Keesokan harinya di sekolah, Sofia jarang menemukan Galih dimana-mana. Bahkan ketika jam istirahat pun dia tidak bisa menemukan cowok itu ada di kantin sekolah, sampai dia berpikir dimana Galih menghabiskan waktunaya ketika jam istirhat berbunyi.
Sofia dan Nadia baru saja selesai dari kantin dan hendak menuju kelas, mereka hanya berdua sebab Diandra lebih memilih untuk belajar dan terus belajar. Dia juga sudah membawa bekal jadi tidak perlu repot-repot untuk ikut ke kantin.
Langkah Sofia berhenti setelah melihat sosok Galih di depan kelasnya, terlihat cowok itu sedang membuang sampah di depan kelas. Sejenak Sofia memandangnya dengan penasaran, Nadia yang penasaran ikut melihat apa yang sedang di lihat oleh gadis itu.
“ Kamu kenal cowok yang disana itu nggak.?” Tanya Sofia menunjuk ke arah Galih.
“ Nggak kenal, emangnya kenapa.?” Rupanya Galih benar-benar bukan cowok yang terkenal di sekolah, tapi Sofia senang mengetahui hal itu.
“ Aku nggak kenal sama dia, tapi aku tahu kalau dia adalah senior kita.” Lanjut Nadia kemudian.
“ Dia emangnya suka sendirian gitu ya.?” Tanya Sofia lagi.
“ Duh, aku nggak tahu soal itu. Kalau kamu penasaran aku bisa bantu kamu dekat sama dia.”
“ Kamu mau bantu aku dekat sama dia.?”
“ Hmm, kalau tidak salah dia itu masuk ke dalam eskul basket, tapi nggak tau kenapa dia jarang ikut main. Dia Cuma duduk di bangku cadangan sambil lihatin pemain lain.”
“ Katanya nggak kenal, tapi kok tahu dia anak basket.?”
“ Aku sama dia emang nggak saling kenal, tapi aku kenal sama wajahnya dan kebetulan teman kelas kita juga anak basket dan aku sering dengar cerita tentang cowok itu dari dia.”
“ Teman kita yang mana.?”
“ Yang duduk di sebelah Diandra, si Kiano.”
**
Saat ini semua murid di kelas 1-2 sedang sibuk mencatat rangkuman mata pelajaran hari ini, namun fokus Sofia terus tertuju ke bangku belakang bagian kanan dimana sorot matanya tengah memperhatikan teman sebangku Diandra yaitu Kiano.
Sejak Nada memberitahunya bahwa Kiano anak basket dan satu club sama Galih, ia penasaran dan ingin cepat-cepat menayakan tentang Galih kepada Kiano. Sementara itu Kiano yang merasa tengah di perhatikan akhirnya sadar kalau saat ini Sofia sedang memperhatikannya.
Kiano merasa dirinya sangat keren bahkan seorang Sofia bisa memperhatikannya di tengah kesibukan mereka mencatat materi, Kiano selalu berpose sok keren dan seolah-olah tidak menyadari bahwa dirinya sedang di perhatikan oleh Sofia.
“ Kamu kenapa No.?” Tanya Diandra yang sadar akan tingkah aneh teman sebangkunya itu.
“ Lihat di depan lo, Sofia dari tadi merhatiin gue.” Bisik Kiano cengegesan.
Diandra kemudian menoleh ke arah Sofia, dan benar saja tatapan Sofia masih ke arah mereka. Diandra kemudian memberi kode kepadanya, lalu Sofia membalas dengan gelengan pelan yang kemudian membuatnya kembali menoleh.
Bel tanda pulang pun berbunyi dan semua murid segera merapihkan buku-buku mereka, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk Sofia menanyakannya pada Kiano. Dia langsung menghampiri meja cowok itu dan mengajaknya untuk bicara berdua, Kiano yang kegeeran segera mengikuti langkah Sofia sementara Diandra di buat penasaran mengapa tiba-tiba Sofia mengajak Kiano untuk berbicara.
Saat ini Sofia dan Kiano berada di bawah anak tangga dimana itu adalah salah satu tempat yang cukup sepi, kemudian Sofia melirik Kiano sekali lagi dan membuat cowok itu salah tingkah dengan sendirinya.
“ Ada apa Sof, kok lo ngajak gue bicara di sini sih.?” Tanya Kiano malu-malu.
“ Kamu kenal kak Galih nggak.?” Lontar Sofia tanpa babibu.
“ Kak Galih? Anak kelas dua yang join eskul basket itu.?”
“ Iya benar itu.”
“ Kenal, dia kan satu club bareng gue. Emang kenapa?”
“ Kamu dekat sama dia.?” Tanya Sofia penasaran.
“ Hmm, dekat sih nggak. Tapi kita pernah ngobrol sekali dua kali, lo ada apa nanyain Galih.?”
“ Aku penasaran aja sama dia, kamu tau juga nggak kenapa dia selalu jadi pemain cadangan setiap kalian latihan basket.?”
“ Kalau soal itu setahu gue Galih nggak begitu jago main basket, dia ikut club mungkin karena nggaka da pilihan lain selain eskul basket.”
“ Kamu tahu dia tinggal dimana? Keseharian dia? Dan siapa aja yang dekat sama dia di club basket.?”
“ Gue nggak begitu peduli sama dia Sof, emang kenapa sih sama dia? Galih punya masalah sama lo ya.?”
Sofia menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia tidak ingin memberitahu siapapun kenapa dia sampai seperti ini terhadap Galih. Karena merasa sudah cukup puas dengan jawaban dari Kiano, Sofia pun beranjak dari sana dan mengucapkan terima kasihnya kepada cowok itu.
**
Sore itu Sofia terbangun dari tidurnya, hal pertama yang ia cek adalah ponselnya. Masih belum ada pesan apapun dari Galih, dia hampir kehilangan kesabaran untuk memulai obrolan duluan.
Merasa lapar akhirnya Sofia menyimpan ponselnya itu dan segera keluar dari kamarnya, sekarang sudah jam 4 sore dan papa Bian belum pulang. Keadaan rumah tentu seperti biasa, yang terdengar hanya keheningan yang membosankan.
Setibanya di dapur dia mengambil beberapa cemilan dan minuman, kemudian ingin kembali ke kamarnya. Namun saat itu dia mendapati Diandra di halaman belakang sedang membaca buku.
Sofia mendekatinya kemudian melirik buku yang di pegang oleh Diandra, Moonlight wals itu judulnya. Sungguh dia tidak menyangka cowok seperti Diandra yang hobinya belajar ternyata bisa membaca sebuah n****+ juga.
“ Tumben baca novel.” Tegur Sofia yang akhirnya ikut menjatuhkan tubuhnya di sebelah Diandra.
“ Oh iya ini dari Nadia, kata dia aku di suruh baca n****+ sesekali jangan pelajaran terus.” Balas Diandra memberikan pembatas buku sebelum menutupnya.
“ Kamu kayaknya dekat banget ya sama Nadia.”
“ Kita pernah satu sekolah di kampung, ya pasti dekat. Aku bersyukur karena Nadia tidak berubah sama sekali selama dia tinggal di kota.”
“ Kamu suka sama Nadia.?”
Diandra langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia terkejut dengan pertanyaan Sofia barusan. Sebaliknya Sofia tiba-tiba penasaran tentang perasaan seorang laki-laki, dan dia ingin menyamakannya dengan Galih.
“ Kalau cowok suka sama cewek itu ciri-cirinya gimana sih.?” Tanya Sofia tiba-tiba.
“ Aku belum pernah suka sama seseorang jadi nggak tau gimana ciri-cirinya.” Balas Diandra polos.
“ Kamu serius nggak pernah suka sama siapa-siapa.?”
“ Untuk saat ini belum, aku memang tidak ada tujuan dalam hal seperti itu.”
“ Lalu gimana tanggapan kamu kalau ada cewek yang deketin kamu?”
“ Kalau dia mencoba mendekatiku melalui ponsel mungkin aku lebih sering mengabaikannya, tapi jika secara langsung aku mungkin akan memperhatikan kondisinya apa yang harus ku lakukan yang bisa membuatnya merasa lebih baik.”
“ Kamu terima kalau dia bilang suka sama kamu.?”
“ Bukan begitu, seseorang yang menyukai kita pasti merasa tersiksa dengan perasaan yang dia pendam. Dan jika dia sudah berani mengutarakannya itu artinya dia sangat tulus, aku tidak akan menolak secara langsung dan juga menerimanya. Itu lebih baik dari pada memutuskan semuanya secara mendadak.” Jelas Diandra.
“ Kayaknya n****+ ini udah buat kamu berpikiran lebih dewasa deh.” Komentar Sofia.
“ Kenapa kamu tiba-tiba tanya soal ini? Kamu lagi suka sama seseorang ya.?” Tebak Diandra.
“ Nggak, siapa bilang.” Sofia meraih cemilan dan minumannya kemudian berlalu meninggalkan Diandra yang masih di buat penasaran dengan Sofia.
**
Malam itu Sofia baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya, dia baru saja hendak menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur ketika ponselnya berbunyi yang membuat gadis itu dengan cepat meraihnya.
Kedua bola mata Sofia membulat dengan sempurna setelah melihat nama yang selama ini dia harapkan muncul di atas notifikasi bar akhirnya bisa di saksikan dengan sangat jelas, dia membuka isi pesan itu dengan cepat dan mulai membacanya.
Galih baru saja mengirimkan pesan yang berbunyi Hi, selamat malam untuknya. Ada perasaan aneh di perut Sofia yang membuatnya tak berhenti tersenyum, kemudian dia sadar dan bingung harus membalasnya apa.
“ Selamat malam juga kak.” Balas Sofia kemudian.
Tak lama setelah itu balasan pun masuk, tak cukup beberapa detik hingga pesannya mendapat balasan. Dari kata selama malam itu akhirnya mereka berdua lanjut membahas hal-hal yang bahkan sangat random, Sofia keasyikan membalas pesan dari Galih sampai dia lupa waktu untuk tidur.
“ Selama tidur ya Sofia.”
“ Selamat tidur juga kak.”
Obrolan mereka berakhir setelah Galih yang memulainya, namun rasa kantuk Sofia sudah tidak ada lagi. Dia benar-benar senang hari ini tiba dan dia bisa mengobrol banyak bersama Galih.
Sofia mengira kalau Galih adalah cowok yang kaku karena dia sangat cuek saat di sekolah, tapi ternyata dia sangat baik dan manis di saat bersamaan. Sofia tidak sabar untuk besok bertemu dengannya, melihat jam sudah menunjukkam pukul 12 malam akhirnya membuat gadis itu memaksa matanya untuk tertutup.
**
Di sekolah, Sofia bergegas meninggalkan kelas menuju lapangan basket. Dia tahu kalau hari ini Galih ada disana, dia ingin melihat cowok itu walaupun dia hanya duduk di bangku cadangan, kini Sofia sudah berada di lapangan dan menyatu dengan murid-murid yang menonton.
Galih menyadari kehadiran Sofia dan langsung beranjak dari tempatnya, dia menghampiri gadis itu dan mengajaknya untuk pergi. Sofia tidak menolak dan langsung mengampirinya secepat mungkin.
Mereka berakhir di bangku taman sekolah, keduanya duduk bersebelahan sebelum akhirnya Sofia bertanya kenapa dia meninggalkan lapangan begitu saja di saat semua tim sedang latihan.
“ Gue nggak suka main basket.” Balas Galih.
“ Kalau nggak suka kenapa masuk club basket.?” Tanya Sofia.
“ Terpaksa, sebenarnya gue mau join di bola tapi karena nggak punya sepatu bola makanya nggak bisa join.” Mendengar jawaban Galih lantas membuat Sofia terkejut, dia tidak menyangka hanya karena tidak memiliki sepatu bola saja Galih tidak bisa ikut bergabung dalam club bola.
“ Kenapa nggak beli aja sepatunya?”
“ Gue bukan anak orang kaya, mana sanggup beli sepatu bola.”
“ Kalau kamu udah punya sepatu bolanya emang mau join ke club bola.?”
“ Kalau ada kenapa nggak.”
“ Btw lo emangnya udah join di club eskul apa.?” Tanya Galih.
“ Belum join sama sekali, masih mikir mau masuk di club apa biar nggak menyesal.” Balas Sofia.
“ Ya harus gitu, jangan sampai lo salah pilih dan berujung penyesalan.” Kata Galih.
Jam istirahat ini benar-benar sangat berbeda dari jam istirhat sebelumnya, kehadiran Galih seakan mampu merubah semuanya. Akan sangat lebih menyenangkan lagi jika saja dia dan Galih bisa seperti ini setiap hari, pikir Sofia.
**
Sepulang sekolah Sofia langsung menghampiri Diandra dan ingin pulang bersama cowok itu, kebetulan Diandra hari ini sudah membawa motornya dan dia ingin ikut bersamanya. Sofia juga sudah menelpon mang Ujang untuk tidak datang dia juga sudah meminta izin kepada papa Bian dan mendapat izin dari beliau.
“ Sebelum pulang, kita bisa singgah di toko sepatu nggak.?” Seru Sofia ketika dia mengikuti langkah Diandra menuju tempat parkir.
“ Toko sepatu? “
“ Iya, aku mau beli sepatu.”
“ Tapi udah izin sama bapak kan.?”
“ Iya udah.”
Diandra menuruti permintaan Sofia dan segera mengajaknya singgah di toko sepatu, setibanya disana Sofia kembali menarik Diandra untuk memilih sepasang sepatu bola yang sekiranya cocok untuk anak laki-laki.
Sofia juga menyamakan tinggi Diandra dan Galih hampir sama, mungkin ukuran kaki mereka juga sama sehingga Diandra lah yang di jadikan contoh untuknya.
“ Sepatu bola untuk apa.?” Tanya Diandra masih bingung dengan Sofia yang mengajaknya ke tempat itu.
“ Cuma mau beli aja.” Balas Sofia sambil tersenyum simpul.
Dan pilihan Diandra jatuh pada sepatu berwarna hitam yang simpel namun sangat cocok untuk anak SMA, dan Sofia pun segera membeli sepatu tersebut yang harganya membuat Diandra terkejut.
“ Sepatu bola harganya sampai 2 juta?” Kata Diandra terkejut.
“ 2 Juta murah kali, sepatu aku semuanya di atas 20 juta.” Balas Sofia santai.
Dari sini Diandra benar-benar merasakan kesenjangan sosial yang sangat berbeda dari Sofia, sejenak dia lupa bahwa Sofia di besarkan dengan kemewahan oleh orang tuanya sehingga harga seperti itu di anggap murah olehnya.