Kenzo kemudian menuju ke ruangan Danny, bos di club itu.
“Danny, temukan Beby sekarang! Ada pelanggann yang menginginkannya,” titah Kenzo pada Danny, tangan kanan yang dia percayai mengelola club miliknya.
Danny sontak terkejut. “Beby… Beby barback itu?”
“Ya. siapa lagi?” Kenzo meyakinkan.
“Maaf, bos. Beby di sini bukan bekerja untuk melayani pelanggann, dia barback. Dan aku sangat tahu bagaimana dia.”
“Danny, aku memerintahmu. Lakukan sekarang! Aku tadi ke belakang dan tidak menemukan Beby,” kata Kenzo. Dia yang selama ini tampak patuh dan taat pada Roland, berbanding terbalik saat berhadapan dnegan anak buahnya. Justru kini dia tampak jauh lebih tegas dan menakutkan. “Masalahnya sekarang justru bosku yang menginginkannya.”
Danny semakin terkejut. Beby yang tampak masih muda justru membuat pria berkelas seperti Roland menginginkannya. Tapi wajar, Beby memiliki karisma dan kecantikan yang tidak dimiliki wanita lain. Tubuhnya langsing, berparas cantik menawan, wajahnya imut seperti boneka. Hidungnya mancung, bibir merah sensual dan identik dengan mata barby yang biru dan bulat.
“Beby sudah berhenti,” jawab Danny.
“Sejak kapan?”
“Sejak Tuan Roland menciumnya di club ini.”
Kenzo menyesalkan kejadian itu.
“Aku sangat tahu seperti apa Beby. Dia bahkan memilih berhenti bekerja dari pada harus bertemu kembali dengan Tuan Roland, pengusaha muda yang kejayaannya tidak diragukan lagi.” Danny jauh lebih menyesalkan kejadian itu.
Kenzo akhirnya mengerti. Dia menepuk pelan lengan Danny, lalu melenggang pergi. Meski dnegan raut wajah penuh penyesalan, Kenzo tetap harus menyampaikan tentang Beby pada tuannya.
“Tuan Muda, dengan sangat menyesal saya sampaikan kepada Anda bahwa gadis yang Anda inginkan sudah berhenti bekerja.” Kenzo menunduk.
“What?” Roland mengepalkan tangan. “Aku terlambat. Well, aku tidak mau tahu, kau cari dimana keberadaan Beby sekarang juga. Temukan dia. Jangan muncul di hadapanku jika belum menemukannya.” Roland balik badan meninggalkan club dengan penuh kekecewaan.
***
Cuaca sore dingin, Beby masih berkutat dengan mie panas yang menjadi santapannya. Seperti biasa saat cuaca dingin Beby duduk di atap gedung lantai empat yang sudah tidak terpakai tak jauh dari apartemennya. Di sana, Beby seakan bisa melupakan sejenak beban pikirannya.
Cuaca benar-benar sangat dingin. Beby menggunakan jaket untuk menghalau rasa dingin yang terasa menggelitiki kulit meski tidak banyak membantu, hawa dingin masih tetap menusuk kulit. Mood-nya sudah lenyap karenanya, ia membuang gelas mie ke tong sampah, memasukkan ponsel yang tergeletak di sisi tempat duduknya ke tas ransel yang tergeletak di dekat kakinya.
Beby keluar dari gedung terbengkalai itu, dari arah samping terdengar suara makian erangan dan pukulan. Rasa penasaran menuntunnya menyusuri jalan setapak yang diapit rumput ilalang yang meninggi dimana asal suara terdengar, bagian samping gedung yang dipenuhi rumput liar setinggi orang dewasa.
Beby menyibak rumput yang menghalangi pandangan, tampak seorang lelaki berpakaian lusuh duduk di tanah, empat pria berseragam hitam berkeliling menghakimi si pria berpakaian lusuh, dua diantara lelaki yang berdiri terlihat sangar dan tegas.
Beby segera memutar haluan langkah sebelum mereka menyadari keberadaannya. Hal seperti itu terlalu berbahaya, suara pukulan dan erangan kembali terdengar dari salah seorang membuat Beby mengurungkan niat untuk tidak peduli, rasa empatinya lebih mendominasi. Ia berbalik dengan tergesa.
"Hei... apa yang Kalian lakukan ? teriak Beby pada mereka, dengan harapan mereka tidak menyadari suaranya bergetar karena takut.
Sejurus pasang mata menatap Beby, wajah lebam dari pria berbaju lusuh meringis menggelengkan kepalanya kearah Beby sebagai isyarat agar tidak perlu ikut campur. Beby menelan, bergeming menelan rasa takut yang timbul. Dalam keyakinannya, dia sudah berada di posisi yang benar menolong orang yang dianiaya.
"Good! Justru ini yang aku mau!” ucap salah seorang yang sepertinya adalah kepala pimpinan.
"Kamu menyakiti orang lain. Ini penganiayaan!” Suara Beby melirih menatap wajah pria berbaju lusuh yang terduduk di tanah dengan luka lebam di beberapa tempat.
"Jangan!” titah pria bertubuh gagah yang mendominasi, menghentikan temannya atau mungkin anak buahnya yang berniat menghampiri Beby. Tampak sekali bila pria itu cukup berpengaruh dari ke tiga lelaki penganiaya lainnya, satu hal yang mencolok dari pria berbadan tegap itu adalah potongan wajahnya yang terlihat memiliki darah campuran Korea-Indonesia.
"Kenapa harus menganiaya dan keroyokan? Kalian seperti banci!” hardik Beby meski sejujurnya tulang kakinya lemas saat mengucapkannya, bahkan gemetar. Sial! Kenapa kalimat seperti itu yang keluar. Gumamnya dalam hati. Seharusnya ia tidak perlu ikut campur sejauh itu.
"Aku tidak menginginkan pria lusuh ini, justru kau yang sejak tadi menjadi sasaranku," ucap Pria gagah itu menyeringai. Ia berjalan meninggalkan pria lusuh yang tampak masih ketakutan dan mendekat ke arah Beby.
"Apa kau juga akan mengeroyok seorang wanita, hm? Psikopaat!" umpat Beby, Lagi -lagi ia harus menggigit lidah untuk tidak mengumpat lebih jauh lagi. Yakin pria yang berjalan semakin mendekat itu mendengar dengan jelas kata-kata tajamnya.
"Hai gadis, pergilah! Mereka bukan orang sembarangan. Mereka sejak tadi mencarimu dan aku tidak menjawab saat mereka menanyai keberadaanmu di atas gedung," seru pria lusuh itu tampak ketakutan. Detik berikutnya pria lusuh itu kembali mendapat pukulan.
Penjelasan pria lusuh masih belum dimengerti oleh Beby, namun ia akhirnya sadar kalau dirinya dalam bahaya. Ia pun lari ngibrit menjauh dari pria-pria yang kini berbalik mengejarnya.
Sungguh malang, gerak lari pria yang ditengarai sebagai kepala pimpinan itu jauh lebih kencang dibanding langkah kakinya yang bisa dibilang dua kali langkah seimbang dengan satu langkah pria itu. Ransel di punggung Beby berhasil ditarik dan Beby menjerit. Kaki dan tangannya meronta namun tak menghasilkan apa-apa. Tubuh dan kedua tangannya kini berada dalam lingkaran lengan kekar pria itu dan diangkat begitu saja.
Tidak banyak yang bisa Beby lakukan, dia hanya bisa menjejak-jejakkan kaki ke udara, dan tidak menghasilkan apa pun. Tubuhnya terangkat dan dimasukkan ke dalam mobil, bahkan matanya juga ditutup dengan kain yang diikat di belakang kepalanya.
Sesuatu yang menempel di mulut dan hidung Beby membuat Beby terpaksa menghirup kain itu. Tak lama kepalanya pusing dan tubuhnya terkulai lemas.
***
.
.
Bersambung
(Maaf, Bab berikutnya sudah dikunci. Tapi tenang, kalau kalian terkendala masalah keuangan untuk beli koin, aplikasi ini cukup bersahabat banget kok, kalian gak harus beli koin kok untuk lanjutin baca, cukup klaim koin setiap kali kalian masuk aplikasi Innovel/dream, kumpulkan koin, kalian juga bisa menyelesaikan misi untuk mengumpulkan koin. Koin yang terkumpul bisa digunakan untuk buka bab yang terkunci.
Bagi kalian yang berminat untuk beli koin, caranya gampang. Klik profil kalian yang bertulis "saya" di sudut kanan bawah, lalu klik 'TOKO' di kiri atas, maka kalian bisa langsung melakukan pembelian koin melalui metode p********n sesuai aplikasi yang kalian inginkan. Bisa beli melalui Ovo, gopay, linkaja, dana, dan lain sebagainya. Silakan mencoba.
Tidak lupa kuingatkan untuk tekan tanda love supaya cerita ini masuk ke perpustakaan kalian, sehingga kalian akan mendapat pemberitahuan saat cerita ini update bab terbaru.
Salam kenal, aku Emma Shu.
Kalian dari daerah mana aja?
Yuk, jawab di kolom komentar yah. Tengkyuh
Love you always)