Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Lama sekali ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging beradu. Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH”
Mbak Dewi ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadaku, aku memeluknya erat. vaginanya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa.
“Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya.
Aku tak menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur, posisi normal ini membuatku makin keenakan. Aku menindih mbak Dewi, kupeluk ia, dan aku terus menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di ujung. Aku mau meledak. AAHHHH….
“Oh wan…wan…mbak keluar lagi”, mbak Dewi mencengkram punggungku. Dan aku menembakkan spermaku ke rahimnya, banyak sekali, s****a perjaka. vaginanya mbak Dewi mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan dan tertidur di atas sofa, Aku memeluk mbak Dewi.
Siang hari aku terbangun oleh suara HP. Mbak Dewi masih di pelukanku. Mbak Dewi dan aku terbangun. Kami saling tersipu,Waktu jamnya menjemput anak-anak mbak Dewi sepertinya.
Mbak Dewi menyentuh zakarku.
“Ini luar biasa, mbak Dewi sampe keluar berkali-kali, Wan, sudah lama sekali mbak tidak merasakan nikmat seperti ini,nanti kita bisa seperti ini lagi kan mbak..kata ku
iya wan.mbak sangat menginginkan ini,tapi sekarang mbak jemput anak mbak dulu yaa wan,ucap nya