Baekhyun tak paham bagaimana jalan pikiran Chanyeol sekarang. Pria itu, ah bagaimana mengatakannya, dia sangat mengesalkan sekali, demi tuhan. Baekhyun sudah menahan gerutuannya entah di kali keberapa, namun tentu saja selalu tertahan di kerongkongan mengingat seharusnya ia tak boleh begitu pada orang yang telah dengan senang hati menjadikan slave sepertinya sebagai pendamping hidup.
Benar-benar tak disangka jikalau syndrome suami mengidam benar-benar merepotkan seperti ini.
"Baekhyun! Aku tak mau tahu, aku ingin tidur dibalkon malam ini! Kau juga harus tidur bersamaku."
LIHAT! Dia bahkan mengucapkannya dengan sedikit bentakan dan juga didominasi rengekan ditiap akhir kalimatnya. Atau memang seperti ini suami yang mengidam? Entahlah, Baekhyun juga tidak tahu. Dia baru kali ini bersuami, ingat?
Eh, apakah mereka sudah bisa disebut suami istri sekarang? Tidak tahulah. Terserah kalian hendak menganggapnya bagaimana.
Baekhyun pun sedari tadi hanya menghela napasnya. Baru kali ini, lelaki mungil itu merasakan hatinya teramat geli melihat bagaimana mata Chanyeol yang selalu tajam itu kini terbingkai lembut menatapnya, sebuah kerutan kecil juga terlihat jelas di lipatan dahi Chanyeol yang lebar itu.
"Tapi Chanyeollie, aku alergi dingin," ucap Baekhyun sembari memberi elusan kecil di pucuk kepala Chanyeol, seolah memberi pengertian pada seseorang yang baru-baru ini berubah menjadi bayi besar.
Pun, sebuah kemajuan kini dimana Baekhyun sudah mulai terbiasa memberi pengertian kepada Chanyeol jikalau ada kemauan pria itu yang dirasa tidak benar, ataupun juga ketika Baekhyun tidak menyukai sesuatu, Baekhyun akan mengatakannya langsung. Tentu saja, ingat bahwa Baekhyun kini sudah naik status menjadi seorang pendamping hidup Chanyeol Park.
"Ugh, kan ada aku yang menghangatkanmu. Atau kalau kau mau kita bisa bercinta saja sepanjang malam dibalkon. Kau tidak akan merasa dingin Baekhyunnie, karena kau selalu saja berkeringat banyak ketika bercinta, right?"
Ck! Pria ini, selalu saja berusaha untuk mengkaitkan semuanya dengan seks, rutuk Baekhyun, dalam hati tentu saja. Namun Baekhyun tentu tidak marah, ia malah tersenyum lembut seperti biasa.
"Lalu, bagaimana jika baby yang nanti kedinginan, Chanyeollie?" bujuk Baekhyun dengan suara yang sangat lembut. "Kasihan dia, tidakkah?" lanjutnya dengan manik mereka yang saling menatap.
Baiklah, kali ini sepertinya Chanyeol kalah. Mata Baekhyun sedari dulu memang benar-benar selalu membuatnya kalah. Ah, kalian belum tahu bukan? Bahwa mata Baekhyun yang sayu ditambah sipit itulah yang membuat Chanyeol tanpa pikir panjang langsung membawa puppy itu ke rumahnya. Entahlah, Chanyeol seolah merasa terpanggil oleh mata Baekhyun.
"Baik. Kau menang," ucapnya dengan nada tak semangat.
"Kau harus berusaha menahan rasa mengidammu Chanyeollie. Apalagi moodmu itu. Ingat ketika kau tiba-tiba bangun dipagi hari dengan marah-marah tak jelas, bahkan memarahi Jongin yang hanya memencet bel rumah untuk mengantarkan dokumen, dan kau malah mengatainya dan enggan melihat wajahnya karena seolah melihat tahi hanya karena wajahnya yang sedikit kecoklatan. Itu tidak baik Chanlie."
Oh, mungkin sekarang Baekhyun sudah seperti naik tingkat lagi menjadi orang tua yang kini sedang memberi nasihat kepada anaknya. Biarlah, Baekhyun hanya merasa optimis seratus persen bahwa Chanyeol sekarang tidak akan berbuat keji lagi padanya.
Chanyeol hanya mendengus lantas berdiri diatas tungkai kakinya menuju counter untuk mengambil air minum lantas meneguknya dengan beringas. Baekhyun lagi-lagi hanya menghela napas, mengikuti langkah Chanyeol ke dapur.
"Aku memang sedang tidak mengidam Baekhyun. Itu, tentang Jongin, aku memang sedang tidak ingin melihatnya saja. Dan juga aku ingin tidur di balkon karena memang sedang ingin menikmati bintang-bintang, kau tahu? Aku ini orang yang jarang menikmati pemandangan, dan kali ini aku ingin sedikit melakukannya. Sekali lagi berhenti mengatakan kalau aku mengidam." Chanyeol benar bersungut kesal dengan wajah tertekuk masam.
Tentu saja, hal mengesalkan lainnya adalah Chanyeol yang enggan mengakui bahwa ia mengidam. Selalu berseru kesal ketika Baekhyun berusaha memberi penjelasan dan pengertian dan mengatakan semuanya bahwa dia memang sedang ingin saja. Catat, sedang ingin saja.
Baiklah, terserah Park Chanyeol.
"Baiklah, sekarang kau menang," ucap Baekhyun yang kini melangkah mendekati Chanyeol dan memegang kancing teratas kemeja putih Chanyeol. Pria itu memang baru pulang bekerja tadi dan langsung menemui Baekhyun dan mengutarakan keinginannya untuk tidur di balkon apartemen yang sudah jelas pasti ditolak mentah-mentah oleh Baekhyun, karena selain tidak tahan dingin, mungkin nyamuk juga akan mengerubungi mereka, kulit Baekhyun itu sedikit sensitif, dan ketika tergigit nyamuk akan meninggalkan bekas kemerahan yang sulit hilang.
Entah, apa keinginan bayi mereka berdua ini.
Baekhyun kini mendongak, berusaha mengambil perhatian Chanyeol yang seolah membuang muka darinya. Tangannya juga sedari tadi memilin-milin kecil kancing teratas kemeja Chanyeol.
"Chanyeollie. Kau marah?" tanya Baekhyun dengan sedikit nada merajuk.
"Tentu saja," ketusnya. Mata Baekhyun malah menyipit kecil diiringi dengan sebuah kekehan tak terdengar.
"Apakah kalau aku memberikan sebuah ciuman, aku akan dimaafkan?" tanya Baekhyun dengan tangannya yang kini sudah berhasil membuka kancing teratas kemeja putih armani mahal milik Chanyeol.
Chanyeol langsung membawa pandangannya pada Baekhyun yang kini sudah menampakkan wajah sayunya.
"Sure." Dan sebuah tabrakan bibir yang dimulai Chanyeol sepersekian detik setelah ia berucap cukup mengagetkan Baekhyun. Lelaki mungil itu sedikit limbung namun dengan sigap Chanyeol menangkapnya dan membawanya pada pelukannya. Intensitas ciuman mereka semakin panas dengan Chanyeol yang kini merapatkan tubuh Baekhyun pada counter dapur.
"Ingin mengulangi seks kita di dapur dulu, Baekhyunie?"
"Sure, daddy."
Lantas tanpa pikir panjang, Chanyeol langsung mengangkat tubuh Baekhyun keatas counter. Tangannya pun sudah bergeriliya dengan hebatnya di setiap jengkal tubuh Baekhyun. Mengusap paha luar hingga kedalam, menyentuh bagian sensitif Baekhyun yang menimbulkan lenguhan kecil lelaki itu yang tengah terengah di leher Chanyeol karena kini si pria Park itu tengah mencumbu leher putih Baekhyun.
"Emhh... Yeollie..." desaunya berkejaran dengan napasnya yang mulai putus-putus kala tangan Chanyeol yang sudah masuk ke dalam celana dalam milik Baekhyun.
Brett!
Kemeja yang Baekhyun pakai kini lagi-lagi kehilangan kancingnya. Selalu. Chanyeol selalu merusak kemeja yang Baekhyun pakai ketika mereka hendak bercinta, tak sabaran. Tapi biar saja, toh kemeja itu dibeli dari uang Chanyeol.
"As usual, you look so amazing Baekhyunie," bisik Chanyeol parau ditelinga memerah Baekhyun.
"And you, always look so hot, and big, daddy," balas Baekhyun dengan bisikan nakal yang sensual, tak lupa tangan si mungil yang kini memberi remasan pada p***s Chanyeol yang cepat sekali menegang - hanya pada Baekhyun tentu saja, catat itu.
Chanyeol lantas menyeringai, menurunkan ciumannya pada pucuk d**a Baekhyun, membuat sebuah rintihan-rintihan kecil keluar dari mulut tipis menggairahkan milik Baekhyun.
Dan tibalah ketika kepala Chanyeol di depan celana dalam Baekhyun, menciumnya sebentar, lantas menariknya dengan paksa dari sana, dan langsung memberikan oral pada Baekhyun yang hanya bisa mendelik dan langsung mendesah tak karuan setelahnya.
"Ugh, like that daddy. Eumhh..." Ini benar-benar sensasi yang gila. p***s kecil Baekhyun tentu saja terlahap sempurna dalam mulut Chanyeol, dan itu membuat Baekhyun merasa ia akan mencapai pelepasannya sebentar lagi.
"Chanhh, chann! C-cumm!"
Dan benar saja, Baekhyun langsung memuntahkan isi testitsnya didalam mulut Chanyeol yang langsung dilahap oleh pria Park itu. Namun tidak menelan semuanya lelaki itu membawa sprema Baekhyun yang ada di mulutnya untuk ia bagi pada Baekhyun melalui ciuman.
Rasa asin itu kini menjalari mulut mereka berdua, bercampur dengan liur entah milik siapa yang kini sedikit mengalir membasahi dagu mereka.
"Mengangkang Baekhyunnie," bisiknya sensual, dan tentu saja Baekhyun langsung menurutinya dan melebarkan kakinya.
Chanyeol menarik kepalanya dari wajah Baekhyun lantas menurunkan celana dalam yang masih bertengger di pinggulnya, yang kini langsung menyembulkan p***s besar berurat yang selalu berhasil menyentuh titik terdalam Baekhyun.
Chanyeol meludahkan liurnya yang tentu saja masih bercampur dengan sisa sprema Baekhyun yang masih ada dalam mulutnya, lalu melumuri penisnya dengan itu.
"Aku akan langsung memasukkannya, tak apa?"
Baekhyun hanya membalas dengan anggukan, mata sayunya menunjukkan bahwa ia juga tak sabar.
"Aku akan pelan-pelan," bisik Chanyeol yang bersamaan dengan itu mendekatkan penisnya pada lubang kemerahan milik Baekhyun.
"Arghh... Emhh!"
Chanyeol langsung membungkam mulut Baekhyun, berusaha mengalihkan rasa sakit dibawah sana. Dan untungnya p***s Chanyeol bisa masuk dengan sedikit mudah, walau dengan paksaan tentunya. Kalimat 'akan pelan-pelan' itu tentu hanya sebagai penenang. Karena jika dilakukan dengan pelan, tentu akan lebih menyakitkan tentu saja.
"Ugh... Bergerak Chanyeollie." Rengek Baekhyun.
Chanyeol tentu saja menyetujuinya dan langsung memompa penisnya keluar masuk dari lubang kesukaannya itu.
Desahan mereka terdengar memenuhi apartemen saling bersahutan. Seperti biasa, hingga Baekhyun sudah mengalami pelepasan ketiga, barulah Chanyeol mengalami pelepasannya juga dengan saling meneriakkan nama masing-masing.
"Chanyeollie..." ucap Baekhyun dengan napas yang terputus-putus, badannya masih tersentak kecil pasca o*****e.
"Hmm? Kau sangat nikmat Hyunnie..." balas Chanyeol dengan sedikit menambah intensitas eratan pelukannya pada tubuh Baekhyun.
"Dan jangan lupa, kita masih ada ronde-ronde berikutnya malam ini," lanjut Chanyeol dengan seringaian.