41

1660 Kata
Papa Bian terlihat sedang frustasi memikirkan Sofia, dia kurang fokus saat bekerja karena di kepalanya hanya ada anak itu. Mengetahuinya mulai berpacaran dengan seorang laki-laki jelas membuat papa Bian cemas, di tamhah Sofia adalah putri perempuan satu-satunya dimana dia harus menjaga dan melindungi Sofia dari setiap laki-laki yang di anggapnya tidak lulus seleksi. Pintu terkuak dan memunculkan sosok Silvia sekretaris papa Bian, wanita itu baru saja membawa beberapa dokumen yang harus di periksa oleh beliau. " Pak? Ini dokumennya, kenapa melamaun saja.? " Tegur Silvia baru saja membuat papa Bian merespon dengan menyuruhnya meletakkan dokumen tersebut di atas meja. " Ada apa pak? Kok wajahnya terlihat bingung begitu.? " " Menurut kamu apa wajar anak SMA kelas satu sudah pacaran.?" " Bahkan anak SD jaman sekarang udah banyak pak, jangan kan anak SMA. " " Tapi itu tetap tidak di benarkan Silvia, mereka masih anak-anak yang harus belajar dan memperbaiki masa depan mereka. " " Saya paham maksud pak Bian. Ini pasti tentang Sofia, kalau menurut saya sih wajar aja pak itu artinya Sofia sudah memasuki masa pubernya, wajar kok suka sama lawan jenis apalagi menjalin hubungan. " " Kamu mana ngerti sih, sebagai orang tua saya nggak setuju kalau dia pacaran sama laki-laki yang baru dia kenal beberapa hari. " " Saya memang belum punya anak ya pak, tapi saya pernah mengalami hal ini. Dan anak-anak kalau semakin di larang mereka akan semakin menjadi-jadi, maka dari itu baiknya di berikan kebebasan asalkan masih tetap menjaga batasan pak. " Apapun yang di katakan oleh Silvia tak berhasil membuat papa Bian tenang, dia masih merasa frustasi di tambah lagi Sofia masih belum bicara kepadanya. " Sudah ya pak, ini dokumennya silahkan di periksa. " Sahut Silvia yang akhirnya keluar dari ruangan tersebut. ** " Papa. " Seru seseorang yang membuat Bian menoleh dengan cepat. Dia melihat seorang gadis cantik berlari menghampirinya dengan senyuman, sejenak Bian terdiam tanpa kata hingga gadis itu berdiri di depannya. " Aku mau makan malam di luar sama papa hari ini. " Kata Sofia seketika di balas ekspresi kebingungan dari Bian. Dia tidak yakin dengan apa yang di saksikannya sore ini, kenapa Sofia tiba-tiba bersikap seperti itu seolah-olah tidak ada yang telah terjadi kemarin. " Kok papa diam aja? Ayo kita pergi. " Ajak Sofia sambil merangkul tangan papanya. Kini mereka sudah masuk ke dalam mobil dan Sofia menjelaskan bahwa dia di antar oleh mang Ujang beberapa jam yang lalu, hari ini dia sangat ingin makan shabu-shabu dengan papanya itu sebabnya Sofia datang. Bian memutuskan untuk tidak mengungkit masalah kemarin agar dia dan Sofia bisa tetap seperti itu, bahkan dia mengira jika Sofia mungkin sudah sadar dan juga melupakan kejadian kemarin. Setibanya di restoran china mereka memesan makanan yang di inginkan oleh Sofia, sudah cukup lama juga mereka tidak makan bersama di luar seperti ini dan Sofia tampak begitu senang. " Mau pesan apa lagi? Bilang aja. " Kata papa Bian lirih. " Udah cukup, aku nggak mau makan banyak. " Balas Sofia. Setelah mereka selesai makan, keduanya segera meninggalkan restoran tersebut. Dan ketika Sofia hendak masuk ke dalam mobil tiba-tiba saja ada yang menarik tasnya dan membuatnya jatuh, Papa Bian dengan sigap menghampirinya memastikan apakah Sofia baik- baik saja tanpa memperdulikan tas yang telah di bawa lari oleh jambret. Terlihat seorang laki-laki yang berlari mengejar pria yang menjambret tas Sofia, papa Bian dan Sofia sempat melihatnya berlari seperti di kejar setan. " Kamu nggak apa-apa kan.? " Tanya papa Bian khawatir. " Nggak apa-apa, tapi tas aku. " Ucap Sofia melirik ke arah pria itu membawa lari tasnya. " Lupakan tas itu, yang terpenting saat ini kamu nggak apa-apa. " Kata papa Bian berusaha membantu Sofia bangkit. Suasana saat itu memang sangat sepi dan tidak ada yang dapat menolong saat tasnya di rebut, tak lama setelah itu ada seseorang yang datang sambil mengembalikan tas Sofia. " Silahkan di cek, saya jamin nggak ada yang hilang." Katanya dengan nafas yang tersengal-sengal. Papa Bian terkejut dengan laki-laki yang menolong mereka adalah Galih, keduanya saling menatap satu sama lain dengan kaget yang kemudian Galih langsung memberikan tas itu kepada Sofia. " Kamu bisa lihat nggak ada yang hilang sama sekali." Kata Galih dan di terima oleh Sofia tanpa ia perdulikan apakah isinya ada yang hilang atau tidak. " Terima kasih. " Ucap Sofia pelan. " Kamu masuk ke mobil sekarang. " titah Papa Bian dan segera di turuti oleh gadis itu. Papa Bian kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang yang di berikan kepada Galih sebagai upah karena telah menolong Sofia. " Saya nggak mau terima om, saya ikhlas menolong. " Ucap Galih. " Saya permisi dulu om. " Lanjutnya segera meninggalkan tempat itu. Papa Bian masih terdiam menyaksikan kepergian Galih tanpa mengucapkan sepatah katapun sejak tadi, dia bingung apa yang harus dia katakan untuk saat ini. ** Sofia melempar tasnya ke segala arah dan mulai menempelkan ponselnya di telinga, panggilan baru saja tersambung pada seseorang yang membuat gadis itu tampak kegirangan. "Berhasil, rencana kita akhirnya bisa buat papa lihat kamu sebagai orang baik. " Seru Sofia. " Jadi gimana respon papa kamu tadi? " " Dia diam aja, tapi aku tau kalo ekspresi papa begitu artinya dia lagi mikir keras. Aku yakin sebentar lagi dia pasti akan meyetujui hubungan kita kak. " " Yakin cuma sampai di situ? Kamu nggak mau buat rencana lain.? " " Hmm, apa ya? Bagusnya sih begitu, tapi aku masih bingung rencana apa lagi yang bisa buat papa nerima kamu. " " Nanti kita pikir lagi, udah dulu ya aku ada kerjaan. " " Oke kak. " Panggilan berakhir dan Sofia kini dapat merenggangkan tubuhnya yang terasa begitu lelah, perlahan namun pasti dia merasa mengantuk dan akhirnya menutup kedua matanya. ** Pagi keesokan harinya, di meja makan Sofia dan Papa Bian sedang menikmati sarapan pagi. Dapat di katakan ini adalah sarapan pagi pertama mereka setelah Sofia mencoba untuk bersikap manis lagi pada papa Bian. " Anak itu, orang tuanya kerja apa.? " Tanya papa Bian tiba-tiba. " Siapa.? " Sofia melongo menatap papanya. " Yang kemarin nolongin kamu. " " Kak Galih.? " " Hmm, iya itu. " " Aku nggak tau, kenapa papa tiba-tiba tanya soal itu.? " " Nggak apa-apa, cuma pengen tau aja. " Sofia mencurigai sesuatu dari pertanyaan papa Bian, dia merasa kalau papanya sudah mulai terbuka dan penasaran dengan Galih. Jika seperti itu dia harus kembali mencari cara untuk membuat papa Bian semakin tertarik dengan Galih. " Hari ini biar papa yang antar kamu sekolah. " " Oke pa. " Setelah selesai sarapan akhirnya mereka berdua bergegas menuju mobil, papa Bian melajukan mobilnya dengan mulus meninggalkan pelataran rumah. Di sepanjang jalan Sofia tiba-tiba mendapatkan ide yang membuatnya segera menghubungi Galih untuk melancarkan ide tersebut. Setibanya di sekolah sebelum Sofia turun dia melihat sosok Galih dari arah yang papa Bian tidak lihat, kemudian dari dalam mobil papa Bian melihat Galih yang membantu seorang pedagang jalanan dalam mendorong gerobak, tak sampai di situ saja dia terlihat menyapa para guru serta pekerja sekolah yang dapat di lihat oleh papa Bian dengan sangat jelas. " Dia Galih kan. " Tunjuk papa Bian. " Iya pa. " Jawab Sofia. Sofia tidak melihat papa Bian akan berbicara lagi, dia merasa triknya berhasil dan segera pamit masuk ke sekolah pada papanya itu. ** Jam istirahat Sofia tidak bisa menemui Galih untuk sementara waktu karena dia harus mengerjakan catatan mata pelajaran yang waktu itu tidak sempat ia kerjakan. Seseorang terlihat meletakkan sekotak s**u strawberry dan juga muffin di ataa meja, tanpa melihat siapa yang memberikannya sudah membuat Sofia tahu hanya dengan melirik kue muffin tersebut. " Kamu tumben nggak ke kantin, jadi aku beliin kamu ini. " Kata Diandra lirih. Tak ada jawaban dari Sofia, dia tetap fokus pada tulisannya hingga saat ini. Nadia yang kemudian datang memanggil Diandra akhirnya berhasil menyingkirkan cowok itu dari hadapan Sofia, tentu saja Sofia masih marah pada Diandra meskipun saat ini dia tengah berusaha untuk mendapat restu papa Bian. " Kamu marahan sama Sofia.? " Tanya Nadia ketika dia dan Diandra sudah kembali ke tempat mereka. Diandra mengangguk pelan dan berakata " Gimana caranya ya biar dia bisa maafin aku. " " Masalahnya apa dulu.? " Tanya Nadia lagi. Diandra akhirnya memberitahu Nadia tentang alasan Sofia enggan bicara dengannya, Nadia menangkap dari cerita Diandra yang sedikit rumit jika sudah menyangkut restu orang tua. " Kamu coba aja minta maaf lagi, Sofia anak baik aku yakin dia pasti akan luluh cepat atau lambat. " Kata Nadia sambil menepuk pelan pundak Diandra. ** Bel tanda pulang sekolah sudah berdering, Sofia melihat ponselnya dimana ada pesan dari papa Bian yang akan datang untuk menjemputnya. Sofia menghela nafas panjang, padahal dia ingin pergi bersama Galih jika yang menjemputnya adalah mang Ujang. Setelah itu Sofia segera keluar menunggu papa Bian, cukup lama hingga papa Bian menelpon dan mengatakan bahwa dia tidak bisa menjemput karena ada meeting dadakan. Baru saja Sofia ingin loncat kegirangan, tapi sosok mang Ujang sudah ada di depannya dan panggilan papa Bian masih terhubung saat itu. " Kamu pulang sekarang sama mang Ujang. " " Baik pa. " Sofia mengakhiri panggilan tersebut dan berjalan mendekati mang Ujang, tiba-tiba saja Diandra muncul dan berkata ingin mengantar Sofia pulang bersamanya. " Sekali aja pak, Diandra mau ajak Sofia ke toko buku dulu bentar. " Kata Diandra penuh harap. " Ya udah, tapi ingat jangan pulang kelamaan. " Ucap mang Ujang. Diandra menoleh ke arah Sofia sambil menganggukan kepala tanda isyarat untuk segera pergi, Sofia hanya dapat pasrah dan mengukuti Diandra sampai ke motornya. " Kenapa kamu mau ajak aku pulang bareng.? " Tanya Sofia ketus. " Kamu mau ketemu sama dia kan. " Ucap Diandra sukses membuat ekspresi Sofia berubah. " Kamu mau bantu aku ketemu sama dia.??? " " Asal kamu maafin aku. " " Ya udah deh aku maafin, walaupun sebenarnya ini juga karena kesalahan kamu aku sama kak Galih harus seperti ini. " Diandra kemudian menyuruh Sofia naik, dan di perjalanan Sofia menghubungi Galih untuk mengajaknya bertemu di lokasi yang telah ia kirim.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN