Dua

1441 Kata
Malam itu, saat Irma berbaring, ia tersenyum sendiri. Ditempelkan tangannya pada pipi, disayangi, tangannya sendiri. Berguling-guling, membayangkan si tampan, sang Arjuna. Merasakan, betapa indahnya, nikmatnya degup jantung saat pujaan angan memegang erat tangannya. Masih dirasakan pegangan tangan Juna saat di pesta itu. Irma membayangkan. Seandainya dia yang berada di samping Juna. Duduk di tepi danau, bercerita tentang masa depan. Bercerita tentang rumah impian tempat membesarkan anak-anak. Bercerita tentang liburan bersama anak,-anak, di sebuah taman rekreasi. Bercerita tentang......... Hingga Irma tertidur. Siang itu, hujan gerimis. Angin cukup jalang menerpa. hingga berteduh pun masih tersapa biasan air. Melihat Irma menggigil kedinginan, Juna pun mendekapnya. Tak satu katapun terucap kata dari bibir mereka berdua. Irma merebahkan kepala di pundak Juna, hingga terlelap. Entah berapa lama Irma berada dalam dekapan Juna. Dan ketika mendung berlalu, sinar mentari tajam menyapa. Juna pun membangunkannya. "Sayank, bangun. Hujan telah redah. Mentari bersinar cerah." Bisik Juna di telinga Irma. Irma membuka mata. Ternyata, dia bermimpi. Dekapan Juna dalam mimpi, sangat terasa dan masih dia rasakan di alam nyata. Melihat jam dinding menunjukkan pukul 2.34. Irmapun memejamkan mata. Berharap mimpi itu datang kembali. Belum sempat terlelap, Hp Irma bergetar, ada WA Berharap itu dari Juna yang baru saja hadir dalam mimpinya. Irma meloncat, dan mengambil hp serta membaca. Ternyata, hanya pemberitahuan dari iklan Pinjol. "Iiiiiiiiiiih." Gumamnya. "mbak Irma, ya? Kenalkan saya Siska." "hmmmmmm, ini kan yang bersama Arjuna ku saat di pesta Ultah Risma adiknya sahabatku." Pikirnya. "Saya yang bersama kak Juna waktu di acara Ultah Risma. Saya cuma mau ngasih tau aja, kalau kak Juna itu cinta banget sama mbak Irma, hanya saja dia gak berani mengungkapkannya." Setelah mengatakan itu Siska pergi tanpa pamit. Lalu menghilang. Irma terbangun. "Tuhan... benarkah apa yang dikatakan Siska dalam mimpi ini? Kalau benar, kenapa yang kulihat di acara ultah semalam begitu mesra banget?" Pikiran Irma kian tergambar oleh mimpi-mimpi malam ini. "Apakah karena Irma terlalu berharap? Apakah Irma terlalu kecewa dengan apa yang dilihatnya di pesta itu?" Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya. Hingga pagi datang menjelang. ****" Sore ini, Irma ingin membeli sesuatu, sekaligus ingin menghibur diri. Mau nonton tapi gak ada temannya. si Mia kakak Risma sahabat dekatnya sedang ada acara, tapi Irma gak tanya detailnya. Dia memutuskan untuk pergi sendiri. Sesampainya ditempat yang ia tuju, Irma bermaksud mampir dulu ke stand siap saji. Saat di depan pintu, dilihatnya Juna dan Siska berdua berada disana. Akhirnya Siska mengurungkan niatnya, dan bergegas pulang. Irma sangat-sangat kecewa dengan apa yang baru saja dia lihat. Disisi lain Irma ingin memiliki Juna menjadi pendamping hidupnya. Namun fakta yang dia lihat, Juna milik orang lain. Pujaan angannya telah ada yang punya. Pujaan angannya lebih memilih orang lain daripada dirinya. Sesampai di rumah, Irma membantingkan diri di atas tempat tidur, rasanya ingin menjerit. Namun tak mampu ia lakukan. Dia lebih memilih untuk menangis dalam hati. Sementara itu, Juna membayangkan gadis bergaun merah marun yang dijumpai di pesta itu. Senyumnya melekat dalam angan. "Suatu saat nanti, aku akan memberanikan diri untuk mengungkap rasa yang ada dlm hatiku, padamu gadis bergaun merah marun." Kata Juna dalam hati. "Cay, kenapa Ciciz perhatiin, kok Cay gak bersemangat gitu?" Juna tak menjawab, ia terhanyut oleh lamunannya. Ditarik hidung Juna, hingga terbuyar dari lamunannya. "Iiiiiiiiich, ngapain mau keluar sama Ciciz, kalo pikiran Cay ketempat lain? Males ah, yuk kita pulang." Kata Siska ngambek. Sepanjang perjalanan pulang, Siska gak mau bicara, hingga sampai di rumah. "Lho, baru dateng kok anak Mama cemberut kayak pepaya matang dijemur gitu?" Tak menjawab sepatah katapun, Siska langsung masuk kamar dan menutup pintu dengan keras. mak braaaak!!! "Ada apa nak Juna?" "Gak tau Tante, tiba-tiba dia ngambek." Sama seperti dulu, bila Siska sudah ngambek seperti ini, Juna akan menunggui Siska di samping dia tidur. Sampai terbangun dan cemberutnya hilang. "Sudah. biarin aja, besok juga hilang ngambeknya. Tinggal saja. besok kan nak Juna kerja." "Gak Te, kalau Juna tinggal. ngambeknya bakalan berlarut-larut. Biar Juna tungguin disampingnya." Kata Juna "Juna masuk dulu ya, Te." Lanjutnya. Diambilnya kursi, ditungguin Siska di sampingnya tidur. Juna tau, kalau Siska belum tidur, makanya dia duduk di ranjang samping Siska. Tak satupun kata diucapkan Juna, karena dia tau pasti bakalan perang mulut dan gak bakalan menang kalo adu mulut dengan Siska. Dibelainya rambut siska hingga dia tertidur. Hal seperti ini bukanlah yang pertama. Setiap kali Siska ngambek, cara ini adalah cara paling Jitu. Pernah terjadi, saat Siska ngambek, entah apa kesalahan yang Juna lakukan, sehingga Siska ngambek. Saat itu oleh Juna ditinggal pulang. Hal fatal yang terjadi, berhari-hari Siska gak mau sekolah, gak mau bicara dan gak mau makan, sampai Siska jatuh sakit. Pengalaman ini yang Juna jadikan peringatan buat dia. Juna sangat sayang pada Siska melebihi siapapun. Dan dia rela berkorban apapun demi Siska. Tapi sayang dan perhatian kepada seorang kakak kepada adiknya. dari Siska SD sampai Siska lulus kuliah, sayang itu tak berubah sedikitpun. di Selimutnya, saat melihat Siska telah pulas tertidur. Dicium kening Siska, lalu dia duduk di kursi, dibaringkan kepalanya di dekat Siska dan dia memejamkan matanya. Mentari sore, mengintip dibalik awan tebal berwarna jingga kekuning emasan. Tak kentara, namun sapaan angin sesekali terasa, walau tak mampu menggoyang dedaunan. WA "Ir ada waktu. ketemuan yuk.” "Aduh, Mas, maaf. ni Irma ada tugas keluar kota. kapan- kapan lok Irma ada waktu luang tak kabari." "ooo. ya wis, lok gitu. sorry q dah ganggu." "Gak mas nyantai za, rapopo. dah ea q sibuk bingit nick." "otey.. thanks." "2" Saat Juna membuka pintu mobil dan bermaksud pulang. Tiba-tiba matanya tertuju pada seorang gadis yang keluar dari mobil. Sepertinya tak asing lagi. Irma dan temannya berjalan bersama menuju..... "lho, kok kita kesini?" Tanya Irma. Sedikit ngegas,dan pasang wajah jutek. "Iya kita mampir makan dulu, kebetulan aku lom makan. Sekalian kita cari kebutuhan selama diperjalanan." Jawab Aldo,berusaha agar terlihat mesra dan sok perhatian Setelah Juna yakin, bahwa yang ia lihat dari kejauhan itu benar, seperti yang dipikirkan. Maka Juna pun masuk ke mobil dan pulang. "Mungkin Irma gak mau sampai aku tersinggung bila mengatakan apa adanya." Pikir Juna positif. "Hmmmm, Bidadari kecilku, dah maem belum ya hari ini? biasanya kalau ngambek bisa berhari-hari gak mau makan." Pikir Juna. Sementara itu di Kamar Siska. Hp berdering berulang kali. Berkali-kali Juna menghubungi Siska. Tapi dia gak menanggapinya. Melihat putrinya tengkurap di tempat tidurnya resah. Mama ikut berbaring di samping Siska. "Mama tau, kalau Bidadari kecil Mama sedang kasmaran. Mama tau kalau saat ini anak Mama lagi jatuh hati sama si Ganteng Juna." Mendengar apa yang dikatakan Mama. Siska langsung bangun dan merapikan rambutnya lalu berkata: "Enggaaaaaaak!!! Siapa juga yang Jatuh cinta sama kak Juna. Enggak kok Maaaaa... Wong Siska itu lho pusing, badan gemetaran, Siska itu lho lagi gak enak makan juga." Elak Siska, terlihat salah tingkah. Mendengar jawaban putri cantiknya yang manjanya gak ketulungan bicara. Mama cuma nyengir-nyengir kemudian tersenyum. "Tayaaaank, Bidadari kecil Mama yang kini beranjak dewasa. Jatuh cinta itu pasti terjadi dan singgah pada setiap orang. Jatuh cinta itu karunia, Jatuh cinta itu anugrah yang patut kita syukuri. Jadi anak Mama gak perlu malu, gak perlu berusaha untuk menolak rasa itu," Kata Mama. Dirangkulnya Siska, dicium pipi Siska. Dan Siska pun merebahkan kepala di pundak Mama. "Mama, selalu memperhatikanmu, mulai bayi, sampai kamu seperti sekarang ini. Jadi Mama tahu persis apa yang kamu rasakan. Karena anak Mama satu ini, selalu mengekspresikan perasaannya, saat sedih, gembira, kecewa, dan sebagainya. Kamu sadari atau tidak.” Lanjutnya. "Jadi alangkah baiknya, jika mulai hari ini, apapun yang Siska rasakan, sebaiknya kau ceritakan kepada Mama, agar minimal Mama bisa memberikan jalan keluar." "Cinta tulus itu, adalah cinta yang memberi rasa. Rasa sayang, rasa rindu, rasa strawberry, rasa acem, rasa....hehehehehehheee..e.” Kata mama sambil mengelus rambut Siska. "iiiiiiiiich. Siska dah dengerin serius, kok Mama malah bercanda? Jeleeeek tau?" Sambil memggerak-gerakkan kakinya, dan bibirnya moncong kedepan sedikit manyun, "Begini aja deh. Pesan Mama. Jika Siska ingin orang lain melakukan sesuatu bagimu, lakukanlah itu terlebih dahulu." Nasehat sang mama. Mendengar itu, Siska gak mengerti apa yang dikatakan sang mama, sehingga ia bertanya: "Maksud Mama apa?" Mama memperbaiki duduknya, menghadap ke Siska kemudian berkata: "Begini Cantik. Kalau Siska ingin diperhatikan oleh seseorang. Siska harus melakukan itu lebih dulu. Siska harus memberi perhatian dulu.... Jangan cuma minta diperhatikan teruuuuus...Capeeeee dweeeeh." Sang mama menatap mata Siska sambil tersenyum. Lalu mencium kening Siska. "Udah, sana.. mandi, ngaca dulu, kalau masih ngambek... ea ngambek sama kaca... Hahahaha." Mama berdiri sambil berkata: "Habis mandi, kita masak buat kak Juna. Terus kita ajak maem bersama... terus... kak Juna maem...terus..Kak Juna memuji...terus... Siska seneng karena dipuji sama pujaan hati... terus.. Mama capek kebanyakan bilang terus terus teruuuuus...hehehehheheehe." Ditariknya Siska meninhhalkan kamar menuju kamar mandi. "iiiiiiiiich.. Mamaaaaaaaaaaaa Jahaaaat!". "Aiiisss, gak boleh ngambek lagi." Kata Mama. Dan sang mama meninggalkan Siska menuju dapur. -Bersambung-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN