Fiona POV
Apa?!
Dia baru saja menyatakan cintanya kepadaku. Tapi, apakah itu tulus? Setahuku dia masih mencintai gadis model yang bernama Irma itu.
"Bukankah kau masih ada hati kepada Irma?"
Tubuh Aldy menegang, tapi secepat itu dia bisa menenangkan tubuhnya. Aldy tersenyum, "Aku sudah melupakannya," jawabnya enteng.
Aku masih tidak percaya dengan kata-katanya. Harusnya aku menerimanya, bukan? Tapi... aku gak mau kalau Aldy LDR'an dan melampiaskan aku sebagai cintanya. Aldy menyadari kalau aku sedang bingung dia pun megelus-elus jemariku.
"Sebenarnya aku sama Irma memang sudah putus, tadinya aku mau ngelamar dia. Tapi Mamiku tidak menyetujui keputusanku untuk menikahinya karena Irma pernah bilang ke Mami bahwa dia tidak mau hamil dan dia tetap ingin menjadi model. Karena itu Mami menjadi tidak suka dengannya." ucapnya panjang lebar. Aku menatap matanya yang setajam elang. Haruskah... haruskah aku menerimannya? Tapi, aku takut kalau Aldy belum bisa melupakan Irma. Padahal, dalam status jejaring sosialnya dia masih bertunangan dengan Irma.
"Apakah kau pernah bertunangan dengannya?" tanyaku pelan. Aldy tetap mengelus jemariku.
"Pernah." jawabnya singkat.
"Terus, mengapa kau memintaku menjadi pacarmu?"
"Karena aku tau kalau kamu menyukaiku, benar, kan?" tanyanya sambil mengerling nakal. Ku hembuskan napasku. Iya, aku menyukaimu. Tapi aku tidak yakin bahwa kau mempunyai rasa yang sama denganku, Batinku berkata.
"Yeah, tapi... kau tidak menyukaiku kan?" tanyaku sambil menunduk malu.
Aldy mengedikkan bahu, "Aku menyukaimu, tapi aku tidak mencintaimu." katanya.
Aku menatap matanya. Ternyata dia telah PHP'in aku! Dia bilang dia menyukaiku tapi dia tidak mencintaiku. Brengsek... aku benci dengannya.
Ku tepiskan jemarinya dari jemariku, mataku terasa panas, air mataku pun tak tahan ku bendung lagi. Dengan tiba-tiba air mataku tak dapat kutahan lagi, air mataku pun telah jatuh... dengan cepat ku usap air mataku dengan telapak tanganku. Aku tidak mau terlihat lemah didepan dia. TIDAK AKAN!!
"Sepertinya aku harus pergi, permisi" kataku sambil menahan isak tangis.
Aku beranjak dari kursi restaurant dan mengambil tas Pradaku yang berada di atas kursi yang aku dudukin. Aldy juga ikut beranjak dari bangkunya dan tangan Aldy mencengkram lenganku dengan lembut.
"Duduklah!" perintahnya.
Aku memejamkan mata sebentar, lalu aku menghembuskan napas panjang. "Maaf, aku tidak mood lagi bertemu denganmu!" kataku seraya menepiskan tanganku dari cengkramannya. Saat dia tidak mencengkram lenganku, aku telah bersiap berlari.
Saat aku telah bersiap untuk berlari, Aldy memeluk pinggangku dari belakang, "Cinta itu bisa datang kapan saja" bisiknya di telingaku, membuatku merinding.
"Ma... maksudnya?" tanyaku heran.
Aldy mengajakku duduk kembali di kursi. Tapi anehnya sekarang aku duduk di sampingnya bukan duduk berhadapan.
"Oke, begini Fio. Aku akan belajar mencintaimu. Maukah kau membantuku belajar mencintaimu?" tanyanya.
Mau!!!!!!
"Kau mau aku mengajarmu untuk mencintaiku?" tanyaku.
Aldy mengangguk, "Ya, kau harus mengajariku mencintaimu."
"Baiklah."
Aldy menggaruk tengkuknya, "Jadi, mulai sekarang kita pacaran kan?"
Pacaran? Sebaiknya aku menerima tawaran itu setidaknya aku harus membuatnya mencintaiku dan dia harus melupakan Irma.
"Ya, bisa dibilang begitu." Jawabku.
Aldy tersenyum, "Oke sekarang kita pacaran."
♬♬♬
"Dy, kamu mau bawa aku kemana sih?" gerutuku.
Sekarang aku berada di dalam mobil Mazda CX 5nya. Setelah keluar dari restaurant, Aldy mengajakku ralat maksudku menarikku masuk ke dalam mobilnya.
Dia bilang dia mau mengajakku ke suatu tempat. Tapi aku tidak tahu dia akan membawaku kemana.
Bahkan dia saja tidak bilang kepadaku tempatnya dimana. Apa jangan-jangan dia mau menculikku?
Gak.... gak mungkin! Sekarang kan aku telah menjadi pacar sah dia. Mungkin saja seorang pacar menculik pasangannya karena suatu alasan tertentu.
"Jangan berpikiran aneh-aneh! Aku tahu bahwa kau telah berpikir kalau aku akan menculikmu, bukan?" tebaknya. Sejak kapan Aldy bisa membaca pikiranku? Wah, dia seperti peramal.
"Tidak!" desisku. "Aku sedang berpikir."
"Berpikir tentang apa? My love."
Hah... Sejak dia menyatakan cintanya kepadaku, dia sering menggombal dan memanggilku dengan embel my love.
Kenapa? Entahlah aku tidak tahu.
"Berpikir tentang, kenapa Pak Radit sangat tampan." jawabku sekenannya. Benarkan? Pak Radit itu tampan. Tapi bagiku tetap Aldy yang paling tampan.
"Apa? Hei... masih tampanan aku dibandingkan boss sengak itu." gerutunya.
Aku terkikik.
"Kalau Pak Radit tahu kau bilang dia sengak. Pasti beliau memecatmu!"
Aldy menatapku setelah itu Aldy fokus dengan mengemudi.
"Dia tidak akan bisa memecatku."
Hah?! Kenapa tidak bisa?
"Kenapa tidak bisa?" tanyaku.
Aldy tetap fokus dengan kemudi, dan mengerdikkan bahu. "Bukan apa-apa."
Hening...
Diantara kami tidak ada yang membuka suara. Kami fokus dengan pikiran masing-masing. Tapi saat aku melihat mobil Aldy memasuki pos tempat balet yakni tempat les aku. Aldy memakirkan mobilnya di tempat parkiran mobil.
"Ayo.." ajak Aldy dan dia telah membuka pintu kemudi. Dia mengitari mobil dan membuka pintu penumpang.
"Kenapa diam? Gedung ini punya Mami aku. Dan aku tahu juga kalau
my love les balet disini."
Berarti saat dia memanggilku Putri Ballerina karena dia tahu kalau aku les nari disini?
"Ayo... aku mau kau menari didepanku!" perintahnya.
"Ah, tidak. Aku tidak mau." aku tetap keukeh.
"Ayolah... kalau kau tidak mau akan ku cium kau sekarang juga." perintahnya lagi.
"Tap...."
Aldy menyela ucapanku. "Tidak ada tapi-tapian. Kalau kau menolak aku akan menciummu!"
Argghhh..... Aldy gila... mana mau aku dicium. Eh, mau sih tapi kan malu hehehe.
"Ba..... baiklah." aku pun keluar dari mobil bersama Aldy dan kami beriringan masuk ke dalam Princess Ballet School.