Malam ini Tuan Wilson tampak gelisah. Pasalnya saat ini dia sedang menunggu kedatangan putranya. Sungguh, Tuan Wilson ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya hingga akhirnya sang putra memberikan keputusan tanpa pernah dibicarakan sebelumnya kepada pihak keluarga.
Ini bukan hanya menyangkut kebahagiaan putranya, tapi juga menyangkut nama baik keluarga yang selama ini dijaga dengan baik. Tiba-tiba harus guncang karena ulah putranya.
"Sayang. Duduk lah. Jangan gelisah seperti itu," ucap Nyonya Wilson pada suaminya. Tapi sayang suaminya hanya melirik sekilas ke arah istrinya kemudian kembali bergerak mondar mandir di dalam kamar.
"Sayang, aku yakin sebentar lagi Bryan pasti datang. Saat kau emosi lebih baik duduk untuk meredam emosi mu, Sayang," ucap Nyonya Wilson tampak tenang. Padahal nyatanya dia sangat khawatir jika sampai suaminya mengamuk pada putranya.
"Kau ingin minum teh? Kalau ingin aku bisa pesankan ke pelayan hotel," ucap Nyonya Wilson pada suaminya.
"Tidak perlu. Aku hanya ingin Bryan segera datang ke sini," ucap Tuan Wilson begitu menahan kesal. Wajah pria itu tampak memerah saat membayangkan betapa rumitnya kehidupan esok hari. Para wartawan pasti akan memenuhi kediaman dan kantor untuk mencari informasi tentang putranya. Dan hal itu benar-benar mengganggu.
Ting nong... Ting nong...
Suara denting bel pintu membuat Nyonya Wilson dan Tuan Wilson menoleh ke arah sumber suara. Namun saat Tuan Wilson tampak berjalan mendekati pintu, Nyonya Wilson segera menahan lengannya.
"Biar aku saja yang membukanya. Duduk lah," ucap sang isteri mengusap bahu suaminya dengan lembut. Berharap suaminya masih mampu menahan amarahnya pada Sang putra.
Ceklek...
Bryan pun muncul dengan wajah memelas. Pria itu tampak menampilkan wajah sendu saat menatap wajah ibunya. Sang ibu benar-benar paham seperti apa perasaan putranya saat ini
"Maaf aku mengganggu malam-malam," ucap Bryan.
"Tak apa, Nak. Masuk lah. Daddy sudah menunggu mu sejak tadi," ucap Nyonya Wilson kepada putranya.
Bryan pun mulai melangkahkan kaki nya untuk masuk ke dalam kamar orang tuanya. Sungguh saat ini jantungnya berdegup kencang. Bryan sadar betul dengan apa yang telah dia perbuat. Dia benar-benar sadar dengan semua kesalahannya. Dan mungkin memang ini saatnya untuk menjelaskan semuanya. Iya yakin ayahnya pasti marah padanya.
"Malam, Dad." Bryan tampak menundukkan wajahnya saat menyapa ayahnya. Sungguh saat ini rasa bersalah benar-benar bergelayut di dalam d**a. Mungkin memang ini saatnya di mana dia tak mampu untuk mengelak. Dan hanya permohonan maaf yang bisa dia lakukan.
"Malam," ucap Tuan Wilson membalas salam putranya dengan dingin.
"Kau tahu apa yang membuat Daddy memanggil mu ke sini?" Tanya Tuan Wilson pada putranya. Hal itu tentu saja membuat Bryan mengangkat wajahnya untuk tersenyum pada sang ayah. Tapi sayang senyum tulusnya hanya dibalas dengan tatapan marah dari ayahnya.
"Saya tahu, Dad. Saya minta maaf. Saya terpaksa melakukan ini semua demi menjaga nama baik keluarga," ucap Bryan yang tanpa dia sadari didengar oleh Rere. Rere yang tak sanggup untuk mendengarkan penjelasan selanjutnya pun memilih untuk pergi. Hati nya benar-benar sakit.
Ya... Dia dinikahi hanya karena terpaksa. Demi menjaga nama baik keluarga Wilson yang terpandang. Gadis itu hanya bisa menangis sambil berlari kembali ke kamarnya.
Sedang kan di kamar kedua orang tua Bryan. Suasana mencekam semakin terasa saat Tuan Wilson meminta putranya untuk menjelaskan semua ini. Pasalnya dia dan seluruh keluarga benar-benar syok dengan apa yang dilakukan oleh Bryan.
"Kau bilang menjaga nama baik keluarga? Apa kau pikir ini tidak mencoreng nama baik keluarga? Apa kau tidak pikirkan baik-baik masalah yang akan terjadi selanjutnya?" Tanya Tuan Wilson pada putranya.
"Semuanya sudah ku pertimbangkan baik-baik Daddy. Aku sudah siap dengan semua konsekuensinya. Aku siap menghadapi masalah apa pun yang terjadi selanjutnya," ucap Bryan pada orang tuanya.
Dan pernyataan Bryan sukses membuat Tuan Wilson menggelengkan kepalanya. Sungguh Tak habis pikir dengan pikiran Bryan yang begitu cetek. Bryan berpikir sangat pendek tanpa mempertimbangkan masalah yang akan muncul akibat tingkahnya.
"Kau pikir hanya kau yang akan dikejar-kejar oleh wartawan? Daddy, Mommy, Sesy, Jesy semua akan bermasalah. Semua akan menjadi incaran publik untuk mencari tahu kebenaran yang terjadi. Dan tentu nya semua itu akan mempengaruhi bisnis kami. Bukan hanya dirimu. Kau memang publik figur. Tapi tidak seharusnya mencari ketenaran dengan cara seperti ini," ucap Tuan Wilson habis pikir dengan jalan yang ditempuh oleh putranya. Padahal dia tahu persis Bryan memiliki kemampuan yang luar biasa di bidang pemotretan. Dan Bryan tidak perlu melakukan hal aneh seperti ini untuk meningkatkan pamornya.
Ucapan sang ayah sukses membuat Bryan beristighfar. Sama sekali tak berniat untuk melakukan hal seperti apa yang disampaikan oleh ayahnya. Semua di luar kendalinya. Dan pernikahan bersama Dr. Rere terjadi begitu saja. Itupun sudah diterima oleh keluarga Rere. Yaitu Kakak dari Dr. Rere, Dr. Rayyan.
"Astaghfirullah hal adziim... Dad... Aku sama sekali tidak berniat seperti itu." Ucap Bryan.
"Sudah berapa kali Daddy Bilang. Jangan mengikuti trend orang-orang yang ingin tenar dengan mencari sensasi. Kalau kau ingin bekerja profesional, lakukan lah pekerjaan dengan sebaik mungkin bukannya malah seperti ini untuk terkenal. Astagaaa... Bryant. Kau membuat kami pusing dengan semua berita tentang mu. Dulu kau dianggap gay, lalu kau dianggap memiliki kelainan seksual. Dan banyak lagi berita miring tentang mu. Dan yang terakhir berita tentang diri mu yang menjadi mualaf. Daddy mohon jangan menjadikan agama sebagai permainan mu. Apalagi sekarang pernikahan... Astaga... Bryan," Tuan Wilson tampak memijit pelipisnya yang terasa pening. Sungguh dia tak habis pikir dengan semua ulah yang di buat oleh putranya. Bryan benar-benar keterlaluan.
Bryan pun menunduk kan kepalanya. Sungguh dia sadar betul dengan apa saja berita yang muncul tentang dirinya. Tapi sungguh semua itu terjadi begitu Saja. Bukan rencana yang dibuat oleh nya untuk menaikkan rating berita demi keuntungan semata.
"Dad... Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Sungguh aku tidak mempermainkan agama. Apalagi mempermainkan pernikahan ku sendiri. Aku..." Ucap Bryan benar-benar bingung harus menjelaskan nya dari mana. Yang jelas semua itu terjadi begitu saja.
Dia sendiri tak paham tentang apa yang membuat nya mengambil langkah seperti ini. Seolah semuanya sudah menjadi skenario Tuhan untuk kehidupan nya.
"Lalu bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Tuan Wilson. Pria itu tampak menatap tajam ke arah putranya. Mengamati setiap gerak gerik Bryan yang dia yakin sangat gugup. Entah karena berbohong atau karena dia memang berniat untuk berbohong untuk menutupi hal yang sebenarnya. Putranya terlampau tenang. Bahkan dalam kondisi berdebar seperti ini. Membuat nya Sulit untuk menebak sikap Bryan.
Sedangkan Bryant. Bryant tampak terdiam. Pria itu benar-benar bingung harus mulai menjelaskan nya dari mana. Yang jelas semua ini terjadi karena kesalahan nya.
Andai waktu bisa di putar ulang. Tentu Bryan akan menghindari kemungkinan dirinya jatuh hati pada Cantika. Dia tidak mau merasakan sakit hati. Membiarkan wanita yang dicintainya menikah dengan pria lain. Sedangkan dirinya justru malah menikah dengan gadis yang tak dia cintai.
Sayangnya waktu adalah salah satu hal yang tak pernah bisa dia putar ulang ke belakang layaknya film. Dan pria itu masih berusaha berpikir keras untuk jawaban yang paling tepat.
"Kenapa kau diam? Apa benar dugaan Daddy benar? Ini cuma setingan?" Tanya Tuan Wilson pada putranya. Kesalahpahaman ini membuat kecerdasan Bryan tiba-tiba tidak berfungsi. Hari ini dia benar-benar merasa bodoh. karena rasa bersalah membuat nya tak mampu berpikir tenang.
"Ya aku terpaksa. Aku menikahi Rere demi menjaga nama baik keluarga kita," ucap Bryan merasa frustrasi. Tanpa dia sadari ada sosok gadis yang mendengar pembicaraannya. Dan dia adalah wanita yang baru saja di nikahi olehnya, Rere.