Chapter 19

1808 Kata
Gadis itu terlihat sedang memandang sebuah rumah di depannya dengan tatapan sendu, seseorang yang melihat keberadaanya kemudian keluar dan menghampirinya. Gadis itu menoleh ketika namanya di panggil, namun ia tak bergeming sama sekali. “ Kok di luar aja, non kan bisa langsung masuk ke dalam.” Sahut Mang Ujang. “ Diandra ada mang.?” Tanya Sofia lirih. “ Ada non, Diandra lagi belajar di dalam.” Sofia pun beranjak dari tempatnya memasuki rumah itu, mang Ujang yang menemaninya hanya mengantar sampai ruang tamu dan seterusnya mempersilahkan Sofia untuk masuk lebih dalam. “ Sofia.” Ucap Diandra terkejut dengan kedatangannya. Sofia menghela nafas pelan kemudian mengerucutkan bibirnya yang membuatnya terlihat sangat imut, bahkan Diandra sendiri tak mengelak hal tersebut. Sofia kemudian duduk di hadapan Diandra dan mulai menatapnya lurus. “ Kamu jangan pindah, kalau kamu pindah nanti aku bakal kesepian.” Kata Sofia dengan nada yang memelas. “ Kan teman kamu ada banyak bukan Cuma aku aja.” “ Beda, mereka nggak ada yang kaya kamu.” “ Emang aku kaya gimana.?” “ Kamu baik, sederhana, mau nasehatin aku kalau aku ada salah. Nanti kalau kamu nggak ada aku nggak tau bakal gimana.” Diandra tersenyum yang kemudian beranjak dari tempatnya masuk ke dalam kamar, Sofia heran melihatnya namun tetap menunggu cowok itu kembali. Tak lama setelah itu Diandra muncul sambil membawa sebuah gantungan kunci berkarakter boneka beruang. “ Ini buat kamu, anggap aja ini penggantiku selama kamu sekolah disana.” Ucap Diandra tulus. “ Kok gantungan kunci? Ini kan nggak bisa di ajak ngomong.” “ Nggak mau.?” Diandra berniat mengambilnya kembali namun Sofia dengan cepat menyembunyikannya. “ Aku nggak bilang nggak mau.” Balasnya ketus. “ Walaupun kita beda sekolah, kita kan tetap bisa ketemu sepulang sekolah.” Ujar Diandra lagi. Sofia tidak dapat berkata-kata lagi, dia menunduk cemberut merasa apa yang di katakannya pun percuma karena Diandra akan tetap pindah bagaimana pun alasannya. ** Sofia baru saja menandaskan segelas s**u vanila hangat ketika ia sudah selesai dengan sarapannya, sejak tadi papa Bian melihatnya dengan wajah kebingungan sebab putri semata wayangnya itu tampak memelas dan tidak bersemangat untuk sekolah. Bagaimana tidak, ini adalah hari pertama bagi Sofia berangkat sekolah dan setibanya di sekolah nanti dia sudah tidak memiliki teman sebangku. Tidak ada lagi sosok Diandra, dan rasanya benar-benar sangat hampa. “ Udah selesai sarapannya.?” Tanya papa Bian di balas anggukan pelan dari Sofia. Setelah mereka selesai sarapan, tiba saatnya untuk mengantar Sofia sekolah. Kebetulan papa Bian tidak sedang terburu-buru hari ini sehingga dia bisa mengantar Sofia ke sekolah. Sepanjang perjalanan Sofia masih memasang wajah muramnya, hal itu kembali membuat papa Bian penasaran dan bertanya. “ Ada apa sih, anak papa kok cemberut terus dari tadi.?” “ Hari ini Diandra udah sekolah di sekolah baru, terus aku harus sendirian sekarang. Aku boleh pindah sekolah juga nggak pah.?” “ Sofia. papa bukan nggak mau pindahin kamu di sekolah yang sama kaya Diandra, tapi papa hanya ingin kamu konsisten dengan sekolah kamu sekarang. Papa udah kasih kamu kesempatan untuk sekolah di luar, dan sekolah itu sudah yang terbaik untuk kamu.” Sofia tahu dia tidak berhak menginginkan kepindahan yang sama seperti Diandra, alasan awalnya ingin bersekolah bukanlah karena Diandra tapi karena dia ingin merasakan apa yang orang lain rasakan. Setibanya di sekolah, Sofia langsung menuju kelasnya. Namun ketika dia berjalan melewati mading, rupanya disana terdapat sekumpulan teman kelasnya yang sedang bersorak akan sesuatu. “ Itu dia MVP kita.” Seru salah satu dari mereka pada Sofia. Mereka menyambut Sofia dengan gembira seraya memberitahu Sofia bahwa kelas mereka menang dan akan mendapatkan hadiahnya minggu ini, Sofia yang mendengarnya pun ikut senang dan tak menyangka kalau kelas mereka akan memenangkan festival budaya kemarin. Kayla, Naura, dan Mayang baru saja tiba dan ikut mendengar seruan mereka. Naura dan Mayang pun ikut senang dan tak sabar untuk segera kamping bersama para senior mereka. Namun ada satu orang yang terlihat biasa saja, siapa lagi kalau bukan Kayla. “ Gue juga bisa memenangkan kelas kita seandainya gue nggak cedera.” Sahut Kayla mendapat respon buruk dari yang lain. “ Belagu sih lo, latihan pake heels 5 cm. Model bukan tapi sok-sokan pake yang tinggi.” “ Tau. Untung aja ada Sofia pengganti kamu, selain cantik bisa membawa keberuntungan lagi.” Naura dan Mayang ikut tertawa mendengarnya, hal itu justru membuat Kayla marah. Gadis itu sampai menatap ke arah Sofia dengan tatapan tajam, sebalinya Sofia terlihat kesenangan mengobrol dengan teman-temannya yang lain. ** Geng the queens saat ini sedang menikmati jam istirahat mereka di kantin, sambil menikmati menu kantin mereka juga membahas soal hadiah yang mereka dapat. Tentunya hal ini menjadi tanda tanya untuk Sofia yang selalu di atur ini dan itu dari papanya. “ Gimana Sof, lo nggak bisa ikutan juga.?” Tanya Naura sambil mengaduk mie ayamnya. “ Kayaknya nggak deh, papa nggak bakal ngizinin aku soalnya dari awal dia udah bilang nggak boleh ikut.” Balasnya lirih. “ Papa lo lebay banget sih jadi orang tua, ini kan udah jaman modern kenapa harus di larang-larang sih.” Sahut Kayla. “ Kay, jangan ngomong gitu.” Lontar Mayang yang sadar akan perubahan wajah Sofia. “ Lo udah bilang lagi ke bokap lo nggak? Siapa tau sebelum hari H dia berubah pikiran.” “ Ya udah nanti aku coba tanya lagi.” Balas Sofia kembali menikmati dimsum kesukaannya. ** Sofia dan Diandra saat ini sedang berjalan-jalan sore sambil menikmati es krim yang kebetulan lewat di kompleks mereka, sejak tadi Sofia diam seribu bahasa meskipun Diandra sudah melontarkan berbagai kalimat yang ternyata tak membuat Sofia mendengarkan semuanya. “ Sofia.?” “ Sofia.?” Panggil Diandra dengan nada yang tegas sehingga membuat langkahnya terhenti. “ Hmm.?” Sofia melongo melirik Diandra. “ Tangan kamu belepotan tuh.” Sofia baru sadar kalau es krim miliknya sudah meleleh dan membuat tangannya kotor, untungnya Diandra selalu membawa sapu tangan kemana pun dia pergi sehingga ia dengan cepat membersihkan tangan Sofia menggunakan sapu tangan tersebut. Sofia memperhatikan bagaimana Diandra memperlakukannya sangat baik, ia tak sadar kalau saat ini senyumnya sudah mengembang. Dan setelah Diandra membersihkannya cepat-cepat Sofia menghabiskan es krim yang tersisa agar tak mengotori tangannya lagi. Setelah beberapa saat berjalan, mereka akhirnya tiba di taman kompleks kemudian duduk di salah satu ayunan sambil mengayunkannya sesekali. Mereka membiarkan angin menerpa wajah mereka sambil tertawa dengan kelucuan yang mereka buat. “ Akhirnya udah ketawa lagi, tadi kenapa sih kaya banyak pikiran gitu.?” Tanya Diandra kemudian. “ Aku bingung mau izin sama papa soal hadiah yang di dapat oleh kelas kita. Kamu tahu sendiri kan hadiahnya itu bermalam di villa sekaligus malam keakraban bareng senior.” “ Pak Bian pasti nggak bakal izinin kamu, apalagi sampai menginap di luar kota.” “ Tapi aku mau pergi Ndra, aku juga mau rasain gimana asyiknya pergi ke villa dan bersenang-senang bareng teman kelas.” “ Coba aja lagi ngomong sama pak Bian, tapi kamu harus siap menerima konsekuensinya di akhir.” Kata Diandra yang tidak dapat memberikan saran lain. ** Malam harinya sebelum makan malam berlangsung, Sofia berjalan menuju kamar papanya untuk membicarakan soal rekreasi ke villa yang di langsungkan mimggu ini. Kini Sofia sudah berada di depan kamar papa Bian, kemudian mengetuknya secara perlahan hingga suara papa Bian di dalam sana mempersilahkannya untuk masuk. Perlahan tapi pasti Sofia membuka pintu kemudian memunculkan kepalanya sedikit, hal itu membuat papa Bian gemas dan penasaran. Ia kemudian menyuruh Sofia untuk masuk lebih dalam. “ Ada apa sayang, pasti mau ngomong sesuatu.” Tebak papa Bian sukses membuat Sofia tersenyum kecil. “ Sebelumnya aku mau kasih tahu kalau kelasku menang festival budaya kemarin.” “ Terus.?” “ Hadiahnya itu rekreasi ke puncak pah, tempatnya di villa jadi aman. Aku boleh ikut yah please.” “ Papa kan udah pernah bilang sebelumnya kalau kamu boleh ikut festival tapi tidak untuk rekreasinya.” “ Pah, please.” “ Nggak, papa nggak kasih izin.” Sofia kemudian memasang wajah memelas di sertai mata yang mulai berkaca-kaca, entah mengapa ia ingin mencoba teknik ini agar papanya kasihan dan memberikan izin padanya. “ Jangan pasang wajah memelas, papa tetap nggak kasih kamu izin.” Lontar Papa Bian semakin membuat Sofia memasang wajah sedih. “ Papa izinin, tapi Diandra harus ikut juga.” Kata papa Bian sukses membuat Sofia kegirangan. Rasa bahagia Sofia berkurang setelah menyadari kalau Diandra bukan siswa SMA Bakti jaya lagi, sehingga itu akan percuma meskipun papa Bian sudah memberikan izin kepadanya. “ Udah yah, kita makan malam dulu yuk.” Ajak Papa Bian menarik Sofia menuju ruang makan. ** Keesokan harinya. Sofia masih bingung harus melakukan apa lagi, kemudian dia memberitahu kepada teman-temannya bahwa dia di beri izin jika Diandra ikut rekreasi itu. Dan setelah mereka mendengarnya mereka pun ikut kebingungan bagaimana siswa yang beda sekolah bisa bergabung dengan kelas mereka meskipun dulunya dia berada di kelas tersebut. “ Kenapa nggak coba tanya ketua osis aja.?” Usul Mayang. “ Gimana kalau nanti kita kena marah.” Sahut Kayla. “ Ya nggak salah kan di coba dulu, bagaimana pun juga Diandra paling berkontribusi di festival kemarin. Setidaknya dia berhak bergabung dengan kelas kita meskipun dia udah pindah.” “ Ya udah kalau gitu kita ketemu ketua osisnya sekarang.” Sahut Naura. Mereka berempat segera meninggalkan kelas menuju ruang osis, di antara mereka berempat tidak ada yang dekat dengan anggota osis sama sekali sehingga mereka tampak ragu untuk masuk ke dalam. “ Kalian mau cari siapa.?” Sahut seseorang membuat mereka berempat kompak menoleh. Kayla terkejut saat meliat cowok yang dia taksir selama ini sedang berhadapan dengan mereka, dia adalah Dava senior tingkat dua yang juga merupakan anggota osis. Sofia ingat dengan wajah itu dimana dia dan Dava pernah bertemu di depan kelas dan mereka sempat mengobrol sebentar. “ Mau ketemu kak Bagus kak.” Sahut Mayang. “ Dia ada di dalam, kalau boleh tau ada apa ya.?” Saat itu fokus Dava terus tertuju pada Sofia namun sebaliknya Sofia menunduk karena malu. Mayang kemudian menjelaskan detail permasalahannya kepada Dava, dan cowok itu mendengarnya dengan baik hingga akhirnya dia memberikan jawaban atas dirinya sendiri. “ Boleh, kalian boleh mengajaknya untuk ikut.” Jawab Dava sukses membuat mereka terkejut. “ Bentar-benar, emang kakak ketua osisnya bisa bilang boleh gitu aja.?” Sahut Naura. “ Aku wakil ketua osisnya, maaf kalau belum memperkenalkan diri. Namaku Dava Andhika Putra selaku wakil ketua osis disini.” Ungkapnya semakin membuat Kayla klepek-klepek. “ Jadi di bolehin nih kak.?” Tanya Mayang sekali lagi. “ Iya boleh, jadi Sofia bisa tetap ikut rekreasinya.” Kata Dava membuat ketiga teman Sofia terheran sebab Dava sudah mengenal nama Sofia meskipun dia belum menyebutkan namanya sama sekali. “ Terima kasih kak.” Balas Sofia merasa senang. Setelah urusan mereka selesai barulah mereka kembali ke kelas, namun sejak saat itu Kayla merasa ada yang mencurigakan antara Dava dan Sofia. ia bahkan sempat melihat sorot mata Dava yang terus tertuju pada Sofia meski mereka sudah pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN