Setelah tiga hari kemudian dari aku menjenguk Radit, akhirnya Radit masuk kerja lagi. Aku sampai mengabaikan tatapan banyak mata di ruang kerja Radit di kantor papaku, karena aku mengkhawatirkan kondisinya yang masih terlihat pucat. “Bu Adis…” desis Radit waktu melihatku datang dan menjeda kesibukannya dengan pak Dhanu. Aku menghela nafas. “Izin bawa Radit makan siang pak Dhanu, kerjanya nanti lagi. Kalo kondisi Radit sedang sehat, diakan lembur terus” kataku. Pak Dhanu tertawa lalu Radit menggeleng pelan mendengar omonganku. “Silahkan makan siang dulu Dit. Teman kerjamu khawatir tuh, apalagi dia putri bos, harus nurut kamunya” jawab pak Dhanu. Gantian Radit tertawa lalu pamit pada pak Dhanu untuk makan siang. “Obatmu di bawa gak?” tanyaku sebelum sampai lift turun. “Nanti aku minu