5. DELON ALVARO

1162 Kata
"Kamu kenapa El?" ujar Delon saat menjemput Elora di sekolahnya. Gadis itu tampak murung dan tak bersemangat. Hari ini adalah hari terakhirnya Ujian Akhir Sekolah dan minggu depan dirinya akan menghadapi UN. Jadi tidak ada lagi pelajaran tambahan. Elora menatap sekilas ke arah Delon yang tengah mengemudikan mobil. Tampak Elora menimbang sebelum mengutarakan isi hatinya. Berharap setelah mendengarkan keluh kesahnya, Delon akan menyampaikan kepada kedua orang tuanya agar sedikit memberikan dirinya kelonggaran. Yah.. Meskipun terdengar mustahil. Daddy adalah laki-laki paling posesif dan protektif yang pernah Elora kenal. Laki-laki sempurna yang menjadi cinta pertamanya. "El bete' Om. Semua teman El pada udah punya pacar. Cuma El aja yang abadi jomlo. Mana semuanya bilang setelah UN mereka mau liburan bareng pacar masing-masing," terang Elora dengan frustasi. Menyesali nasib yang malang. "Oalah cuma masalah itu?" sahut Delon dengan tergelak. Elora langsung melayangkan tatapan tajam beserta protesnya. "Udah puasin aja Om ketawa. Biar puas kek teman-teman El," rajuk Elora dengan cemberut. Andai Delon bukan orang tua, sudah Elora cakar wajah tampan Delon saat ini juga. Akhirnya tas selempang yang saat ini Elora dikenakan yang menjadi sasaran kekesalannya. Ia remas tas itu kuat-kuat hingga kuku jemarinya tampak memucat. Sepertinya dirinya memang pantas untuk ditertawakan semua orang. "Atau El terima aja ya cinta Dirga daripada El diledekin terus sama temen-temen," jujur Elora dengan polosnya. "Eh jangan El. Kasihan teman kamu nanti," larang Delon seraya mengulum senyuman. Mendadak perut Delon terasa geli seolah ada yang menggelitik di dalamnya. Delon tentu saja mengenal bagaimana sifat Deanova dengan cukup baik. Dulu saja dirinya hampir babak belur karena memiliki hubungan dekat dengan Aira. Padahal dirinya jauh lebih dulu mengenal Aira daripada Deanova. Parahnya sifat posesif Deanova diturunkan kepada anak gadisnya. Delon bingung harus tertawa atau justru iba dengan nasib remaja di sampingnya yang saat ini tengah merajuk. "Kok kasihan?" Tukas Elora merasa heran. Elora menggeser posisi duduknya. Menghadap ke arah Delon dengan tatapan penuh tanya. "Klo Daddy kamu tahu bisa babak belur itu anak orang," jawab Delon dengan santainya. Tangan Delon terulur lalu mengacak rambut lurus Elora yang dibiarkan tergerai indah. Bibir Elora menyebik kesal seraya membiarkan tangan Delon mengacak rambutnya hingga puas. Lantas kedua tangan Elora bersidekap di da-da karena kesal saat membenarkan semua ucapan Delon. Jangankan punya pacar atau gebetan, sahabat laki-laki saja Elora tidak pernah memilikinya. Dulu saat awal-awal masuk sekolah SMA Elora memiliki banyak teman laki-laki. Tapi itu tak bertahan lama karena mereka semua takut setelah bertemu dengan Daddy_nya. Bagaimana tidak takut jika Daddy_nya selalu bersikap dingin terhadap teman laki-lakinya. Dulu beberapa teman laki-laki Elora pernah datang ke rumah atas seizin Mommy_nya. Semuanya tentu kapok karena interogasi Daddy_nya yang menyaingi tugas seorang penyidik kepolisian. Mereka layaknya tersangka dalam kasus besar setiap kali berhadapan dengan Daddy_nya. Jadi meskipun dirinya menjadi salah satu siswi populer di sekolahnya tidak ada yang berani mendekatinya. Apalagi tak jarang Daddy_nya sendiri yang akan mengantar jemput dirinya di sekolah. Tapi itu tidak berlaku pada teman-teman perempuan Elora. Daddy_nya akan bersikap ramah kepada mereka terutama kedua sahabatnya Citra dan Melodi. Dua sahabatnya yang masih bertahan bersamanya hingga saat ini. Sebenarnya kedua orang tua Elora bukanlah orang tua yang jahat. Elora juga tahu alasan Daddy_nya bersikap over protektif padanya. Daddy hanya khawatir jika apa yang pernah menimpa Mommy_nya dulu terulang kembali kepada Elora, satu-satu putri yang dimilikinya. Menurut cerita, Mommy_nya dulu itu pernah mengalami 3 kali peristiwa buruk di masa mudanya. Aira, Mommy_nya yang seorang model terkenal pernah mengalami beberapa kali pelecehan sek-sual dan hampir menjadi korban pemerkosaan. Parahnya Mommy juga pernah mengalami penculikan yang hampir menewaskan Deanova dan Aira, kedua orang tuanya. Alasan masuk akal yang berhasil memenjarakan dirinya dalam sangkar emas. Tapi Elora pun ingin sekali menikmati masa remaja seperti teman-temannya. Bukan hanya berputar dalam lingkup keluarganya sendiri saja. Terkadang rasa iri menguasai hati Elora saat melihat kebebasan yang dimiliki kedua adiknya. Meskipun Elora juga tahu bukan dalam artian bebas tanpa aturan. Kedua orang tuanya tetap mengawasi tindak tanduk Ivand dan Viero di luar rumah. Hanya saja kedua adiknya itu bisa pergi ke mana-mana sendiri tanpa pengawasan ketat seperti dirinya. "Om, Daddy itu kenapa sih keras banget kek batu?" Tanggapan Elora kali ini membuat Delon terdiam sejenak demi mencerna julukan Elora untuk Deanova sahabatnya. Tiba-tiba tawa Delon berderai saat mengingat julukan khusus Aira dulu untuk Deanova yaitu kulkas dua pintu. (baca cerita DnA). Memang sih penampilan sangar Deanova kini telah berubah drastis. Rambut gondrong itu sekarang dibiarkan pendek. Tato di tubuhnya pun sudah hampir lenyap seluruhnya. Hanya tersisa sedikit seperti tato miliknya. Tapi wajah datar macam papan selancar itu masih saja menjadi ciri khas laki-laki itu saat mereka berkumpul. Anehnya ketiga anak-anaknya tidak ada yang mewarisi wajah datar itu. Semuanya selalu bersikap ramah kepada siapapun seperti Aira, istrinya. "Kok Om malah ketawa sih!" Elora semakin kesal dibuatnya. Elora kira Delon tengah menertawakan nasibnya. Melihat perubahan air muka Elora membuat Delon dengan terpaksa menghentikan tawanya. "Om nggak sedang nertawain kamu sayang, Om cuma ingat gimana sifat Daddy kamu dulu terhadap Mommy kamu," jawab Delon yang langsung menerbitkan senyuman tipis di bibir Elora. Remaja itu terlihat begitu ingin tahu kisah kedua orang tuanya. "Daddy kenapa Om? ih El jadi kepo!" tanggap Elora menunggu cerita Delon tentang mereka. Delon menoleh, menatap Elora yang terlihat sudah tak sabar. Bukannya memberikan jawaban pada Elora, Delon justru sengaja ingin menggoda gadis yang mampu memberikan hiburan baru untuknya tersebut. "Jangan kepo nanti kamu malah pengen pacaran. Klo gara-gara Om trus kamu nerima si Dirga jadi pacar kamu yang ada Om babak belur nanti." Kembali tawa Delon berderai hingga sudut matanya berair. Setelah sekian lama baru kali ini Delon bisa tertawa lepas tanpa beban. "Orang-orang tua memang nyebelin!" kesal Elora lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Mendengar Elora menyebutnya tua seketika berhasil menyentil harga dirinya. Benarkah dirinya sudah tua seperti apa yang dikatakan remaja di sampingnya?. Kecepatan mobil Delon mulai melambat saat memasuki kawasan sekolahan Nick. Melihat sekolah Nick yang masih tampak sepi lantas Delon menilik jam di pergelangan tangannya. Masih ada waktu sekitar 10 menit untuk mereka menunggu Nick ke luar dari gerbang sekolah. Kemudiaan Delon memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana dan mematikan mesin. Sejenak Delon menatap Elora penuh arti lalu bergegas menurunkan kaca di depannya demi memastikan jika perkataan Elora salah. Delon mulai menelisik detail wajahnya. Mengecek kerut di bagian dahi lalu menurun di bawah mata dan ternyata masih aman. Lalu beralih ke atas. Kali ini Delon mendesah kecewa karena Elora benar. Dirinya sudah tua, itu terbukti dengan hadirnya beberapa helai rambut putih yang eksis di antara ribuan surianya. Memang masih sedikit. Tapi itu sudah menjadi bukti mutlak jika masa mudanya telah berlalu cukup lama. Kembali Delon menatap Elora dengan menghela napas panjang dan membuangnya dengan kasar. Bagaimana dirinya mengaku masih muda, Nick putranya saja sudah beranjak remaja kini. "Kenapa Om?" ujar Elora merasa heran dengan ekspresi aneh Delon saat menatapnya. "Kita tunggu Nick sebentar!" ucap Delon sambil membuka kaca mobilnya seraya berujar dalam hati, "Delon Alvaro, duren ganteng dan mapan berusia 41 tahun. Kisah asmara ngenes." "it's ok," balas Elora dengan santai tanpa menyadari kerisauan hati Delon karena ucapannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN