Rencana

1073 Kata
Zee berada di dalam kamar dengan ketakutan tersendiri, untungnya saat dirinya masuk di dalam rumah orang tuanya tidak berada di tempat sehingga bisa masuk ke dalam kamar tanpa ada yang curiga. Zee merutuki kebodohannya yang bisa masuk dalam jebakan pria bernama Billy, bagaimana mungkin dirinya bisa melakukan itu bahkan terjebak dalam situasi tidak mengenakkan, bahkan Zee dapat melihat tanda – tanda bahwa mereka telah melakukan hubungan terlihat jelas pada tubuhnya di mana Billy meninggalkan jejak pada tubuh polosnya ini ditambah pada bagian bawah miliknya terasa sakit saat dirinya melangkah yang langsung diobati dengan berendam di air hangat. “Pulang jam berapa?” Tania menatap Zee yang akan duduk “mami gak lihat kamu pulang.” Zee memberikan tatapan menggoda ke Tania “gimana mami bisa tahu orang asyik mulu sama papi” seketika wajah Tania memerah membuat Zee tersenyum melihatnya “abang dan yang lain ke mana?” ketika melihat meja makan tampak sepi. “Abang mana pernah pulang kalau gak mami minta, papi lagi urus hotel sama Leo kalau Jimmy dan Rey sekolah” Zee mengangguk mendengar penjelasan Tania “kemarin gimana buku – bukunya?.” Zee menatap Tania dengan perasaan senang seolah melupakan apa yang terjadi semalam bersama Billy, menceritakan bagaimana reaksi para anak – anak ketika mendapatkan buku baru bahkan mereka dengan tidak sabar membaca bukunya. Kegiatan sosial ini mendapatkan donatur tetap yang tak lain adalah Tania sang mami, sedangkan Wijaya alias sang papi tidak ingin terlibat jauh meski mendukung dari belakang. Pembicaraan kedua wanita beda usia ini akhirnya bukan hanya mengenai buku tapi juga hal – hal lain, Zee sangat dekat dengan Tania dari kecil sehingga selalu menceritakan apa yang dirinya lakukan jika sekolah atau saat kejadian penting. Komunikasi ini dilakukan Tania agar sang anak merasa nyaman bercerita pada orang tuanya bukan pada teman atau orang lain yang belum tentu memiliki niat baik dengan dirinya, Wijaya dan Tania menekankan bahwa apa pun yang terjadi keluarga akan menjadi tempat pertama mendukung disaat jatuh sekali pun. “Romeo menyerah?” Zee mengangguk “dan kemarin kamu ke club?” Zee mengangguk kembali “gak mabuk kan?” Zee menggelengkan kepala “baguslah biasanya jika seperti itu akan mabuk lalu berakhir di ranjang” Zee sempat membeku mendengar perkataan Tania. “Mami pengalaman banget” goda Zee mengalihkan semuanya membuat Tania cemberut “pengalaman sama papi atau mantan.” Tania menyentil kening Zee pelan “anak kecil ini sudah besar saja otaknya.” Zee memutuskan untuk berada di rumah menenangkan diri dari kejadian semalam yang masih membuat dirinya ketakutan banyak hal, Zee masih menatap tubuhnya di mana jejak Billy masih dapat terlihat dan untungnya saat tadi bersama Tania tidak melihat semua ini jika sampai terlihat akan membuat semuanya berantakan. Seketika Zee ingat jika Billy mengeluarkan di dalam dengan segera Zee berganti pakaian untuk membeli obat agar dirinya tidak hamil, Zee menanyakan pada Indah yang sempat membuat bertanya – tanya tapi Zee beralasan ada temannya yang membutuhkan. Indah menjanjikan akan memberikan obat tersebut paling tidak beberapa menit lagi dan akhirnya mereka berjanji bertemu di cafe, Zee tidak tahu lagi ke mana untuk bertemu dengan Indah. Suasana cafe ketika masuk tampak lengang menandakan tidak banyak orang datang, meski yang datang silih berganti. Zee tidak melihat keberadaan Erland sehingga bisa membuat dirinya bernafas lega karena Erland tidak akan mengetahui niatnya tersebut, menunggu Indah membuat Zee memutuskan untuk berada di dapur bersama Yusron dan tidak lama pegawainya mengatakan Indah telah datang. “Buat siapa sih pakai obat beginian?” Zee hanya tersenyum melihat Indah bicara “kalau belum siap jangan melakukan dong.” “Dia kebablasan dan belum siap buat nikah, jadi berapa semua?.” Indah menggelengkan kepala “free dan kebetulan di sini kita bahas masalah rencana amal yang akan dilaksanakan di sini, kita butuh jasa organizer karena gak mungkin melakukan sendiri.” Zee mengangguk “nanti aku yang cari.” Indah dan Zee memilih menghabiskan waktu berbicara satu dengan lain tentang rencana amal, cukup lama mereka berbicara membahas acara amal sampai tidak menyadari seseorang yang mendengar pembicaraan mereka dari awal penyerahan obat. Orang tersebut adalah Billy yang harus menahan emosinya mendengar niat Zee untuk konsumsi obat pencegah kehamilan. Billy tidak ingin rencananya berantakan dengan Zee konsumsi obat tersebut dan satu lagi Billy kecanduan setiap inch dari tubuh Zee, orang yang dibencinya membuat Billy tidak bisa menghilangkan bayangan kejadian semalam. Billy mendengarkan pembicaraan mereka tanpa disadari oleh Zee, tidak lama kemudian pembicaraan terhenti di mana Zee langsung melangkah naik ke atas dengan cepat Billy mengikutinya dari belakang. Dugaan Billy adalah Zee akan masuk ke dalam ruangannya untuk meminum obat tersebut, tepat ketika Zee akan menutup pintu Billy menahannya membuat Zee membelalakkan mata melihat kehadiran Billy di atas dan bagaimana bisa ikut naik. Billy yang tahu jika Zee menatap tidak suka langsung mendorong masuk ke dalam dan tidak lupa mengunci pintunya dengan tidak lupa menahan kedua tangan Zee dengan satu tangannya. Billy seketika merasakan perasaan lega ketika sudah melihat kembali wanita yang ada dihadapannya kali ini, dibelainya pipi Zee perlahan dengan tangannya yang bebas dan ketika melihat Zee menutup mata membuat salah satu sudut hati Billy tersenyum senang di dekatnya wajah Billy ke arah Zee. Tatapan mata Billy mengarah pada bibir Zee yang kemarin membuatnya ketagihan, perlahan memberi kecupan ringan tapi sayangnya Billy tidak ingin hanya kecupan hingga akhirnya melumat dengan perlahan dan mulai merasakan jika Zee sedikit nyaman dengan ciuman mereka sehingga Billy memperdalam ciuman mereka yang membuat Billy tidak ingin melepaskan ciuman ini tapi mereka berdua membutuhkan nafas. Billy menatap wajah merah Zee setelah melepaskan ciuman membuat dirinya gemas, Billy ingin mengulangi kembali kegiatan mereka semalam tapi dirinya tahu jika Zee masih baru melakukannya berbeda dengan Tyas yang sudah sering melakukannya bahkan memiliki anak. Billy membelai pipi Zee pelan yang mungkin akan menjadi kesukaannya setelah ini, kulit tubuh Zee yang lembut tanpa polesan apa pun memberikan kecantikan tersendiri dari dalam membuat Billy terpesona melihatnya. Billy mengecup bibir mungil yang sudah menjadi kesukaannya semenjak mereka melakukannya, bukan hanya bibir tapi seluruh tubuh dari wanita dihadapannya ini. “Aku tidak akan mengijinkan kamu untuk minum obat itu” Billy memberikan suara datarnya membuat Zee menatap terkejut “aku mendengar semua pembicaraan dengan temanmu itu dan sudah bisa menebak apa yang ingin kamu lakukan jadi hentikan semuanya.” “Aku tidak mau memiliki anak diluar nikah” protes Zee jadi lebih baik aku hilangkan saja yang membuat Billy menatapnya tajam. “Aku akan melamarmu jadi persiapkan diri semuanya dan jangan pernah sedikit pun meminum obat itu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN