"NONA TUNGGU!" Teriakan itu menggema di antara bayang-bayang pepohonan, menyusup di sela-sela angin yang berhembus lembut. Nurani berlari sekuat tenaga, meski setiap langkahnya terasa berat dan napasnya tersengal. Jantungnya berdetak seperti genderang perang, mengiringi pelariannya yang penuh tekad. Kakinya yang mungil dan lemah terasa terbakar saat menyentuh tanah, tetapi semangatnya untuk kembali ke rumah Nelson membakar lebih terang. Di belakangnya, para pengawal Aron yang tinggi dan kekar berlari dengan langkah panjang dan pasti, bayang-bayang mereka menjulang seperti raksasa yang siap menelan mangsanya. Namun, meski tubuh mereka jauh lebih kuat, hati Nurani jauh lebih teguh. Setiap langkahnya adalah perjuangan, setiap tarikan napasnya adalah doa, dan setiap detik yang berlalu adalah