bc

The Seed of Love : Cherry

book_age18+
13.0K
IKUTI
114.0K
BACA
billionaire
BDSM
dark
one-night stand
pregnant
dominant
badboy
maid
mxb
city
like
intro-logo
Uraian

[Konten Dewasa]

Aishe Iglika (22) menjadi yatim piatu sejak orang tuanya meninggal karena kecelakaan di kota New York. Hutang biaya pengobatan yang tersisa memaksa Aishe menerima ajakan seorang pria untuk ikut bersamanya.

Hidup barunya dimulai sejak pria itu menjebaknya menjadi seorang wanita penghibur di sebuah klab malam berbintang. Aishe sempat menolak keras, tapi yang ia dapatkan justru siksaan fisik.

Di saat yang bersamaan, seorang pria menolongnya.

Enardo Ottar Palguna (28) merupakan seorang Mafia yang paling disegani di seluruh penjuru kota Metropolitan. Rasa iba melihat keadaan Aishe membuat Enardo membantunya terlepas dari jeratan seorang Gigolo.

Ia membawa Aishe pulang ke mansionnya, lalu menjadikan wanita itu sebagai maid pribadinya.

Enardo perlahan terjerat kepolosan Aishe sampai tidak bisa menahan untuk melampiaskan nafsunya. Sebagai gantinya, Enardo memberi Aishe tempat tinggal yang nyaman dan aman.

Hingga suatu hari, Enardo melepasnya dan membiarkan Aishe kembali ke Tanah Air. Enardo belum menyadari jika Aishe pergi dengan membawa sesuatu miliknya yang berharga.

Saat Enardo mulai menyadarinya, ia menjadi murka. Detik itu juga ia memutuskan untuk mencari Aishe ke Tanah Air, tempat di mana Aishe tinggal.

“Aku datang untuk membawa kembali apa yang seharusnya menjadi milikku, dan itu termasuk kau!”—Enardo Ottar Palguna

“Bukankah kau sudah membebaskanku? Aku tidak bermaksud membawanya pergi dan menyembunyikannya darimu.”—Aishe Iglika

Apakah Enardo berhasil merebut haknya dari tangan Aishe?

Akankah Aishe menerima Enardo kembali setelah 1 tahun mereka berpisah?

-----------------------------------------------------

Mari ikuti kisah mereka.

Spin-Off:

*MMT (Dyrga - Ayra)

*TBC ( Dyrta - Chandly)

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog, The Mafia
..**..             Dunia adalah tempat untuk menikmati segalanya. Menghasilkan segalanya dalam bentuk nyata, dan berpuas diri melakukan hal yang disuka.             Mampu menyeret jejak kaki yang lain untuk mengikuti jejak kaki kita. Menuntun, mengajari, dan menjadikannya seperti apa yang kita harapkan.             Sangat cocok sekali jika yang menjadi panutan adalah sambungan darah yang tak terputus. Mengharapkannya menjadi keinginan kita, menyambungkan semua hal yang sudah kita raih dengan susah payah.             Tetapi satu hal yang perlu diingat, jika kata penyesalan selalu datang terlambat. Dan satu kata itu selalu menjadi sebuah kata klasik yang bahkan setiap orang pasti akan merasakan dan mengalaminya.             Tidak ada yang bisa menghalangi kehadirannya. Bahkan orang yang membuatnya sekalipun, hanya bisa melihatnya dalam perasaan terpuruk.             Sebuah kehidupan tidak akan terlihat sempurna, jika tidak tersentuh dengan kata penyesalan. Siapa pun akan mengalaminya. Siapa pun akan merasakannya. ---**--- Beberapa tahun yang lalu., Mansion Mr. Ottar Palguna, Los Angeles, California., Ruang tamu., Malam hari.,             Kaki jenjang itu kembali melangkah, tidak peduli dengan suara dan kalimat nasehat dari siapa pun yang ada disana. Daapp!! Daapp!! Daapp!! Daapp!! Daapp!! Daapp!!             Seorang pria masih menasehati dirinya dengan sedikit meninggikan intonasinya. Pria berusia 55 tahun itu, dia masih membuka suaranya. “Enardo!” Ucapnya menyapa kembali pria yang menghentikan langkah kakinya secara tiba-tiba ketika mendengar kembali suaranya yang lantang.             Pria itu, Ardocio Ottar Palguna. Pria yang akrab disapa dengan sapaan Mr. Ardo, dia beranjak dari duduknya, dan berdiri menghadap putra semata wayangnya yang hendak pergi menuju pintu utama mansion.             Sedangkan yang lain, mereka hanya diam saja. Terutama wanita berusia 50 tahun itu. Dia masih menyaksikan hal yang selalu terjadi di mansionnya hampir setiap malam. Melihat putra semata wayangnya yang masih melakukan hal yang sama, yang dulu dilakukan oleh suaminya, Ardo.             Pria yang masih berdiri tidak jauh dari pintu berdaun dua disana. Dalam keadaan cuek, dia bersidekap d**a dan berbalik badan menghadap mereka semua. Kedua matanya memandang malas sang Daddy yang terlihat garang saat ini.             Dan wanita yang membuatnya lemah, dia malas menatap wajahnya. Dia terlalu lemah menatap mata sayu itu. Hingga membuatnya membuka suaranya. “Ada apa lagi ?” “Aku harus segera pergi.” Ucapnya bersuara datar tanpa berniat menatap satu wanita yang ada disana. Juga seorang pria paruh baya yang selalu memanjakan dirinya dengan segala fasilitas keluarga mereka.             Pria itu, Ardo. Dia kembali membuka suaranya. “Daddy sudah memutuskan perjanjian kotor itu dengan keluarga mereka. Tolong kau jangan mengulang hal yang sama.” Ucapnya menatap lurus ke depan.             Enardo, dia tertawa sinis memandang sang Daddy. Dia kembali membuka suaranya. “Bukankah Daddy yang memaksaku untuk meneruskan perusahaan kita ?” “Bukankah kau yang memaksaku untuk menjadi penerus warisan bisnis keluarga dan tidak membiarkanku hidup bebas ?” Ucapnya bersuara lantang, dan direspon bentakan oleh wanita yang berjalan ke arahnya. “Cukup!” Ketus wanita itu berjalan mendekatinya.             Enardo, dia hanya diam menatap wanita yang sangat dia sayangi itu. Dia berjalan mundur ke belakang. “Jangan mendekat!” Ucapnya mengeraskan rahangnya. Karena sejujurnya, dia sendiri merasa tidak berkutik kalau sudah berhadapan dengan seorang wanita yang telah melahirkan dirinya.             Wanita itu, Enaly Samantha Ottar Palguna. Dia membuka suaranya. “Coba ulangi ucapanmu tadi ?” “Ulangi kalimat yang kau lontarkan kepada Daddy mu tadi!” Ucapnya dengan wajah geram. Dan berusaha tenang menghadapi putra semata wayangnya yang saat ini ada di hadapannya.             Enardo yang tak tahan menatap lebih mata dua mata indah itu, dia segera membuang wajahnya ke arah kiri. Nafasnya memburu, dadanya bergemuruh.             Wanita yang akrab disapa Mrs. Palguna, dia kembali melanjutkan kalimatnya. “Tidak bisakah kau bersikap sopan terhadap Daddy mu ?” Ucapnya memicingkan kedua matanya. Dia masih meneruskan kalimatnya. “Jangan membuat Mommy kecewa dengan diri Mommy sendiri karena gagal mendidikmu!” Ketusnya, dan membuat sang putra, Enardo kembali menatapnya.             Enardo, dia sedikit melirik ke belakang. Melihat sang Grandpa dan Daddy, dia membuka suaranya. “Bukan Mommy yang mendidikku menjadi seperti ini…” “Tapi mereka.” Ucapnya menatap lurus ke depan. Membelah arah menatap dua pasang mata elang itu secara bergantian.             Enaly, dia terdiam. Mendengar kalimat sang putra yang memang benar adanya. Dia kembali menatap sayu sang putra. “Kau bisa melanjutkan kuliahmu, Sayang…” “Hentikan semua pekerjaan itu…” “Dan jangan lagi berurusan dengan keluarga mereka.” Ucap Enaly memelas kepada sang putra.             Enardo hanya diam dan tidak berniat menjawab kalimat sang Mommy. Karena menurutnya, apa yang sudah dia jalani saat ini sudah menjadi hobinya. Hobi yang dia paksakan untuk dia jalani dengan sepenuh hati.             Dengan langkah cepat, dia berbalik badan dan kembali melanjutkan langkah kakinya menuju pintu utama mansion. “Enardo! Dengarkan Mommy, Sayang!” “Enardo Palguna!!” “Enar! Jangan keluar! Grandpa mau bicara!”             Dia kembali menghentikan langkah kakinya. Tanpa berbalik badan, dia membuka suaranya. “Aku sudah nyaman dengan hobi baruku…”             Dia masih bersuara datar. Dengan tetap mengatur nafasnya. “Aku sudah melepas masa depanku dan menjadi apa yang kalian inginkan…”             Mereka semua menggelengkan pelan kepala mereka. Terutama Enaly, dia sudah meneteskan air matanya. Karena bukan ini yang mereka inginkan . “Sayang. Dengarkan Mommy…” “Bukan begitu yang dimaksud Daddy kamu, Sayang.” Ucap Enaly bersuara parau, berjalan hendak mendekati sang putra.             Rahangnya sudah mengeras sejak tadi. Kedua tangannya masih tergepal kuat. Dia kembali membuka suaranya. “Jangan hentikan apapun yang aku suka…” “Dan kalian tenang saja…” “Aku akan tetap menjaga perusahaan kita dengan aman…” “Aku akan menjadi penerus yang kalian banggakan.” Ucapnya kembali melanjutkan langkah kakinya menuju pintu utama mansion yang sudah terbuka lebar. “Enardo dengarkan Mommy, Sayang!!” Teriak Enaly memanggil putra semata wayangnya.             Enardo tidak peduli. Dia tetap berjalan keluar mansion. Terlihat mobil hitam dengan pintu sudah terbuka, untuknya. Beberapa bodyguard juga mendampingi kepergiannya. Tidak lama berselang detik, mobil berwarna hitam itu kemudian melaju dan menghilang dari pelataran depan mansion.             Setelah kepergian putranya, dia berbalik badan dan menghadap mereka berdua. “Kau lihat, Sayang ?” “Putramu menjadi tidak bisa diatur!” “Itu semua karena keegosianmu!” “Kau menjadikannya alat untuk meninggikan derajatmu!” Ucapnya dengan wajah menahan amarah. Dengan kedua tangan sudah tergepal, dia melangkahkan kakinya menuju lift yang ada disana.             Ardocio, dia hanya diam menatap sang istri yang berjalan meninggalkan mereka berdua disana. Dia masih tidak percaya, jika keinginannya membuat sang putra menjadi semakin arogan.             Sebelum dia masuk ke dalam lift, Enaly menghentikan langkah kakinya dan kembali membuka suaranya. “Ayah dan kau sama saja…” “Sama-sama mementingkan diri sendiri…” “Dan tidak melihat kebebasan yang seharusnya dirasakan oleh anak seusia remaja.” Ucapnya bersuara rendah.             Dia membuat jeda pada kalimatnya. Dan kembali berbicara. “Dia sudah seperti ini…” “Aku kehilangan putraku…” “Itu karena kalian…” “Putraku, Enardo. Dia sudah tidak terlihat lagi di pandanganku.” Ucapnya bersuara sendu. Dia kembali melanjutkan langkah kakinya masuk ke dalam lift yang sudah terbuka untuknya.             Ardo, dia hanya diam menatap tubuh sang istri yang telah menghilang dibalik lift berkaca itu. Sedangkan pria disamping kanannya, perlahan dia terduduk kembali di sofa yang ada di belakangnya.             Dia membuka suaranya. “Aku hanya menyuruhmu untuk membuatnya paham mengenai seluk beluk perusahaan, Ardo…” “Bukan mengajarinya tentang hal yang lain.” Gumamnya pelan yang masih bisa didengar oleh pria bernama lengkap Ardocio Ottar Palguna.             Ardo, dia mulai membuka suaranya kembali. “Aku hanya ingin dia menjadi orang yang disegani, Ayah…” “Tidak untuk terjun ke lembah hitam, seperti aku dulu.” Ucapnya bernada lemah. Dia juga berjalan mundur ke belakang. Dan duduk di sofa empuk itu.             Pria yang dia sebut Ayah, Abercio Ottar Palguna. Pria berusia 76 tahun itu, dia membuka suaranya. “Tapi dia sudah tahu semuanya…” “Dan mengerti tentang ajaran Mafia darimu…” “Itu sudah ajaran yang salah, Ardo…” “Tidak seharusnya kau memberikan identitas asli keluarga Abraham Althaf…” “Kau sudah tahu, mereka sudah sangat banyak membantu kita…” “Membesarkan perusahaan kita.” Ucapnya dengan suara rendah. Dan masih melanjutkan kalimatnya. “Kita sudah memutuskan ikatan dengan keluarga mereka…” “Tidak seharusnya penerusku kembali terikat dengan mereka.” Ucapnya dengan nada menyesal.             Ardo hanya diam dengan kedua telapak tangannya mulai menyapu wajahnya dengan sedikit perasan penyesalan. Dia sungguh tidak habis pikir, jika putranya bisa berbuat nekad seperti dirinya dulu. … Di dalam perjalanan.,             Dia masih mengotak-atik ponselnya. Dan menekan nama kontak yang saat ini tengah menjalani perjanjian khusus padanya.             Melihat panggilannya sudah terangkat, dia segera mengangkatnya. “…” “Dimana ?” “…” “Baik. Di detik sekarang, aku menuju kesana.” “…” Tutt… Tutt… Tutt…             Panggilan terputus, karena dia yang memutuskannya. Dia menghela panjang nafasnya, dan membuka suaranya. “Kita ke bandara sekarang…” “Dan siapkan Jet…” “Kita akan ke Paris malam ini.” Ucapnya dan diangguki iya oleh para bodyguardnya yang duduk di kursi bagian depan. ”Baik, Tuan!” Jawab mereka singkat.             Dan mobil mereka melaju cepat menuju bandara. Memahami, kalau Bos mereka tidak menyukai kinerja yang lama. ---**--- La Anta De Amora Hotel, Paris, France., Kamar VVIP., Ruangan kerja.,             Sebuah hotel mewah, sebagai tempat penginapan yang menjadi favorit para pengunjung yang ingin menghabiskan bulan madunya di Paris. Selain bernuansa romantis, La Anta De Amora Hotel merupakan hotel berbintang lima yang sudah dikenal di kalangan banyak orang kelas elit dengan kemewahan dan keglamoran yang disajikan.             Disini lah dia berada saat ini. Bertemu dengan sang pewaris utama pemilik hotel berbintang lima ini. Melanjutkan bisnis mereka yang baru saja disepakati  beberapa minggu yang lalu.             Ruangan yang sangat mewah dan identik dengan warna silver white. Bahkan pemandangan dari balik jendela kaca yang ada di hadapannya saat ini, membuat kedua matanya terpanah akan keindahan kota Paris yang mampu memanjakan dirinya dari posisinya saat ini.             Dua orang pria, mereka masih saling berdiam diri menghadap jendela kaca yang luas itu. Dengan kedua tangan mereka masih memegang satu map berwarna hitam, juga beberapa lembar surat perjanjian di dalamnya.             Selesai membaca lembar perjanjian yang mereka buat bersama, salah satu pria membuka suaranya. “Perjanjian ini, hanya menjadi rahasia kita berdua.” Ucap pria berwajah tampan bak Yunani itu, dengan setelan hitam yang dia kenakan, yang sudah sedikit berantakan.             Pria yang berada di sisi kirinya, pria dengan setelan abu-abunya itu mulai tertawa sinis. Dia membuka suaranya. “Kau takut jika keluarga besarmu mengetahui sisi gelapmu, huh ?” Ucapnya dengan nada sedikit mengejek.             Dia memutar tubuhnya, menghadap pria bersetelan abu-abu yang dia tahu bisa bekerja sama dengannya. Dia kembali melanjutkan kalimatnya. “Kau tahu…” “Seharusnya kita tidak menjalani bisnis atau kerja sama apapun lagi…” “Dan aku pikir, kau pasti paham satu hal…” Ucap pria itu membuat pria bersetelan abu-abu yang berada di sisi kirinya, ikut menghadapnya. Dan dia masih melanjutkan pembicaraannya. “Perjanjian antar keluarga kita sudah putus sejak lama…”             Mereka masih saling bertatapan tajam, dengan masing-masing netra elang mereka saling menuntut satu sama lain atas perjanjian yang semakin ketat. “Dan tidak seharusnya, kita saling mengikat diri untuk mengulang kejadian di tahun yang lalu…” Ucapnya dengan sudut bibir kanannya tertarik ke atas.             Pria itu, Adyrta Abraham Althaf. Pemilik utama La Anta De Amora Hotel itu masih terus melanjutkan kalimatnya. Mengharapkan perjanjian yang dia buat disetujui oleh pria bersetelan abu-abu itu. ”Aku tahu, keluarga mu menolak kau untuk menjalin kerja sama denganku...” ”Apalagi mengenai bisnis kita ini. Bukankah begitu ?” Ucapnya dengan satu alisnya terangkat ke atas.             Pria bersetelan abu-abu itu, dia menghela panjang nafasnya dan kembali membuka suaranya. “Kau juga pasti tahu satu hal, Mr. Abraham…” “Bukankah kau juga membutuhkan keahlianku untuk menaklukan daerah yang kau inginkan sebagai tempat strategismu ?” Ucapnya seraya bertanya dengan nada mengejek.             Pria itu, Enardo Palguna. Dia masih terus berbicara dengan lawan bicaranya yang merupakan rekan bisnis barunya, dalam pekerjaan illegal yang tengah mereka kuasai saat ini.             Membiarkan lawan bicaranya terdiam dengan kalimatnya barusan, Enardo kembali membuka suaranya. “Kau hanya perlu fokus pada tujuan kita saja…” “Aku juga tidak akan mengurusi apa yang bukan menjadi urusanku dan tidak membawa keuntungan untukku.” Ucapnya masih membuat pria bernama Adyrta itu terdiam. Dia masih terus melanjutan kalimatnya. “Aku pikir…” “Ini hanya menjadi bisnis kita berdua…” “Dan jika ada orang baru yang ingin masuk, tetap kita berdua yang harus mengetahui semuanya…” “Jangan sampai ada orang lain yang ikut campur dalam bisnis ini.” Ucapnya lalu melepas pandangannya dari sorotan tajam itu. Dan beralih menanda tangani beberapa lembar yang ada di map hitam yang saat ini tengah dia pegang.             Begitu juga dengan pria bernama Adyrta itu, dia juga turut menandatangi semua surat perjanjian yang sama, yang saat ini tengah dia pegang.             Setelah mereka selesai menandatangi seluruh surat perjanjian itu, mereka saling berjabatan tangan seraya setuju dengan semua isi dari surat perjanjian yang sudah mereka sepakati bersama.             Mereka kembali membicarakan tentang beberapa isi dari surat perjanjian itu. Untuk saling mengingatkan satu sama lain. Tentang beberapa hal yang perlu mereka lakukan jika rencana mereka tidak berjalan dengan mulus. … Beberapa menit kemudian.,             Pembicaraan yang berhujung pada kesepakatan, membuat pria bernama Adyrta itu kembali membuka suaranya. “Aku ingatkan sekali lagi…” “Jika kau mengingkari janjimu…” “Aku tidak akan segan-segan untuk menghambisimu.” Ucap pria bernama Adyrta itu dengan penuh penekanan, masih memegang map hitam yang ada di tangan kirinya.             Enardo, dengan tubuh masih menghadap keindahan kota Paris di hadapannya. Dia tertawa sinis, dan kembali membuka suaranya. “Aku pikir, pembicaraan kita cukup sampai disini.” Ucapnya lalu berbalik badan. Dengan membawa map hitam itu, dia melangkahkan kaki jenjangnya menuju lift yang ada disana, hendak pergi dari ruangan hotel mewah itu.             Dalam langkah kakinya, dia kembali melanjutkan kalimatnya. “Apa yang kau inginkan akan segera terwujud…” “Kurang dari 24 jam, tanah itu akan menjadi milikmu…” “Kau hanya perlu menyiapkan dana sesuai kesepakatan kita.” Ucapnya lalu berjalan kembali menuju lift yang sudah terbuka, diikuti dua bodyguardnya di belakangnya.             Adyrta Abraham Althaf, pria itu hanya diam melihat bayangan pria bernama Enardo Palguna yang sudah menghilang dari pandangannya. Dia tahu, pria yang ditakuti para petinggi Pebisnis kelas kakap karena mampu menguasai daerah tertentu dalam waktu cepat. Pria itu tidak akan mengingkari janjinya. ---**--- Mansion Mr. Palguna, New York, USA., Kamar Enardo., Kamar mandi., Malam hari.,             Tubuh berotot dan seksi itu masih terus dibiarkan berendam di dalam bathup mewah berwarna putih. Kedua matanya masih tertutup sempurna, seraya mengingat kembali kejadian beberapa tahun yang lalu.             Kejadian dimana dia mengalami masa-masa paling buruk. Dipaksa untuk mengikuti keinginan keluarganya. Dan membuatnya harus merelakan masa-masa remajanya.             Mengikuti jejak sang Daddy membuatnya stress dan frustasi. Namun tidak ada yang mengerti saat itu.             Mengingat kembali itu semua, membuatnya menghela panjang nafasnya. Dengan kedua tangan masih menggantung pada sisi kanan dan kiri bathup. Membiarkan busa terus menghiasi tubuhnya.             Kacau, dia merasa penat saat ini. Dia pikir, dia harus menghibur dirinya malam ini juga. Dan pergi ke diskotik langganannya merupakan ide yang bagus, pikirnya.             Tubuhnya bergerak, beranjak dari bathup penuh busa itu. Dia lalu berjalan menuju shower yang ada disana. Dan menghidupkan tombol khusus yang ada disana. Zzaaaassshhhh…             Guyuran air dari atas membasahi tubuhnya yang penuh dengan busa. Hingga menampakkan dengan jelas, porsi tubuhnya yang benar-benar terlihat sempurna.             Miliknya yang besar dan panjang itu menggantung indah disana. Batang itu terlihat besar dengan keadaan masih tertidur.             Lekukan sempurna tubuhnya bahkan mampu membuat wanita manapun takhluk padanya hanya sekali sentuhan saja. Dan itu adalah ciri khasnya sebagai pria penakhluk hati para wanita.             Hembusan nafasnya mengisyaratkan dirinya untuk tetap bersikap tenang dalam segala kondisi. Gepalan kedua tangannya pada dinding terbuat dari marmer kilat buatan Italia, mulai terpahat urat-urat disana.             Jika saja dirinya tidak mampu mengendalikan emosi dengan baik, mungkin dia akan selalu berurusan dengan hukum dan membuat bisnis keluarganya hancur perlahan. Tetapi tidak, dia masih bisa berpikir lebih jauh lagi demi keinginan bersenang-senangnya.             Seperti yang dia harapkan, sekarang dia bisa melakukan apapun yang dia suka. Mengalihkan semua bisnis keluarganya atas nama dirinya. Juga melakukan kerja sama dengan siapa saja yang dia suka, meskipun hal itu harus mempertaruhkan nama baiknya di kalangan pebisnis kelas menengah ke atas.             Termasuk membuat perjanjian kerja sama dengan bisnis yang memiliki derajat yang setara dengannya, namun tidak untuk gelar seorang Mafia. Dan gelar yang dimilikinya itu mampu menarik ikatan kerja sama kembali antara keluarga Ottar Palguna dengan keluarga Abraham Althaf.             Dan dia puas, karena semua bisnisnya berjalan dengan lancer. Bahkan dirinya mampu menembus tembok keberuntungan, dimana dia semua orang mengenalnya dengan panggilan Mr. Enardo Palguna. ..**..             Enardo Palguna, pria yang seharusnya memiliki nama lengkap Enardo Ottar Palguna. Pria dengan tubuh setinggi 1.85 meter itu, memiliki pahatan wajah yang terlihat sempurna.             Bahkan rahang tegas berbulu kasar itu mampu memikat hati wanita, menghipnotis mereka untuk mendekat dengannya. Dia yang sungguh tidak menyangka, jika tubuhnya yang proposional mampu membuat para wanita merelakan tubuh mereka untuk dijamah olehnya.             Betapa beruntungnya hidupnya, dianugerahi tubuh yang begitu sempurna. Tapi tidak dalam hal keluarga.             Enardo, menghapus nama Ottar dari nama lengkapnya sebagai pewaris satu-satunya keluarga Ottar Palguna karena ketidak sudiannya menjadi pria yang suka diperintah. Dia sungguh menyesali sikap keluarganya, terutama sang Daddy yang memaksa dirinya untuk meneruskan bisnis keluarga disaat dirinya memiliki cita-cita menjadi seorang Pengacara sukses dan terkenal dari usahanya sendiri.             Diatur untuk tetap berkuliah dengan sistem home-schooling, membuat seorang Enardo menjadi lelah dan akhirnya dia memilih untuk memutuskan pendidikannya. Dan melanjutkan keinginan sang Daddy.             Perlahan sang Daddy, Ardocio Ottar Palguna memperkenalkan tentang seluk beluk perusahaan keluarga mereka. Dan berhujung pada mengajarinya tentang cara untuk merebut kekuasaan dengan cara halus.             Enardo, dia pria yang cerdas. Namun sang Daddy tidak cukup cerdas untuk mengetahui semua kelihaian putranya yang ingin mengambil alih secara utuh perusahaan keluarga mereka, Royal Lamond Corporation.             Bukan dirinya tidak ingin menghancurkan, tetapi dengan cara begitu dia membalas dendam atas perebutan masa-masa remajanya. Dan membalasnya dengan sikap arogannya terhadap siapapun yang membuatnya marah.             Sungguh, dia akan menghancurkan siapapun yang berani membuatnya marah. Terutama menggagalkan rencana bisnisnya.             Dan sekarang, dia sudah berada di titik yang dia inginkan. Menguasai apapun yang dia ingin kuasai dengan segala cara dan tentu saja dengan gelarnya sebagai seorang Mafia kelas menengah ke atas.             Nama Ottar yang dulu tersemat di namanya, kini dia menghapusnya. Dan semua orang mengenalnya dengan nama Mr. Enardo Palguna.             Tidak peduli jika keluarganya tetap bersih keras memarahinya karena menghapus nama Ottar dari semua berkas-berkas perusahaan. Terutama dari nama ahli waris yang seharusnya belum menjadi haknya, sepenuhnya.             Kejam, itu adalah sifat utamanya. Arogan, itu adalah ciri khasnya sebagai Boss yang dikenal tampan dengan wajah pemikat wanita.             Dia lah Enardo Palguna. Seorang pria dengan kesuksesan dalam segala bidang, terutama bisnisnya dalam bidang properti yang sudah tersebar luas di seluruh Manca Negara.             Nama besarnya sebagai Boss Mafia asal Amerika, membuat Enardo tidak memiliki banyak rival. Karena semua para Pebisnis selalu meminta bantuan darinya ketika ingin menguasai daerah tertentu yang mereka inginkan. Dan tentu saja Enardo memanfaatkan hal itu untuk menaikkan popularitas perusahaannya, Royal Lamond Corporation.             Dan kini, sudah 5 tahun dia bergelut dalam bisnis barunya dengan rekan kerjanya yang berasal dari keluarga yang tidak seharusnya dia ajak untuk bekerja sama. Namun itu lah seorang Enardo, dia akan terus melanggar aturan keluarga dan melakukan apapun yang dia suka demi kepentingan dirinya. ..**..             Selesai membersihkan dirinya, dia segera memakai pakaian formal untuk pergi ke tempat hiburan. Tempat biasa yang memanjakan dirinya dengan sejuta minuman bermerk terkenal. Juga para wanita yang mampu memanjakan dirinya dengan pijitan-pijitan ringan.             Hanya dengan penampilan formal yang sederhana. Kemeja abu-abu muda, dipadukan dengan celana panjang abu-abu tua. Kemeja berwarna abu-abu tua, ikut menutupi tubuh indah berototnya.             Tanpa diikuti oleh supir pribadi dan sekretaris pribadinya, Jack. Enardo, dia mengendarai mobil pribadinya berlogo banteng menuju tempat hiburan yang sebentar lagi akan membuat dirinya melupakan sejenak masalah dalam hidupnya yang membuatnya hampir putus asa. *** The Levent Coltar Discotic, New York, USA., Malam hari., Ruangan VVIP.,             Para wanita memujanya. Kanan dan kirinya sudah diapit oleh dua wanita seksi, hanya mengenakan bikini berwarna gelap.             Sesekali mereka mengelus miliknya demi membuat batangnya menegang. Tetapi mustahil, hasratnya seakan meredup.             Tangan kanannya masih memegang gelas berisi cairan bening, vodka. Dimana dirinya akan sedikit melayang, namun konsentrasinya masih utuh.             Disaat mereka sibuk membuatnya terlena dengan keseksian mereka, kedua matanya sibuk meniti ruangan VVIP yang ada di sudut sana. Terlihat seorang wanita yang tengah ditampar habis-habisan oleh seorang pria yang sangat dia kenali itu.             Tanpa berbicara, dia langsung mendekati ruangan VVIP itu. Langkah lebarnya mengisyaratkan ketidak setujuan pria itu menampar wanita yang terlihat tidak berdaya itu. …             Dia masih terus meneteskan air matanya. Mulutnya terus bergumam pelan. “Ampun, Tuan…” “Ampun…” Ucapnya dengan tangan kirinya menutupi wajah kirinya yang sudah memerah.             Tamparan itu sungguh membuatnya terluka. Tubuhnya sangat dingin sekali, dengan pakaian terbuka yang dia kenakan saat ini.             Pria itu, dia kembali menunjangnya. Membiarkan mereka yang ada disana, menyaksikan kejadian kejinya itu. Sudah biasa bagi mereka melihat itu di ruangan VVIP. “Dasar jalangg tidak tahu diri!!” “Jangan tutupi ketidak sucian mu disini!!” “Aku mengambilmu bukan cuma-cuma!” Ucapnya kembali menarik lengan kiri wanita itu. Dan menyuruhnya untuk beranjak berdiri.             Dia mendorongnya kuat. “Ampun, Tuan!” Ucapnya masih menangis tersedu-sedu. “Dasar w************n!” Ucapnya mendorongnya ke arah tangga menuju lantai bawah. “Aaahhkkk!!!” Teriaknya dan tubuhnya ditangkap oleh seorang pria tegap.             Dia mendongakkan kepalanya. Menatap pria dengan tubuh beraroma maskulin. Deg!             Kilatan sepasang mata elang itu menusuk penglihatannya. Jantungnya berdebar, dan nafasnya mulai tidak teratur.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

The Alpha's Mate 21+

read
148.4K
bc

Marrying Mr. TSUNDERE

read
383.3K
bc

When The Bastard CEO Falls in Love

read
372.4K
bc

Destiny And Love

read
1.5M
bc

Chandani's Last Love

read
1.4M
bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
403.5K
bc

The Prince Meet The Princess

read
183.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook