14. Casting

1528 Kata
Case 14 Di depan gedung agensi J bernaung masih dapat terlihat beberapa reporter siaga melacak keberadaan J. Lantai basemen tempat parkir, manager J tengah bicara dengan seseorang lewat sambungan telepon. Ia bergegas berjalan menuju mobil yang terparkir di sana, dengan agenda akan menjemput J di tempat persembunyiannya. Sudah hampir sepekan J terisolasi dari dunia luar menghindari blitz kamera rekan wartawan. “Iya, pasti pak Produser! J sudah setuju untuk tampil di acara itu.” Manager J tampak sibuk membujuk dan meyakinkan orang di seberang sambungan telepon. “Tentu saja! Tentu! Saya akan bawa J ke sana. Anda bisa bertemu langsung dan meeting bersama J... Baik! Saya menuju ke sana sekarang. Terima kasih pak Produser!” Manager menunggu sambungan telepon itu terputus lebih dulu dari seberang, tidak luput gestur tubuh membungkuk sangat sopan saat mengakhiri pembicaraan meski tidak akan terlihat oleh lawan bicaranya. Telepon tadi adalah janji penting yang akhirnya bisa ia buat untuk kontrak kerja J di dunia hiburan. Pertama kali setelah lebih dari sepekan kontrak acara J di berbagai media layar televisi, siaran radio, live atau pun offair semuanya dibatalkan. Kontrak acara ini menjadi satu-satunya harapan J mengembalikan keadaan pada tempat semula. Demi karir yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun. Lantas mengapa wartawan masih tetap mengejar J dengan giat walau karirnya diambang kehancuran, karena pemberitaan hancurnya karir J lebih menarik bagi khalayak dari pada isu rancangan pemerintah tentang sekolah campuran Korut dan Korsel. Keadaan unit apartemen tempat persembunyian J saat ini di luar kata berantakan, lebih dari itu terlihat kumuh. Lampu tidak menyala, sirkulasi udara tidak berjalan hingga ruangan terasa pengap dengan berbagai macam bebauan. Televisi dibiarkan tetap menyala sepanjang malam. Sampah bekas makanan pesan antar dan botol minuman keras tersebar di lantai, di atas meja, di dapur dan wastafel. Tubuh J terbaring di sofa tidak sadarkan diri setelah mabuk berhari-hari. Hal pertama yang manager katakan saat melihat semua kekacauan itu adalah, “Sudah kukatakan jangan menonton televisi. Tidak ada gunanya kau mendengar pemberitaan buruk tentang dirimu sendiri!” Di layar televisi tampak tayangangan pemberitaan berulang skandal J dan rentetan kasus permasalahan lain yang masih terkait dengannya. Seperti file investigasi khusus perjalanan karir artis walau sebenarnya itu hanya acara gosip atau infotainment. Manager meraih remot televisi lalu menekan tombol off. Bergerak ke sisi dinding menyalakan pencahayaan dalam ruangan, lalu beralih ke sisi jendela menyibakkan tirai dan membuka ventilasi untuk mengganti udara. Tidak ada banyak waktu, J harus bergegas membersihkan diri, berpenampilan rapih, bersiap untuk menghadiri pertemuan pentingnya. “Ayo cepat bangun J! Kita harus meeting sekarang juga!” Perintahnya. Pengaruh dari efek minuman keras masih dapat J rasakan khususnya pada bagian kepala begitu tersadar membuka mata karena guncangan di tubuh dan panggilan manager itu. “Ayo cepat! Cepat! Bersihkan dirimu!” J mengerang merasa sakit kepala mendengar suara yang terdengar sangat keras di telinganya. “Ada apa? Pertemuan apa? Kita akan ke mana?” Tanya J masih setengah sadar. Selama sepekan ini ia tidak pernah keluar dari unit apartemen itu, dan sekarang tiba-tiba ia diminta untuk bersiap. “Meeting dengan produser. Kau sudah setuju untuk tampil di acara realityshow itu bukan! Aku susah payah akhirnya berhasil membujuk produser itu untuk janji bertemu.” Sambil bicara pada J, manager dengan sigap mempersiapkan segala keperluan J untuk melengkapi penampilannya setelah membersihkan diri nanti. “Kalian rupanya sungguh serius ingin mengirim aku ke sekolah itu!” “Apa yang kau katakan sekarang? Cepat! Ayo cepat bersihkan dirimu!” Manager menarik J bangun agar cepat bergerak ke kamar mandi. Mendorongnya sampai masuk ke dalam kamar mandi lalu menutup pintunya rapat. Tidak ada waktu bagi J untuk melayangkan protes apalagi berkeluh kesah dengan kondisi karirnya berada di titik terendah saat ini. Mereka telah sepakat pada perundingan sebelumnnya bersama pimpinan perusahaan agensi tempat J bernaung. Selagi J berada di dalam kamar mandi membersikan diri, panggilan masuk ke ponsel mananger dari satu nama bertuliskan pimpinan muncul di layar. “Halo Pak?” Jawabnya. Tanpa basa-basi bos berkata, “Pastikan J tidak bertemu dengan wartawan media, kita akan merilis pernyataan resmi begitu J sudah menandatangani kontrak. Aku ingin pemberitaan eksklusif untuk sorotan J bergabung dalam casting acara itu.” Intruksi bos tegas. “Baik, saya mengerti.” Singkat saja hanya satu kalimat panggilan telepon itu berakhir. Beruntungnya tempat janji pertemun mereka bersama produser bukan di stasiun televisi, bila di sana akan sangat sulit untuk menyembunyikan kedatangan J dari mata kerumunan orang. *** Pada sebuah hotel bintang atas di pusat kota, janji pertemuan J bersama produser dan penulis stasiun tv bertempat. Suasana ruang private mendukung pertemuan tertutup mereka, tak luput ditemani jamuan hidangan laut dan arak. J duduk berdampingan dengan manager, sementara penulis dan produser duduk berseberangan dengannya. Di hadapan J, di atas meja proposal program yang akan ia bintangi telah terjilid rapih menanti atensinya. Saat ini J bukan berada pada posisi yang dapat memilah-milih pekerjaan seperti pada masa di puncak kejayaanya. Tunggu, dibilang masa kejayaan pun hal itu tidak terlalu jauh waktunya. Ya hanya 2 minggu lalu karir J masih baik-baik saja dengan gemirlap sorot pujaan publik, dan kini inilah kenyataan yang dihadapinya sekarang. Terjadi hanya dalam 2 pekan terakhir dan semua hancur. Sebelumnya, pemimpin perusahaan dan managernya sudah berulang kali memperingatkan agar J tidak berulah atau protes pada kesepakatan kontrak perjanjian kerja kali ini. Untuk J menjaga ucapan, sikap, serta menerima persyaratan pihak stasiun TV apa pun kondisinya. Karena mengingat bagaimana J sangat rewel dengan kontrak kerjanya selama ini, mereka takut J menggagalkan kesempatan yang susah payah datang. “Hmm, jadi begini J... Rasanya kami harus sampaikan ini padamu lebih dulu.” Ucap penulis terlihat ragu untuk mengangkat pembicaraan. Manager dan J sendiri dibuat tegang oleh nada bicara itu, takut pekerjaan yang menjadi harapan satu-satunya mereka kandas. “Ya?” J sejujurnya takut sekali untuk mendengar tapi ia berusaha keras tetap menjaga ekpresi wajah dengan memasang poker face dunia showbiz miliknya. Begitu juga manager diam-diam menelan ludah dan mulai berkeringat dingin. “Kami khawatir kamu harus tampil seorang diri di seasion spesial ini. Tidak seperti sebelumnya di mana kami biasanya mengcasting banyak bintang atau idol, kali ini untuk mengcasting talent lain kami benar-benar mengalami kesulitan.” Sampai di sini kecemasan yang J dan manager takutkan tidak terjadi. “Banyak artis, actor atau idol menolak tawaran tampil di seasion spesial ini. Ya mungkin alasannya karena seperti yang kau tahu, kita akan syuting di Union of Korea, sekolah khusus yang tengah menuai pro-kontrak publik.” Penulis melepas kacamatanya, menunjukkan ia juga mengalami kesulitan pada bagian pekerjaan satu itu. “Ini memang belum menjadi keputusan pasti dan kami masih tetap mencari cara membuat format produksi acara ini menarik bagi penonton. Tapi untuk itu kami juga ingin mendengar pendapatmu, bagaimana menurutmu J?” “Eh? Saya...” J melihat wajah manager dengan ujung matanya. Perkataan penulis sepenuhnya dapat ia pahami tapi dalam hal ini J tidak bisa menentukan sikap. “Eum, saya...” “Begini Penulis dan Produser, kami akan sepenuhnya mendukung keputusan kalian dan kami percaya pada keahlian serta sentuhan Produser dalam membuat acara-acara sukses seperti hasil karya anda sekalian selama ini. J sangat menantikan produksi acara ini segera berjalan, dia pasti akan berusaha maksimal dalam project ini. Mohon bantuan dan bimbingannya.” Akhirnya manager yang bersuara mewakili J. “Tentu, pasti. Kami senang mendengarnya, bila J berpikir begitu tentang kami. Saya juga akan berusaha menemukan casting lainnya untuk menemani J, meski pendatang baru sekali pun. Begitu juga tidak mengapa ‘kan J?” Tanya produser. “Ah, haha... Ya tentu saja. Saya juga saat ini sama seperti pemula kok.” Tawanya canggung merendah diri. Tapi candaan itu agaknya terdengar menyedihkan mengingat bagaimana terperosoknya karir J sekarang ini. Penulis dan produser menatap J dengan prihatin. Mengapa kedua orang yang menyandang gelar tangan emas di dunia hiburan itu bersedia menggunakan J sebagai casting acara mereka adalah semua karena alasan sejarah hubungan di antara mereka dan J. Saat masih pemula dan menjadi bagian dari grup idol, J sudah memilih jalur karir juga ke dunia varietyshow di mana kebanyakan program yang menampilkannya adalah besutan karya kedua orang tersebut dan menjadi program sukses terbaik. J menjadi salah satu alasan program laku di pasaran karena karir keartisannya sebagai idol. Lalu beberapa tahun lalu J memutuskan keluar dari grup dan bersolo karir. Sebelum semua ini terjadi, status J sebagai artis multilaten telah meraih sukses besar baik di dunia tarik suara, akting dan varietyshow. Produser menuangkan arak untuk gelas J. “J yakinlah bahwa keadaan bisa berubah, semua pasti akan lebih baik setelah ini. Kau adalah bintang yang memiliki ciri khas, kemampuan, karisma. Semakin tinggi pohon semakin kencang angin berhembus, keadaan sulit pasti berlalu.” Entah mengapa acara pertemuan bisnis itu berubah menjadi acara hiburan untuk karir J, mirip dengan pertemuan penggemar setia. Mungkin juga pengaruh dari arak yang terus mereka tenggak tanpa sadar. “Tapi produser, sungguh program ini sudah mendapat persetujuan pihak terkait? Apa syuting benar-benar akan dilakukan di Union of Korea, maksud saya apakah hal itu memungkinkan?” Tanya manager penuh rasa penasaran. “Ah... Tentang hal itu.” Produser dan penulis saling bertukar pandang. Pembicaraan dalam pertemuan itu rupanya baru setengah berjalan. Produksi kali ini jelas sangat berbeda dengan tantangan lain dari pada seasion sebelum-sebelumnya. Dan itu yang membuat menarik plus spesial baik bagi kru atau pun penonton nanti. ***unsolved
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN