Love Is Sinta Bab 9 - Cinta Itu Buta

1318 Kata
Sinta tidak peduli dengan statusnya sekarang yang sudah menjadi seorang istri. Menurutnya, status tidak memengaruhi untuk dia dekat dan jalan lagi dengan Rangga, kekasih yang sangat ia cintai. Sinta malam ini menemui Rangga di Bar milik Rangga.Dia memang sudah rindu dengan kekasihnya itu. Kekasih yang selalu dianggapnya baik olehnya, padahal dia sudah tahu semua keburukan Rangga. Sinta memang sudah tahu kebiasaan Rangga yang suka berjudi, tapi entah mengapa dia masih sangat mencintai Rangga, dan tidak mau pisah dengan Rangga. Semua orang sudah menasihati Sinta, termasuk kedua sahabatnya, yakni Devi dan Manda. Mereka yang tahu kebiasaan Rangga seperti apa, dari bejudi, bergonta ganti pasangan, dan serinag melakukan One Night Stand dengan wanita yang hanya ingin memuaskan nafsunya saja. Namun, tidak dengan Sinta, Sinta tidak pernah melihat cela sedikitpun pada diri Rangga. Padahal Rangga hanya ingin mengincar kekayaan eyangnya Sinta saja. Dia menjadikan Sinta hanya sebagai ATM berjalan untuknya. Semua fasilitas yang ia miliki dari Sinta, meski dia memiliki beberapa Bar dan memiliki perusahaan peninggalan eyangnya. Sinta tidak menyadari kalau uangnya selalu terkuras habis untuk Rangga. Baginya, berada di dekat Rangga itu sudah lebih dari cukup. Cinta yang ia berikan begitu tulus untuk Rangga, tapi Rangga hanya menginginkan uang Sinta saja. Bagi Rangga kemolekan tubuh Sinta tidak ada apa-apanya dibandingkan wanita di luar sana yang selalu Rangga pakai untuk menuntaskan hasratnya tiap malam. Malam ini Rangga menyuruh semua wanita yang berada di barnya dilarang untuk mendekati dirinya. Itu semua karena Sinta akan datang ke barnya. “Giliran Sinta mau datang aku di cuekin,” ucap salah satu wanita yang biasa Rangga pakai untuk memuaskan hasratnya. “Sayang, ini juga demi kamu, kamu mau uang, kan? Aku pun sama, hampir dua minggu, aku tidak dapat jatah dari Sinta,” ucap Rangga. “Jatah tubuhnya juga, kan?” tanya wanita itu yang bernama Laura. “Bukan, Sayang. Mana mungkin aku menikmati tubuhnya, dia tidak ada seksi-seksinya, dibanding kamu, Laura,” ucap Rangga. “Aku hanya ingin uangnya saja, dan aku ingin menikahi Sinta karena dengan menikahi Sinta, aku akan mendapatkan semua kekayaan Hadiwidjaja,” imbuh Rangga dengan tersenyum licik. “Pintar juga kamu, Beib,” ucap Laura dengan mencium bibir Rangga. “Dia juga seksi, kalau enggak, mana mungkin dia jadi model yang sedang naik daun seperti sekarang ini, semua usahanya juga berjalan dengan lancar,” imbuh Laura. “Itu seksi di mata masyarakat yang memandang, kalau di mataku, tidak!” tegas Rangga. “Sudah pergilah, itu Sinta datang.” Rangga menyuruh Laura pergi dari sampingnya karena Sinta sudah datang. Mata Sinta melihat di sekeliling bar, mencari di mana laki-laki yang ia cinta berada. Sinta melihat Rangga di tempat duduk paling pojok, favorit Rangga dan Sinta saat berada di dalam bar. “Sayang....” Sinta mendekati Rangga dan langsung berhambur memeluk Rangga. “Honey.... Aku merindukanmu, kamu ke mana saja, Honey?” Rangga langsung memungut dan melahap habis bibir seksi Sinta. “Uhhhmmm....” lenguh Sinta. “Aku sudah jadi istri orang, Sayang,” ucap Sinta dengan menjauhkan wajah Rangga dari wajahnya. “Itu tidak masalah, selama kita masih bisa seperti ini, Sayang,” jawab Rangga dengan mengusap pipi Sinta dan kembali memungut bibir Sinta. Rangga memberi lumatan lembut pada bibir Sinta dan meremas lembut d**a Sinta, tapi Sinta menepiskan tangan Rangga. “Sayang, Uhmmm....” lenguh Sinta. “Jangan seperti ini!” tegas Sinta. “Maaf,” ucap Rangga dengan mencium kilas bibir Sinta. Sinta memang sering di sentuh Rangga seperti ini, tapi dia tidak mau kalau sudah merambat ke bagian yang ia harus jaga untuk suaminya. Sayangnya, bukan untuk Agus, karena Sinta hanya ingin Rangga yang menjadi suaminya. “Bantu aku untuk berpisah dengan laki-laki kacung itu, Sayang,” ucap Sinta setelah puas merasakan kecupan dan lumatan bibir Rangga. “Itu tidak mudah, Honey,” ucap Rangga. “Kamu mau menikah dengan aku, kan?” tanya Sinta. “Jelas mau lah!” ucap Rangga dengan semangat. “Makanya bantu aku,” pinta Sinta dengan manja. “Kamu sudah disentuh dia?” tanya Rangga. “Kamu saja belum menyentuhnya, masa iya dia menyentuh aku, Sayang!” jawab Sinta dengan tegas. “Aku kira,” ucap Rangga. “Oke, aku akan membantu kamu, Sayang.” Rangga mengiyakan dirinya akan membantu Sinta agar berpisah dengan Agus. “Caranya?” tanya Sinta. “Dengan kamu sering menemui aku, dan aku sering ke rumah kamu, pasti dia akan menyerah, pokoknya serahkan semua padaku, pasti kita akan menikah, Sayang. Karena itu yang aku inginkan, aku ingin menikahi kamu,” ucap Rangga dengan penuh kepastian. “Oke, aku pegang ucapanmu!” ucap Sinta. “Baik, pegang saja,” ucap Rangga. Rangga tersenyum dengan penuh kemenangan, karena dia lagi-lagi bisa mendoktrin otak Sinta agar dia selalu menuruti apa yang dirinya katakan. Dan, dia juga bisa saja memancing Sinta agar Sinta memberikan uang pada dirinya dengan berbagai macam alasan. Bahkan honor Sinta dari salah satu kontrak pekerjaannya, juga masuk ke kantong Rangga. “Oke, aku akan sabar, aku harus sabar, dan aku harus bisa mencuci otak Sinta, agar dia menuruti apa yang aku mau. Kalau soal ranjang, aku bisa memuaskan hasratku dengan wanita lain. Tapi, kalau dengan cara ini susah, aku terpakasa harus memaksa Sinta melayaniku, agar dia lebih mudah berpisah dengan Agus dan segera menikah denganku,” gumam Rangga dengan tersenyum licik. Sinta tidak peduli dengan apa yang Rangga mau. Mata hatinya sudah tertutup oleh cinta yang kotor. Dia tidak peduli seberapa banyak uang yang ia keluarkan untuk Rangga. Dia hanya ingin Rangga yang nantinya akan menjadi suaminya, tidak peduli dengan kelakuan busuk Rangga, dan tidak pernah percaya dengan semua orang yang tahu Rangga seperti apa. ^^^ Dua laki-laki duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat Sinta dan Rangga yang sedang bermesraan. Mereka adalah Agus, dan Heri orang suruhan Agus. Agus tidak menyangka istrinya akan seperti itu. Agus sadar, dia memang tidak mengerti apa-apa soal Sinta. Dia menikahi Sinta pun karena dirinya di paksa oleh atasannya. Agus sebenarnya geram dan ingin menghampiri mereka. Apalagi dari tadi Agus melihat Rangga menikmati bibir manis Sinta. Meski hanya bibir saja, Agus sudah merasakan panas dalam hatinya. Darahnya seakan mendidih dan hampir naik ke ujung kepala. Namun, Agus mencoba meredakan emosinya. Mau bagaimana lagi, dirinya juga tahu kalau sebelum menikah dengannya, Sinta sudah memiliki kekasih dan sangat mencintainya. Wajar bila Sinta berontak, karena menikah dengan dirinya juga karena paksaan dari eyangnya. “Pak, apa kita harus menyeret Non Sinta untuk pulang?” tanya Heri, yang berada di samping Agus. “Tidak usah, biarkan saja. Aku mau pulang saja, aku akan mengunggu Sinta pulang ke rumah,” jawab Agus. “Pak, tapi mereka sudah keterlaluan, apa tidak bahaya kalau Non Sinta di apa-apakan oleh Rangga?” ujar Heri, suruhan Agus. “Kamu di sini, awasi dia, aku akan pulang!” tegas Agus. “Baik, Pak!” jawab Heri. “Hubungi saya, kalau ada apa-apa, pokoknya terus awasi mereka!” ucap Agus. “Siap!” ucapnya. Agus keluar dari bar milik Rangga. Dia merasakan hatinya seperti tertusuk seribu belati melihat istrinya di sentuh dan di cumbu laki-laki lain. Agus masuk ke dalam mobilnya. Mobil yang di beri Eyang Hadi sebagai tanda terima kasih karena mau menikah dengan Sinta. Agus meremas kepalanya dan mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar ingin memukul Rangga saat itu, dia juga ingin menyeret Sinta untuk pulang ke rumah. Tapi, dia tidak ingin membuat keributan, dan membuat nama Sinta tercoreng karena masalah itu. “Ya Allah, aku harus bagaimana? Aku salah, aku salah membiarkan istriku seperti ini, aku harus bagaimana? Aku tahu pernikahan ini tidak diinginkan Sinta, begitupun aku. Sebenarnya aku hanya terpaksa, karena itu semua untuk membalas budi jasa Pak Hadi padaku. Tapi, mengapa wanita itu Sinta? Mengapa wanita yang aku cintai itu Sinta? Dan, itu yang membuat aku memantapkan hati untuk menikahi Sinta, sekaligus mengabulkan permintaan Pak Hadi. Aku harus bagaimana, Ya Allah.” Agus merenung di dalam mobilnya, hingga air matanya keluar, menangisi nasibnya yang memiliki istri seperti Sinta. "Apa ini yang dinamakan Cinta Itu Buta?" gumam Agus.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN