"Mungkin sudah menjadi takdirku menikah dengan Rere! Dia tidak bersalah! Justru dia adalah penyelamatku!” Bryan berbicara dalam kalbu. Hatinya masih dirundung keraguan yang nyata. Namun dirinya sendiri pula yang harus menyingkirkan segala keraguan.
“Tapi bagaimana dengan kehidupan pernikahanku nanti?” Bryan hanya bisa berpikir dalam hatinya.
Pria itu pun tampak memejamkan matanya. Kemudian menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Berusaha menenangkan hati yang mulai kacau. Lalu kembali membuka mata dengan segenap keyakinan yang telah dia kumpulkan.
“Aku harus berusaha memperlakukannya sebaik mungkin,” ucap Bryan meyakinkan dirinya.
“Apakah kamu yakin bisa melakukannya?” lagi-lagi keraguan itu kembali datang dan tak mampu dia singkirkan. Dan Bryan hanya bisa pasrah dengan semua takdir yang telah dia pilih saat ini.
“Entahlah!”
Hati dan pikirannya terus bertentangan. Seolah tidak percaya bahwa Bryan bisa hidup dalam dunia rekayasa yang akan dia ciptakan.
Bryan mengulurkan tangannya kepada Rere. Pria itu baru menatap sosok gadis yang menjadi dokter pribadi keluarganya dari dekat. Selama ini mereka tak pernah terkunci dalam obrolan panjang. Hanya sekedar saling menyapa saat bertemu. Tanpa pernah terlibat dalam percakapan yang asyik.
Bryan benar-benar tak bisa membayangkan seperti apa kehidupan pernikahannya nanti bersama Rere. Yang dia tahu gadis itu adalah sosok yang sangat serius. Sedangkan dirinya adalah sosok yang sangat santai. Pribadi yang benar-benar bertolak belakang.
Kini Bryan bisa melihat Rere yang terus menundukkan wajahnya akhirnya meraih jemarinya. Terlihat jelas jemari gadis itu bergetar tipis.
Namun, Bryan tersenyum saat menyadari wajah cantik istrinya yang tersipu. Rere jelas terlihat gugup saat ini.
Setelah Rere meraih tangannya yang terulur, Bryan pun segera membawa jemari Rere untuk dia kecup. Sungguh pemandangan yang sangat manis untuk disuguhkan kepada khalayak umum. Para wartawan pun tak ingin kehilangan momen spesial ini.
Pemandangan ini sukses menciptakan praduga bahwa sebenarnya hubungan mereka terjebak dalam cinta segitiga. Antara Rere, Bryan dan Cantika. Tapi mengingat Cantika yang malah menikah dengan Orlando membuat para wartawan berpikir bahwa mereka mengalami cinta segi empat yang penuh dengan kesalahpahaman. Dan tentu hal ini bisa menjadi tranding topik dunia hiburan.
Sayangnya mereka hanya bisa melakukan pengambilan foto dari kejauhan.
“Ayo kita ke sana,” ucap Bryan pada Rere.
Rere tampak menoleh ke arah pelaminan. Jantungnya berdegup tak menentu. Sungguh Rere benar-benar tak menyangka takdir akan membawanya pada situasi ini. Rere tak pernah membayangkan dirinya begitu dekat dengan Bryan apalagi sampai bersanding di satu pelaminan bersama pria itu.
Selama ini dia hanya menyimpan cinta sucinya di dalam hati. Tanpa pernah berusaha untuk memupuk atau pun membuangnya. Dia hanya membiarkannya mengalir seperti air yang bergerak menuju takdir. Menyebut nama Bryan di setiap doanya. Berharap Allah memberikan jalan untuk bersatu. Tapi jika bukan seperti ini caranya.
Rere benar-benar merasa kacau.
Gadis itu pun menoleh ke arah Nyonya Wilson dan Tuan Wilson. Rasanya tak enak jika tiba-tiba dirinya duduk di kursi pelaminan. Walau pun saat ini, hal tersebut adalah hak baginya. Karena kini dia telah sah menjadi istri Bryan.
“Selamat berbahagia ya, Nak.” Nyonya Wilson mulai berbicara. Membuat Rere teringat sesuatu. Gadis itu pun segera melepaskan tangannya yang digenggam oleh Bryan.
“Maaf,” ucap Rere saat melepaskan tangannya dengan lembut.
Kemudian Rere segera menghampiri Nyonya Wilson. Dengan lembut Rere tersenyum ramah. Kemudian meraih tangan kanan Nyonya Wilson untuk dia kecup. Hal ini memang seharusnya dilakukan oleh seorang anak kepada orang tuanya. Karena ijab qobul yang dikumandangkan Bryan membuat Rere menjadi sosok anak bagi Nyonya Wilson dan Tuan Wilson.
“Saya mohon restu, Nyonya Wilson, Tuan Wilson,” ucap Rere tersenyum ramah pada kedua orang tua Bryan. Dan panggilan yang terbiasa dilakukan oleh Rere itu sukses membuat Nyonya Wilson tertawa geli.
“Sayang, mulai hari ini panggil Mommy dan Daddy aja ya. Kan kamu udah jadi bagian dari keluarga kami,” ucap Nyonya Wilson membuat Rere tersenyum tenang. Gadis itu pun mulai mampu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan dengan begitu lega. Sungguh awalnya Rere takut keluarga Bryan tak bisa menerima dirinya. Walau sebenarnya tak akan ada alasan untuk menolak. Pasalnya Rere adalah gadis yang cantik dan cerdas. Mereka juga sudah cukup mengenal kepribadian Rere.
Di sisi lain, Bryan tampak mengulas senyum tipis. Rasanya dia tak salah memilih mempelai penggantinya. Rere begitu sopan dan santun kepada kedua orang tuanya. Hal yang membuat Bryan terkesima.
Bryan yang menyadari keluarganya berbesar hati menerima tingkah gegabahnya membuat Bryan menghembuskan napas lega. Sejak tadi jantungnya berdegup kencang karena rasa takut yang membelenggu jiwa. Hanya saja Bryan sadar dirinya sedang menjadi pusat perhatian para wartawan. Dan Bryan harus bisa menjaga sikapnya.
Entah nanti akan seperti apa?
Bryan mulai membawa Rere ke dalam kehidupannya yang dikelilingi oleh berita juga rumor. Bryan berharap Rere bisa sabar menghadapi kehidupannya yang selalu dikejar-kejar wartawan.
Dan lagi-lagi Rere menjadi pusat perhatian wartawan. Mereka terus mengabadikan momen Rere saat dipeluk oleh Nyonya Wilson. Terlihat jelas bahwa keluarga Wilson menerimanya. Ada juga beberapa wartawan yang tampak mengabadikan momen Cantika dan Orlando. Mereka benar-benar menjadi pusat perhatian.
Merasa tak mampu menikmati suasana pesta akhirnya Tuan Wilson pun segera menghubungi pihak kepolisian untuk melakukan penjagaan ketat di wilayah hotel. Nyonya Wilson yang menyadari apa yang sedang dilakukan suaminya pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dan wanita itu segera mengajak bicara setelah suaminya selesai menghubungi pihak kepolisian.
“Sayang, kenapa sampai menghubungi kepolisian?” tanya Nyonya Wilson.
“Saya benar-benar tidak nyaman. Ini suasana berbahagia. Tidak seharusnya mereka merusak momen kita dengan berdesak-desakan di luar sana. Pasti banyak tamu undangan yang merasa tak nyaman jika seperti ini,” ucap tuan Wilson membuat istrinya mengangguk paham.
Dan kini Nyonya Wilson menatap wajah suaminya yang terlihat begitu suntuk saat menatap putranya yang berjalan menggandeng Rere ke pelaminan. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh suaminya yang jelas pastinya itu hal yang sangat mengganjal hati.
“Kamu tidak nyaman karena pernikahan yang tidak sesuai rencana ini ya?” Nyonya Wilson tampak bertanya pada suaminya.
“Jangan bahas di sini,” ucap Tuan Wilson terdengar begitu tegas. Terlihat jelas Tuan Wilson berusaha meredam emosinya. Hal itu tentu saja membuat jantung istrinya berdegup kencang. Nyonya Wilson sangat menyadari amarah suaminya.
Kini mereka berusaha untuk tampak menikmati resepsi pernikahan dengan suka cita. Melakukan kegiatan dengan penuh kepura-puraan. Hingga akhirnya waktunya pesta pernikahan pun usai.
“Selamat untuk pernikahanmu bersama Rere,” ucap Orlando menjabat tangan Bryan kemudian mereka pun saling berpelukan. Tak hanya itu mereka pun saling menepuk punggung mereka masing-masing.
“Terima kasih Bryant kau sudah merelakan Cantika untukku,” ucap Orlando membuat hati Rere teriris perih.
Dia sadar betul Bryan sangat mencintai Cantika. Bahkan pria itu rela memeluk agama Islam demi menikahi gadis bernama Cantika. Seketika air mata pun tak tertahankan. Sungguh hari Rere teriris pilu. Bahkan di hari pertama pernikahannya.
Namun, Rere berusaha untuk tetap ber-khusnudzon pada Allah. Bukankah segala hal yang terjadi di dunia ini adalah kehendak-Nya? Dan Allah tentu lebih tahu yang terbaik untuk hamba-Nya.
“Aku juga berterima kasih padamu. Karena kau aku bahkan bisa menikahi wanita yang cukup ku kenal. Wanita yang ku yakini mampu memberikan kebahagiaan dengan ketaatannya kepada Allah,” ucap Bryan membuat Rere menoleh ke arah pria itu dengan air mata berlinang.
Bryan belum mencintainya. Bryan hanya yakin bahwa dirinya mampu memberikan kebahagiaan untuk pria itu. Dan kalimat lembut ini sukses menyentil hati Rere yang lembut dan perasa. Namun Rere segera mengusap air matanya. Gadis itu pun tersenyum saat Cantika menghampiri dirinya.
“Selamat ya, Dokter. Semoga Allah memberikan kebahagiaan untuk pernikahan Dokter Rere dan Bryan. Aamiin,” ucap Cantika pada Rere.
“Aamiin ya Allah. Terima kasih ya, Tika. Semoga Allah juga memberikan kebahagiaan untuk pernikahanmu dan Orlando,” ucap Rere menarik bibirnya untuk bisa mempersembahkan senyum terbaiknya.
“Semoga kita bisa hamil sama-sama supaya bisa ke dokter kandungan bersama-sama. Sepertinya akan seru ya,” ucap Cantika terkekeh.
“Insya Allah. Jika Allah memberikan kita kesempatan untuk hamil bersama-sama,” ucap Rere terkekeh.
Kini mereka pun mulai makan malam bersama. Makan malam yang begitu berbahagia dengan 4 keluarga dalam satu meja yang begitu besar. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan ini dengan berbahagia.
Namun, setelah selesai makan malam, Bryan tampak menoleh ke arah Rere. Rere tampak diam dan terlihat kelelahan. Hal itu tentu saja membuat Bryan menyentuh jemari Rere dengan lembut.
“Kamu lelah?” Tanya Bryan namun Rere menggelengkan kepalanya dan tetap tersenyum pada Bryan. Padahal nyatanya saat ini gadis itu benar-benar merasa lelah. Semua itu karena Rere tak mempersiapkan diri untuk acara panjang resepsi pernikahan. Dia pikir dia hanya datang untuk menghadiri dan menyaksikan ijab qobul. Nyatanya dia malah menjadi pengantinnya. Sungguh seperti kisah fiksi dalam n****+-n****+.
Saat ini Rere tersenyum menatap jemarinya yang disentuh oleh Bryan. Begitu hangat dan menyejukkan hatinya. Rere benar-benar bahagia. Dan dia berharap inilah takdir terbaik yang selama ini dia panjatkan saat bersujud di malam sepi.
“Kalau memang sudah lelah. Aku akan antar istirahat ke kamar,” ucap Bryan mengusap pipi Rere dengan lembut. Bryan memang sosok yang penyayang. Dan dia akan berusaha untuk menjadi sosok suami terbaik. Dia tak akan pernah membiarkan istrinya iri pada wanita lain. Sungguh Bryan akan melakukan yang terbaik, walau pun saat ini dia masih belajar untuk mencintai istrinya.
“Apa kamu tidak apa-apa kalau aku istirahat lebih dulu?”
“Tentu saja tidak masalah. Kalau kamu takut, aku akan menemanimu di kamar,” ucap Bryan.
“Terima kasih, Bryan.”
“Mom, Dad, dan semuanya aku mau antar Rere ke kamar dulu ya. Sepertinya istriku sudah sangat lelah,” ucap Bryan.
“Iya, Nak. Istirahatlah,” ucap Nyonya Wilson pada putranya kemudian tersenyum kepada Rere.
“Oh ya Mom, Dad, ini suplemen untuk menjaga kepadatan tulang. Jangan lupa di minum ya. Untuk malam ini jangan lupa minum dua gelas air putih sebelum tidur. Itu akan memperlancar peredaran darah,” ucap Rere menjadi kebiasaannya sebagai dokter pribadi keluarga Wilson.
“Oh ya Tuhan. Senang rasanya memiliki menantu yang perhatian,” ucap Nyonya Wilson membuat wajah Rere merona. Gadis itu hanya tersenyum.
“Terima kasih, Nak. Istirahatlah kau pasti lelah.” Kini Tuan Wilson mulai berbicara pada Rere.
“Terima kasih, Dad.” Bryan tersenyum sambil mengangguk sopan. Terlihat jelas pria itu memiliki attitude yang sangat baik. Dan inilah yang selalu membuat Rere kagum.
“Bryan,” panggil Tuan Wilson pada putranya. Membuat Bryan segera menghentikan langkahnya.
“Yes, Dad.” Jantung Bryan kembali berpacu kencang. Sungguh dia takut.
“Setelah mengantar Rere, Daddy harus bicara padamu,” tegas Tuan Wilson pada putranya.
“Yes, Dad.”