Bertemu masa lalu

1018 Kata
Mengenang masa lalu. Seketika membuat hati Bella terketuk. Dia masih mengingat jelas kenangan bersama dengan Deon waktu itu. Tapi, hanya sebatas mengingat. Bukan untuk mengenang indahnya kenangan dulu. Dan, membandingkan dengan sekarang. Dia sudah siap melangkah tanpa menoleh ke belakang. Bella menghela napasnya. Dia memejamkan kedua matanya. Merapatkan bibir atas dan bawah. Mencoba untuk tetap tenang. Bella tidak peduli dengan apapun masa lalunya. Tapi, dia amsih ingat bagaimana Deon meninggalkannya saat dia sangat mencintainya. "Aku tahu kamu pembunuh, tapi aku pernah mencintaimu. Pernah menerimamu. Tanpa pedulikan masa lalumu. Aku tau semuanya tentang kamu. Tapi, itu dulu. Semuanya sudha hilang di makan waktu. Hanya ada kamu dan aku, bukan kenangan kita dulu. Sekrang kita berdiri dengan hati dan perasaan yang sudah berbeda." jelas Bella. Dia menarik sudut bibirnya tipis. Berharap semuanya sudah berakhir. "Maaf!" ucap Deon. Dia hanya bisa bilang maaf. Hanya kata itu yang bisa di katakan olehnya. Hatinya penuh dengan penyesalan. "Kenapa kamu disini sendiri," tanya Deon. "Aku biasa disini olahraga. lagian udara tampak sangat sejuk." ucap Bella. "Aku boleh minta nomor ponselmu?" tanya Deon. Bella mengerutkan kedua alisnya. "Untuk apa?" tanya Bella. "Ya, siapa tau aku bisa menghubungiku. Bukanya untuk membahas masa lalu. Tapi, untuk menjaga komunikasi di anatara kita. Meskipun kita tisak lagi bersama. Tapi, kita bisa saling sapa meskipun hanya sebatas teman." kata Deon. Bella menganggukan kepalanya. "Iya, bentara!" ucap Bella. "Oh, ya! Aku lupa aku tidak bawa ponsel." ucap Bella. "Tapi, kamu hafal nomor kamu, kan?" tanya Deon lagi. Dia tidak mau menyerah untuk mendapatkan nomornya. "Pinjam ponselmu!" ucap Bella. Deon segera memberikan ponselnya. Bella langsung memegang ponsel itu. Jemari tangannya begitu lihai mengetik angka sesuai dengan apa yang dia ingat. "Sudah selesai!" "Makasih!" "Oh, ya! Nanti malam kita ketemu mau?" tanya Deon. "Dimana?" tanya Bella. "Terserah kamu, jika mau aku jemput. Maka aku akan memjemputmu. Jika tidak ya kamu bisa tunggu aku disini." ucap Deon. "Bentar, kenapa kamu bisa di ada disini juga? Kamu bekerja disini?" tanya Bella penasaran. Dia baru ingat kemana Deon berada di tempat yang sama dengannya. Di Macau? Apa dia punya tugas di sana. Tapi, apa pekerjaannya sekarang? "Iya, aku mau jalan-jalan saja disini. Aku hanya 1 bulan disini. Setelah itu aku akan kembali lagi." ucap Deon. Bella memincingkan matanya. Dia bingung ini kebetulan tau gimana. Dia bahkan bertemu dnegan orang yang sama di masa lalu di tempat yang sama sekarang. "Kenapa kamu hanya diam? Ada salah?" tanya Deon. Dia sirkit menundukkan kepalanya. Pandangan mata tak berhenti Terus menatap wajah cantik Bella. Gang terlihat tampak berkeringat lelah. Deon mengangkat kepalanya. Dia mengusap keringat di kening Bella drngan telapak tangannya. Bella yang terkejut. Dia membuka matanya lebar-lebar. Kedua bola mata hitam itu hampir saja keluar dari kerangkanya. Kedua mata mereka saling tertuju satu sama lain. Hal ini yang membaut Bella jatuh cinta denga Deon dulu. Perhatian kecilnya selalu dia gundukan. Perhatian yang tulus tanpa dk minta. "Kamu capek?" tanya Deon. "Aku tunggu kamu nanti jam 9 malam." "Jam 9 malam? Kenapa malam sekali?" tanya Bella. "Disini macau, jadi kita pergi ke club malam." ucap Deon. "Club malam?" tanya Bella. "Memangnya kenapa?" tanya Deon. Bella terdiam sejenak. Tapi, jika di pikir boleh juga kekuar malam. Dia sekalian menyelidiki kasus yang ada. Karena Felix meminta ubtuk melihat apa yang terjadi di club malam. Kemarin dia tidak mendapatkan informasi apapun disana. Kali ini siapa tahu dengan bantuan Deon dia bisa mendapatkan informasi. "Baiklah, udah tidak masalah!" ucap Bella. "Kamu mau?" Deon terlihat sangat antusias. Mendengar Bella menerima ajaknya. Senyuman tipis mulai timbul di bibirnya. "Iya, aku mau," jawab Bella. ** Setelah bertemu dengan Deon tadi di taman. Bella langsung pulang ke tempat dimana dia tinggal untuk sementara. Bahkan mereka saling berbincang satu sama lain sampai menjelang siang. "Dari mana?" tanya Felix. "Aku?" tanya Bella. Dia menunjuk dirinya sendiri. "Iya, kamu siapa lagi." ucap Felix kesal. "Kenapa kamu olahraga sampai siang. Memangnya ada olahraga sampai jam segini?" tanya Felix. Dia menautkan kedua alisnya. Kedua mata itu sedikit menyipit mengamati setiap gerak gerik Bella yang ada di depannya. Wanita itu tampak sangat Neh tidka seperti biasanya.. "Aku mau mandi dulu, nanti aku ceritakan. Sekarang aku capek!" ucap Bella. Dia melangkah pergi meninggalkan Felix. Felix menghela napasnya Dia membalikkan badan menatap setiap langkah Bella. "Ada apa dengannya?" tanya Felix. "Dia di macau, bukan tempatnya. Kenapa dia bisa pulang telat apa ada yang menganggu. Apa dia bertemu dnegan seseorang. Atau, dia sengaja bilang olahraga hanya untuk menyelidiki kasus yang kemarin." gerutu Felix. Berbagai pertanyaan ada di kepalanya. Sementara Yuan yang baru saja kekuar dari kamarnya. Dia berjalan pelan menuju ke dapur. Tanpa sengaja dia melihat Felix yang masih berdiri menatap ke arah kamar Bella. Yaun menyupitkan matanya. Dia melihat wajah Felix yang terlihat snagat serius. Seolah sedang berpikir keras. "Ada apa?" tanya Yuan. Sontak mengejutkan Felix. Dia seketika tersadar dari lamunannya. "Eh.. Nggak, ada apa-apa." ucap Felix. "Memangnya kenapa?" tanya Felix. "Ke apa.kamu terus menatap ke arah kamar Bella? Apa Bella ada masalah? Atau, kamu suka dengannya?" Felix seketika menatap tajam ke arah Yuan. "Apa yang kamu katakan?" Felix menghela napasnya. Kepalanya tertunduk. Lalu memalingkan wajahnya. "Jangan bahas itu. Tidak ada perasaan di antara kita." ucap Felix. "Kamu yakin?" tanya Yuan menggoda. Sembari tersneyum tipis. Felix berjalan menuju ke sofa, kedua tangan di batas sofa. Felix duduk menyilang. Sembari menatap ke arah Yuan. Tuan membalikkan badannya menatap Felix. "Biasanya panggilan kalian saat bertemu beda." Felix tersneyum "Sayang maksud kamu?" tanya Felix. "Aku memang seperti itu. Aku bisa bilang pada siapa saja orang yang aku temui. Sayang bukan berarti cinta." tegas Felix. "Oh, ya! Gimana tentang tugas kemarin. Apa ada perubahan lagi? Atau, kamu menemukan petunjuk?" tanya Felix dia mulai mengalihkan pembicaraan. Yuan mengerutkan bibirnya. Kedua alisnya ikut tertaut. Yuan beranjak duduk di samping Felix. "Iya, aku boleh bilang sesuatu padamu?" tanya Yuan. "Iya, boleh!" ucap Felix. "Tentang masalah kemarin. Kenapa kamu masih saja penasaran dengan itu semua. Apa tidak ada hal lain yang di bicarakan kecuali itu. Lagian semuanya sudah jelas. Itu tidak ada hubungannya dengan kita." ucap Yuan. "Aku yakin ada!" kata Yuan menegaskan. Dia sangat yakin jika semuanya ada hubungannya. Termasuk anggota yang pernah dia temui. Dia sekarang pasti akan jadi incaran mereka selanjutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN