35

1596 Kata
Sekarang tiba waktunya untuk kembali ke sekolah setelah dua minggu libur semester, Sofia tidak merasa begitu senang kali ini. Tapi dia tetap terlihat baik-baik saja setiap di depan papa Bian agar dirinya tidak kembali merasakan sekolah di rumah, meskipun di sekolah tidak menyenangkan tapi jauh lebih tidak menyenangkan lagi jika dia menghabiskan masa mudanya di rumah. Di hari pertama sekolah semua berjalan dengan baik-baik saja, namun ada yang membuat Sofia terkejut yaitu Kayla yang ternyata sudah di keluarkan dari sekolah. Tidak ada yang tahu kenapa Kayla di keluarkan dari sekolah, bahkan ada yang mengatakan bahwa Kayla tidak sanggup membayar uang sekolah lagi sehingga dia di keluarkan begitu saja. “ Kalian berdua nggak tau kenapa Kayla di keluarkan dari sekolah.?” Tanya salah satu dari mereka kepada Naura dan Mayang. “ Mana gue tahu.” Balas Naura ketus. “ Kalian berdua kan sahabat dekatnya, masa nggak tahu.” “ Dia bukan sahabat kita lagi, jangan tanya soal dia bisa nggak.” Sahut Mayang. Melihat Naura dan Mayang yang tidak merasa terganggu akan hal itu membuat Sofia benar-benar merasa kasihan pada Kayla, bagaimana bisa dia mendapatkan teman-teman yang tidak memiliki rasa peduli sama sekali. Terlalu lama berada di kelas hanya membuat Sofia merasa penat mendengar mereka yang terus menerus mengatakan Kayla anak koruptor dan sebagainya, alhasil Sofia beranjak dari kursinya keluar kelas. Dia ingin berjalan-jalan sendirian sampai jam berikutnya dimulai, setidaknya hal itu lebih baik dari pada harus mendengarkan mereka bergosip. ** Sepulang sekolah Sofia meminta kepada mang Ujang untuk menjemput Diandra sebab mereka akan pergi ke toko kue bersama hari ini, langsung saja mang Ujang meluncur sekolah Diandra dengan kecepatan sedang. Setibanya di sekolah tersebut, Sofia turun dari dalam mobil dan seketika mendapat sorot mata yang beraneka ragam dari murid sekolah tersebut. Dari model seragam yang berbeda serta mobil mewah yang di tumpanginya tentu akan membuat semua mata tertuju kepada Sofia. Sofia terlihat heran sekaligus bingung, apa yang salah dengannya sehingga menjadi pusat perhatian saat ini. Tak lama setelah itu kemunculan Diandra membuat Sofia mengangkat tangannya dan memanggil nama cowok itu dengan keras. Diandra sangat terkejut melihatnya namun dia bergegas menghampiri Sofia agar tidak menimbulkan perhatian lebih dari murid di SMA nya. Diandra tidak menyangka Sofia akan menjemputnya di depan sekolah, dia mengira bahwa mereka hanya akan bertemu di toko kue saja. “ Kamu malu aku datang ke sekolah kamu.?” “ Bukan begitu, hanya saja melihat penampilanmu yang turun dari Alphard akan membuat semua orang bertanya-tanya nanti, ayo masuk kita berangkat sekarang.” Ajak Diandra yang membukakan pintu mobil untuk Diandra. Hari ini Diandra memang belum menggunakan motor barunya meskipun dia sudah memiliki sim, mungkin dalam waktu dekat ini dia akan menggunakan motor tersebut untuk mengurangi ongkos sehari-hari juga. Ketika mobil hendak melaju, tanpa sengaja Sofia melihat sosok yang tak asing baru saja keluar dari sekolah Diandra menggunakan motor matic. Sofia tampak memperhatikan cowok yang keluar barusan dengan teliti, hingga dia yakin bahwa cowok itu adalah Galih. “ Kamu kenal sama Galih.?” Tanya Sofia menoleh kepada Diandra. “ Galih?” Diandra tampak berusaha mengingat apakah dia mempunyai teman bernama Galih. “ Di kelasku nggak ada yang namanya Galih, mungkin di kelas lain ada.” Jawab Diandra pelan. Senyum Sofia mengembang sangat lebar ketika dia kembali merasakan perasaan aneh dalam dirinya, dia sekali lagi menoleh ke sekolah itu ketika mobil perlahan meninggalkan pelataran. ** “ Papa.” Panggil Sofia yang baru saja menghampiri papanya yang sedang asyik menyaksikan siaran televisi. “ Ada apa sayang.?” Tanya papa Bian memberikan tempat di sebelahnya kepada Sofia. “ Aku mau ngomong sesuatu sama papa, tapi papa janji jangan marah sama aku.” “ Oke, papa janji nggak akan marah sama kamu.” Sofia memutar kedua bola matanya dan perlahan tersenyum manis di depan sang papa, dia bingung memulainya dari mana namun keyakinannya untuk mengatakan hal tersebut sudah 100 % bulat. “ Aku mau pindah sekolah di tempat Diandra boleh kan.” Ucap Sofia dengan wajah yang memelas. “ Ada apa di sekolah kamu yang sekarang.?” Tanya papa Bian mulai serius. “ Nggak ada apa-apa, hanya saja aku nggak suka sekolah di sana. Aku mau sekolah di tempat yang sama kaya Diandra.” “ Selama kamu bergul sama Diandra kamu selalu meminta hal yang tidak pernah kamu minta, apa dia yang mengajakmu untuk satu sekolah dengannya.?” “ Diandra nggak pernah gitu pa, ini keinginan aku sendiri buat sekolah di sana. Boleh ya pa, aku mau sekolah disana.” Pinta Sofia dengan sangat. “ Tapi sekolah yang kamu tempati sekarang jauh lebih baik sayang, sekolah kamu lebih unggul dari pada sekolah Diandra.” “ Nggak ada yang membedakan pa, tergantung bagaimana kita belajar di sekolah itu saja. Selama ini aku melakukan home schooling, buktinya aku mendapat nilai tertinggi dari itu. Dimana pun sekolahnya semua tergantung muridnya pa.” “ Papa masih belum bisa menerima alasan kamu pindah karena apa, kamu yakin di sekolah nggak ada yang jahatin kamu lagi.?” “ Nggak ada, mereka semua sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Aku ingin mencari pengalaman baru dengan pindah sekolah, boleh ya pa.” Pinta Sofia sekali lagi. “ Biar papa pikir dulu, kita nggak bisa pindahin kamu begitu saja. Beri papa waktu untuk memikirkannya, sekarang kamu kembali ke kamar dan tidur.” Titah papa Bian dan segera di laksanakan oleh Sofia. ** Saat ini kelas sedang istirahat, dan Sofia baru kembali dari perpustakaan setelah dia mengembalikan semua buku yang telah ia pinjam selama ini. Semua itu dia lakukan untuk mengantisipasi jika papa Bian setuju dia pindah maka dia tidak perlu repot-repot untuk memulangkannya. Selain itu juga Sofia baru saja selesai menemui bu Rossa di ruang guru, dia memberikan bu Rossa sekotak kue buatannya yang dia buat khusus untuk wanita itu. Karena murid tidak boleh berlama-lama di ruang guru makanya Sofia bergegas meninggalkan ruangan tersebut dan menuju kelasnya. Sebelum jam kedua di mulai, mendadak akan di adakan razia kelas. Semua murid merasa panik karena mereka tidak tahu akan di lakukan hal seperti ini oleh guru BK dan anggota Osis. Sofia baru saja memasuki ruang kelas, melihat semua murid panik membuatnya segera ke mejanya tanpa rasa takut sama sekali. Sofia tidak merasa takut sama sekali sebab dia tidak merasa membawa sesuatu yang di larang, sedangkan murid lain banyak yang takut entah karena apa yang pastinya Sofia tidak begitu penasaran dengan hal tersebut. Kelas mereka kini sudah di datangi oleh guru Bk dan anggota Osis, mereka menyampaikan bahwa razia memang selalu di lakukan setiap awal semester baru. Semua murid di minta untuk duduk di kursi masing-masing dengan meletakkan tas mereka di atas meja. Para anggota osis kemudian bertugas untuk mengeceknya secara bersamaan, beberapa barang yang di larang untuk di bawa akan di sita. Di antaranya telah di temukan pouch make up, komik, n****+, permianan game, bahkan rokok. Tiba giliran tas milik Sofia yang akan di periksa, dan yang memeriksanya adalah Dava. Mereka sempat melakukan kontak mata hingga akhirnya Sofia mengalihkan pandangannya dari cowok itu. Sangat di kejutkan Dava baru saja mendapatkan sebuah dompet di dalam tas milik Sofia, dan dompet itu ternyata milik Naura. Naura yang baru menyadarinya langsung mengaku bahwa itu adalah dompetnya, dia menuduh Sofia mencurinya yang membuat semua orang di kelas menatap Sofia. “ Aku tidak melakukannya, aku bahkan tidak tahu apa-apa soal dompet ini.” Ucap Sofia tak terima dengan tuduhan itu. Guru Bk kemudian memanggil Sofia dan Naura ke ruangan mereka, hal yang tak terduga ini bisa datang di saat razia di langsungkan. Sofia pasrah di bawa pergi, namun dia akan tetap membela diri bahwa dirinya tidak salah. ** Sebuah mobil mewah baru saja berhenti di depan sekolah, seorang pria dengan jas hitam baru saja keluar dan bergegas masuk ke dalam. Dia melangkah sampai dirinya menuju ruangan yang bertuliskan ruang bimbingan konseling. Papa Bian bisa melihat di dalam ruangan itu ada Sofia, Naura, dan mama Naura yang datang setelah di panggil oleh guru BK. Masalah ini sampai harus melibatkan orang tua karena Sofia tidak mengaku sama sekali, dan Naura juga tidak terima jika Sofia di biarkan bebas begitu saja. “ Saya jamin 100 % kalau putri saya bukanlah seorang pencuri.” Ucap Papa Bian dengan tegas. “ Tapi buktinya dompet Naura ada di dalam tas Sofia pak.” Lontar guru tersebut. “ Sofia kamu tidak melakukannya kan?” Tanya papa Bian. “ Aku tidak melakukannya pa, aku bahkan tidak tahu apapun soal dompet itu.” Balas Sofia pasrah. Papa Bian tampak sangat emosi, dia tidak terima dengan hal ini. Dia sangat mengenal Sofia dan tidak mungkin hal itu sampai di lakukan oleh putrinya, sebaliknya dia melirik Naura dengan tatapan tajam yang membuat Naura takut. “ Sekarang, apa yang akan di lakukan sekolah jika Sofia tidak memiliki bukti apapun.?” Tanya papa Bian. “ Sofia akan di skors beberapa hari tergantung keputusan sekolah pak.” Balas guru BK. “ Tidak perlu repot-repot, putri saya akan keluar dari sekolah ini.” Ucap papa Bian sukses membuat Sofia menatapnya tak percaya. “ Tapi pa.” “ Kamu mau pindah sekolah ke tempat Diandra kan.?” Sofia merasa sedikit lebih tenang setelah mendengarnya, meskipun kepindahannya harus menanggung tuduhan palsu bagi Sofia bukanlah masalah besar. Dan hari itu juga papa Bian akan mengajukan surat kepindahan Sofia, dia tidak ingin lagi putrinya bersekolah di tempat yang tidak bisa membedakan mana pencuri dan mana penipu. Papa Bian sangat yakin bahwa seseorang telah menjebak Sofia, entah itu siapa tapi kali ini dia tidak akan melakukan apapun selain memindahkan Sofia ke sekolah baru. Satu sekolah di buat heboh dengan berita tersebut, tak sedikit yang percaya bahwa Sofia bukanlah seorang pencuri namun ada beberapa yang menganggap bahwa semua orang tidak benar-benar baik meski dia adalah anak konglomerat sekalipun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN