggalkan dan taruh di sofa. "Duduklah."ia mempersilahkan Keisha duduk dan kini mereka duduk berhadapan. Kedua kakinya ia rapatkan lalu bergerak keluar dan merapatkannya lagi dengan gelisah. Keisha selalu merasa gugup jika hanya bersama dengan Demian. Pria itu seolah mengintrupsinya dan membuatnya gugup. "Kau akan pindah kemari. Jam kerjamu jam 7 sampai jam 8 malam. Hari liburmu di hari minggu. Jika Devan memintamu untuk melakukan sesuatu di atas jam 8 atau di hari minggu. Kau dengan tegas bisa menolaknya. Karena itu di luar jam kerjamu dan gajimu tidak termasuk biaya lembur di atas jam itu. Jadi kau benar-benar bisa menolaknya. Oh Teo akan menunjukan dimana kamarmu."papar Demian. Menjelaskan semuanya. "Eum.. Saya belum membawa baju apapun. Bolehkah setelah jam 8 nanti. Saya keluar untuk membawa beberapa pakaian kemari?."tanya Keisha. "Tentu saja. Silahkan pergi. Tapi biarkan Teo menunjukan kamarmu dulu. Biar kau tahu ketika pulang nanti."lanjut Demian. "Terima kasih banyak." "Aku harap kau betah bekerja di sini."ucap Demian jujur, Demian berharap Keisha tidak akan pergi dari sini. Karena Demian yakin hanya Keisha yang bisa membuat Devan bungkam untuk selalu bersikap kurang ajar pada setiap supirnya. Sifat tempramennya yang suka marahmarah tidak jelas memang harus bisa di hentikan. "Baik. Terima kasih banyak sekali lagi Tuan Demian. Saya akan berusaha sebaik mungkin." Demian bangkit berdiri, begitu juga dengan Keisha. Demian membuka pintu ruang kerjanya dan di luar sana sudah ada Teo yang sedang berdiri di depan pintu."Teo. Antar Keisha ke kamarnya di belakang." "Baik tuan. Silahkan ikut saya."Keisha kembali membungkuk pada Demian sebelum akhirnya ia pergi mengikuti Teo. Keisha mengikuti Teo menuju kamarnya. Kamar itu berisi satu tempat tidur king size. Meja dengan lampu kamar tidur. Meja rias. Buffett dengan 9 laci dan satu lemari pakaian yang cukup besar. "Terima kasih Teo." "Jangan sunkan. Selamat beristirahat."Teo pergi dari sana. Keisha membanting dirinya di atas kasur. Lalu ketika ia mendapati jam 8 di dinding kamarnya. Keisha langsung bergegas bangun. Ia harus pergi menuju rumah nya untuk mengambil beberapa pakaian. *** Keisha baru saja keluar dari dalam kamarnya. Melewati lorong untuk sampai di ruang tamu. Tapi langkahnya di hadang oleh Devan. Pria itu berpakaian santai. Kemeja putih biru, celana bahan abu-abu tua dan sendal rumah. Kedua tangannya berada di saku celananya. "Mau kemana kau?."tanya Devan dengan alis mengeryit menatapnya. Keisha membungkuk hormat padanya lalu membalas tatapan Devan dengan wajah malas. "Pergi untuk mengambil beberapa pakaian tuan Alexis." "Siapa yang mengijinkanmu keluar. Aku tidak mengizinkannya. Cepat buatkan aku kopi."perintahnya. Kedua mata Keisha membulat sempurna mendengar hal itu. Asisten sih asisten. Tapi Keisha kan bukan pembantu rumah tangga yang di suruh-suruh membuat makanan bahkan kopi untuk tuan besar. 'Jika Devan memintamu untuk melakukan sesuatu di atas jam 8 atau di hari minggu. Kau dengan tegas bisa menolaknya. Itu di luar jam kerjamu. Dan gajimu tidak termasuk biaya lembur di atas jam itu. Jadi kau benar-benar bisa menolaknya.' Tiba-tiba Keisha tersenyum mengingat apa yang Demian katakan padanya. Beruntung bos besarnya itu baru saja mengatakan tentang hal itu, membuatnya memiling dinding penengah atas jatabannya di mata Devan. Keisha mengulurkan tangannya di hadapan wajahnya dengan gaya membuat Devan mendengus remeh. "Jammu bahkan tidak ada seperempatnya dari harga jam milikku. Jangan terlalu sombong memamerkannya di hadapanku."Devan menyeringai. Keisha melirik jam yang berada di tangan Devan. Devan mengikuti arah pandang Keisha. Bibir pria itu tersenyum sementara Keisha mendengus remeh melihatnya. "Siapa yang tahu jam seperti itu memiliki harga yang fantastis. Dimataku jam itu sama saja. Kakekku bahkan pernah memakainya saat berjualan ikan di Chicago. Tuan harus mengubah bentuknya baru itu luar biasa." Devan menghela nafas kasar. Ia tak percaya dengan perkataan wanita berstatus pengawal barunya itu. Jam seharga puluhan juta dollar miliknya di samakan dengan jam milik kakeknya yang ber kw entah ke berapa kw. Keisha kembali melihat seksama jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Lalu menatap Devan. "Maafkan saya tuan. Tapi sudah jam 8. Ketentuan dari seseorang yang memberikan gaji kepada saya. Jika jam kerja saya hanya dari jam 7 sampai jam 8 malam. Jika lewat dari itu saya bisa secara tegas menolak perintah anda."ucap Keisha membuat Devan mendengus tak percaya. "Siapa yang memerintahkan itu?!."ucapnya tak suka. "Tuan Presdir Demian yang terhormat. Permisi saya ada urusan."Keisha melewati Devan setelah membungkuk hormat padanya. Senyuman kemenangan jelas tercetak di wajahnya. Devan tak percaya atas apa yang di dengarnya. "Tuan Presdir Demian yang terhormat."gerutu Devan mengikuti apa yang Keisha katakan barusan. Tubuhnya berbalik. Menatap kepergian Keisha. "Yang benar saja" "Yak.. Yak tunggu."Devan menyentuh bahu Keisha dan spontan ia mengambil tangan Devan dan memutarnya hingga Devan terpelintir. "Oh ya ampun."Keisha terkejut sendiri. Ia langsung melepaskan Devan. Pria itu menatapnya protes seraya memegangi tangannya yang di pelintir Keisha. "Kau kenapa -Huh! Kau mau mematahkan tanganku. Aku hanya memanggilmu."protes Devan dengan suara keras. Wajahnya nampak frustasi merasakan rasa sakit di tangannya. Keisha menjadi tidak enak. Tapi Devan yang tiba-tiba menyentuhnya. Membuatnya terkejut. Dan spontan melakukan hal itu. "Habis kau menyentuhku tiba-tiba. Seperti pria c***l di luar sana yang suka menggoda wanita." "APAA!."teriak Devan. "Hehe.. Maafkan saya tuan. Saya tidak sengaja."ucap Keisha tersenyum tidak enak padanya. "Hehe.. "Ucap Devan kesal. "Coba ku lihat tangannya."ucap Keisha mencoba memeriksanya. "Jangan menyentuhku."gertak Devan membuat Keisha tersentak kaget dan kembali menarik tangannya kembali ke sisi tubuhnya. *** Devan kembali ke kamarnya. Masih dengan memegangi tangannya yang di pelintir Keisha. "Wanita gila itu benar-benar!."umpat Devan frustasi. Devan melirik jam tangannya lalu ia membuka jam tangan itu dan membuangnya ke tong sampah di samping meja kerjanya. "Akan ku pastikan hanya aku yang memiliki nya. Dan akan ku jejalkan ke wajahnya yang sombong itu." *** Jangan lupa Like + Comment + dan Follow ya. biar semangat nulisnya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN