Yuan dan Vina jalan menuju ke bar yang dekat dengan kontrakan Vina, Mereka terlihat semakin akrab. Bahkan sudah biasa saling bercanda satu sama lain. Saling tertawa bersama. Bahkan tanpa rasa canggung lagi. Sampai di bar, mereka langsung di sambut dengan music dj yang masuk ke dalam telinganya. Yuan menganggukan kepqalanya menikmati music itu. Dia beranjak duduk di depan meja bar tepat di samping Vina.
Vina segera memesan dua gelas minuman untuknya dan yuan.
“Kamu juga minum?” Tanya Yuan.
“Iya, tapi dikit. Aku tidak pernah minum banyak.” Kata Vina.
“Oo. Ya, jangan terlalu banyak minum,” ucap Yuan.
Drrtt.. Drrtt..
Suara dering ponsel menghentikan pembicaraan mereka. Yuan segera mengambil ponsel di dalam saku jaketnya. Kedua matanya menyipit seketika saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya yang masih menyala, beberapa pesan dari bella. Dan, tidak hanya itu. Ada panggilan tak terjawab juga dari Bella. Tak lupa ada satu panggilan tak terjawab juga dari Felix. Entah kenapa Felix memanggilnya. Aada urusan apa? Apa dia butuh bantuan?
Felix bangkit dari duduknya. “Bentar, aku mau telfon seseorang dulu. Kamu disini dulu gak papa, kan. Aku tidak akan lama,” ucap Yuan.
Vina tersenyum manis. Kedua matanya ikut menyipit. “Iya, tidak masalah.”
Yuan segera membalikkan badannya, kedua matanya terus menatap layar ponselnya. Dan, segera Yuan pergi keluar dari bar itu. Menuju ke tempat yang tidak terlalu bising. Jika sampai Bella tahu dia pergi ke bar. Dia pasti sangat marah, sudah meninggalkannya sendiri di tempat tinggalnya.
Yuan menghela napasnya, dia segera bersiap mengangkat panggilan talfon dari Bella. “Ada apa?” Tanya Yuan. Memulai pembicaraan lebih dulu.
“Kamu dimana sekarang?” Tanya Bella dengan nada juteknya. Terlihat jelas dari nada itu, Bella pasti sangat kesal dengannya.
“Emm … aku jalan-jalan sebentar cari udara malam,” ucap Yuan.
“Kenapa kamu tidak mengajakku, kamu tahu aku sendiri disini. Dan, kamu meninggalkan aku begitu saja. Kamu juga tidak bilang jika keluar,” pekik Bella mengeraskan nada suaranya lebih tinggi satu oktaf.
“Bella, kamu sekarang dimana?’ Tanya Yuan mencoba basa basi.
“Jangan banyak Tanya lagi, sudah jelas aku di kamar hotel. Aku tadi ketuk kamar kamu tapi malah kamu keluar. Awa saja kamu kembali.” Bella sangat kesal. “Bawakan aku makanan jika kamu pulang, jika kamu mau aku maafin kamu,” lanjut Bella.
“Makanan apa malam-malam seperti ini?”
“Terserah, atau. Jangan-jangan kamu pergi kencan?”
“Iya, bukan begitu. Aku keluar sendiri. Cari udara segar,” jawab Yuan.
“Oke, terserah kamu amu kencan atau kemana. Tapi jika kamu keluar bilang padaku, aku juga butuh makan. Kamu keluar harus bawa makaan kalau pulang. Disini tidak ada makanan sama sekali, sekalian bawa snack,” cerocos Bella. Dia tidak berhenti terus berbicara tanpa jeda.
“Jangan pulang malam. Ada tugas yang harus kamu selidiki. Dan, kebetulan kamu keluar. Aku mau kamu pergi ke sebuah bar di pusat kota. Kamu cari tahu seseorang. Dan, nanti aku akan kirimkan fotonya padamu. Dan, ingat jangan sampai salah sasaran. Ini pasti akan lebih berbahaya nantinya.”
Yuan menautkan kedua alisnya, dia terlihat mulai binung. Apa yang di katakana oleh Bella, dan sejak kapan dapat tugas di macau. Padahal tugas sbelumnya juga belum selesai, sekarang dapat tugas lagi?
Yuan menghela napasnya, dia mencoba untuk tenang dulu. “Bentar, tugas apa? Dan, ini kasus apa lagi?’ Tanya Yuan yang masih bingung.
“Kamu tidak baca chat dari Felix. Dia minta menyelidiki seorang wanita, yang katanya sekarang wanita itu pergi ke macau. Dia batru saja lolos dari kejaran Felix di bandara. Wanita ini ada hubungannya dengan kasus pembunuhan kecelakaan mobil yang pertama,” jelas Bella.
“Bentar, aku belum baca chat dari Felix. Aku baca dulu.” Yuan segera menjauhkan ponselnya dari teklinga. Kedua mata Yuan menatap layar ponsel, mata itu mulai mengamati dan membaca dalam hatinya beberapa chat dari Felix.
“Selidiki wanita ini, informasi terakhir. Dia ada di sebuah bar. Dan, dia baru saja lolos kemarin pengejaranku.”
“Felix bilang di bar? Kebetulan aku disini. Maksdunya, wanita itu siapa? Bukanya setiap orang bisa menyamar. Gimana bisa aku tahu jika wanita itu benar pembunuhnya, atau bagaimana cara aku mengetahuinya,” ucap Yuan.
“Pakai otak,” tegas Bella.
“Sudah, lakukan saja tugas kamu. Sekarang, aku mau tidur dulu. Kalau kamu sudah bilang, ketuk pintu kamarku, dan jangan lupa bawa makanan,” ucap Bella. Dia langsung mematikan ponselnya.
**
Setelah berbincang dengan Bella, Yuan masih diam sendiri menatap layar ponselnya. Dia membaca detail chat dari Bella dan, Felix. Setelah paham apa yang harus di lakukan. Yuan, memasukan ponsel ke dalam saku jaketnya. Yuan segera kembali masuk ke dalam bar. Duia berjalan menghampiri Vina yang masih duduk di depan meja bar sembari menunggu dirinya.
“Kamu nunggu lama?” Tanya Yuan. Dia duduk di samping Vina. Sembari tersenyum tipis padanya.
“Nggak, tenang saja.” Vina tersenyum tipis padanya.
“Oh, ya. Boleh Tanya?” ucap Yuan.
“Tanya apa?”
“Kamu aslinya dari mana?”
“Memangnya kenapa?” ucap Vina.
“Gak, papa. Hanya saja aku ingin Tanya tentang kamu. Aku hanya ingin tanya jauh tentang kamu.”
“Tidak masalah.”
“Hai, Vina. Kamu sama siapa?” saut seorang wanita yang tiba-tiba menyapa Vina. Yuan yang mendengar hal itu. Dia menggerkkan kepalanya pelan. Dia menoleh ke sumber suara. Seorang wanita cantik penjaga bar yang sudah menuangkan minuman dengan berbarai racikan khusus darinya. Racikan minuman itu di berikan pada Vina.
“Ini minuman kesukaan, mu.” Ucap wanita itu. Sepertinya wanita itu sudah terbiasa dengan kedatangan Vina. Dan, sepertinya memang Vinasering datang ke bar itu. Atau mereka memang saling kenal. Teman lama atau apa? Yuan hanya diam, dia menatap setiap detail wajah wanita cantik itu, dengan rambut yang terurai panjang, sedikit berombak. Yuan merasa tidak asing dengan wajah wanita itu.
“Siapa dia? Kenapa dia terlihat tidak asing. Tapi, bentar. Aku pernah bertemu dimana? Aku belum pernah bertemu dengannya sebelumnya. Tapi, wajah itu terbayang di otaknya. Seperti pernah melihat tapi dimana?” Yuan terus bergumam dalam hatinya. Dia terus mengingat kembali dimana perna bertemu wanita itu.
“Hey … kenapa kamu hanya diam?” Tanya wanita itu tepat di samping Yuan. Seketika mengejutkan Yuan yang sedang melamun.
“Hay, iya! Ada apa?” Tanya Yuan. Mencoba untuk tersenyum palsu.
“Kamu teman Vina? Tanya wanita itu. Yuan hanya menjawabnya dengan senyuman ti[is.
“Aku baru saja mengenalnya,” saut Vina.
“Oo, aku kira dia pacar baru kamu.” Wanita itu tersenyum menggoda.
“Aku baru kali ini datang ke sini sama laki-laki,” ucap Vina.
“Oke, Oke ….”
“OH, ya! Kamu mau minum apa?” Tanya wanita itu. Dia menawarkan minuman pada Yuan.
“Terserah.”
“Apa kamu mau minuman yang sama dengan Vina.”
“Iya, boleh. Apa saja,” jawab Yuan.
Wanita itu segera membuatkan minuman racikannya. Hanya beberapa menit saja minumannya sudah jadi. Dan, dia meletakkan satu gelas minuman itu di atas meja bar. Yuan yang langsung mengambil minumannya. Tanpa sengaja tangannya memegang tangan wanita itu di satu gelas yang sama.
Kedua mata mereka saling tertuju satu sama lain. Wanita itu menatap Yuan sangat dalam. Sementara Vina, dia menyipitkan matanya. Saat melihat mereka saling berpegangan tangan.
“Maaf!” ucap Yuan menarik tangannya.
Wanita itu tersenyum simpul. “Iya, tidak masalah.” Wanita itu terlihat salah tingkah. Dia menyiapkan rambut panjangnya ke belakang.