BAB 19

1151 Kata
EPISODE SEBELUMNYA   Melihat Ko Ji turun dari mobil sembari membawa senjata, pemimpin para perompak itu lantas tertawa senang sambil menodongkan pistolnya pada seorang bocah yang kini berada di tangannya.   “Kalian sudah kembali? Apa kalian membawa truk itu untuk mengangkut mayat-mayat  ini?”   Pemimpin perompak itu langsung tak merasa bersalah. Ia terus tertawa bahkan katanya berlinang airmata meledek Ko Ji dan yang lainnya karena telah melakukan hal yang sia-sia. Ko Ji yang mendengar dan menyaksikan itu, semakin tak bisa menahan diri lagi untuk tak maju ke depan menghadapi mereka.   “Kakak! Jangan ke sana! Mereka –“   Ucapan So Ji itu bahkan diabaikan oleh Ko Ji. Dalam keadaan siap ia segera melangkah masuk ke dalam kegelapan. Mata merahnya muncul. Memancarkan aura kesedihan dan kemarahan. Iapun segera mengacungkan linggisnya, tanda ia siap untuk berhadapan.   “Mati saja kalian semua!”   Meski dalam gelap, pemimpin perompak itu bisa melihat sesuatu. Mata merah menyala itu seperti pernah ia lihat. Dengan dan tanpa ampun, Ko Ji melesat secepat kilat berhadapan dengannya. Tak ada yang tahu pasti bagaimana Ko Ji bisa menciptakan kumpulan asap sehingga orang-orang tak bisa melihat apa yang sedang terjadi. Yang pasti, Ko Ji benar-benar marah dan kini ia melampiaskan itu semua dengan menyerang perompak-perompak tersebut tanpa ampun.   “Ka..kau –“   “Aku tidak akan membiarkanmu!”   Sebuah tembakan mengarah pada Ko Ji. Namun secepat angin, Ko Ji telah menghilang dari tempatnya. Lalu beberapa detik kemudian, suara pekikan seseorang menambah panic keadaan para perompak. Sebab dengan mudah, Ko Ji membuat anggota perompak itu pingsan setelah ia berani melayangkan timah panas ke arahnya.   Kemudian, Ko Ji berpindah. Kali ini ke anggota lainnya yang masih berusaha keluar dari asap. Namun usahanya sia-sia setelah mereka ditaklukkan dengan mudah dan cepat oleh Ko Ji. Tiba giliran pemimpin mereka, asap malah mulai perlahan pergi. Dan pertarungan biasa terjadi.   Ko Ji sengaja tak lagi menunjukkan kemampuannya karena gumpalan asap yang ia buat dari benda kaleng yang ia temuka – telah habis efeknya. Dengan sengit keduanya saling menunjukkan kemampuan mereka. Namun karena latar belakang pemimpin perompak ini juga tidak terlalu mahir taek won do seperti Ko Ji, tentu saja ia bisa cepat tumbang setelah Ko Ji menghamtamnya keras dengan linggis.   So Ji terperangah melihat kakaknya bisa senekat itu. Dan ia juga baru pertama kali ini melihat kakaknya berhadapan dengan manusia. Biasanya yang ia tahu, kakaknya hanya menyerang binatang liar yang suka merusak tanaman stawberrynya.   “A..apa yang terjadi?” tanya salah seorang dari mereka yang juga bingung melihat jatuhnya semua anggota perompak. Dan kini mereka malah menyaksikan aksi daripada keduanya yang berlangsung cukup sengit.   “Kau sebenarnya apa!” Alih-alih menjawabnya, Ko ji dengan mudahnya menekuk kaki perompak tersebut hingga membuatnya berlutut ke arah para korban yang ia habisi.   “Siapapun aku, apa kau masih layah disebut manusia setelah membunuh mereka semua? Jawab! Jawab aku!”   “Apa sekarang masih ada manusia yang tulus hatinya? Dunia sekacau ini takkan lagi akan kau temukan manusia beradap! Mereka semua satu persatu juga akan tamak dan serakah untuk kepentingan mereka masing-masing!”   Ko Ji sempat terlena dan terima dengan ucapan perompak tersebut. Biasanya, manusia akan berubah. Mereka bisa saja tak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Tapi juga sebagian dari itu, mereka memang secara sadar untuk menguasai kelemahan manusia lainnya. Itulah yang berbahaya dan mematikan seluruh umat manusia daripada serangan zombie ini.   “Tidak! Selama manusia masih memiliki hati nurani, mereka tidak akan lakukan itu! Jangan berasumsi, semua manusia itu sama!”   Perompak tersebut malah tertawa keras. Tanggapan Ko Ji itu seperti dianggap angin lalu olehnya. Ko Ji yang tak terima lalu berusaha membuat perompak tersebut berlutut sambil membungkuk sampai menyentuh tanah. Namun dengan keras pula ia bertahan.   “Kau..harus minta maaf dulu pada mereka!”   “Untuk apa? aku tidak akan menyesal –“ kata perampok berambut gimbal itu yang semakin menaikkan kadar emosinya yang semakin memanas.   Tanpa belas kasih lagi dan tanpa menunggu lebih lama lagi, Ko Ji melakukan serangan akhirnya. Namun di saat terakhir itu, So Ji muncul untuk menghentikannya.   “Jangan kak! Jangan lakukan itu.”   Ko Ji terdiam. Lebih tepatnya lagi terkejut dengan teriakan So Ji itu. . Kilatan mata merahnya memudar. Ia kini kembali ke sifat aslinya. Tak ada lagi gejolak amarah seperti sebelumnya. Ko Ji benar-benar tersadar meski ia masih tetap memendam kekecewaan atas apa yang dilakukan manusia yang ia tengah tangkap itu.   Perompak sadis itu lantas menyeringai. Menoleh ke belekang untuk melihat wajah Ko Ji yang tengah terdiam, “Kau sendiri pun, bukan manusia. Kan?”   Mendengar ucapannya, telinga Ko Ji mendengung hebat. Jika sebelumnya hanya terdengar bisik-bisik dari seseorang yang selama ini ia dapatkan, kali ini suara itu dibarengi dengan dengungan yang menyakitkan.   “Aku tahu. Aku pernah melihat orang sepertimu di suatu tempat. Dan dia memangsa manusia. Apa sebutan yang tepat untuk orang sepertimu? Yang mempunyai kekuatan berbeda,” ledeknya yang semakin mengkonfrontasi Ko Ji untuk mengingat posisinya.   Ia tahu bahwa dirinya berbeda. Namun saat orang lain yang mengetahuinya, hati Ko Ji terasa sakit dan takut bahwa ia akan dibenci. Lebih buruknya lagi, ia akan menyerang manusia dan menjadi jahat seperti yang perompak itu katakan.   “Aku tidak akan menjadi seperti itu,” balas Ko JI yang memutuskan untuk mengikat kedua tangan perompak tersebut lalu mengikat tubuhnya lagi ke tiang listrik dengan posisi terduduk.   Perompak tersebut tampak pasrah saja melihat mereke mengikatnya demikian. Lalu sejurus kemudian, ia kembali tertawa dan meringis melihat tawanan yang tembaki itu. Setelah asap benar-benar menghilang, So Ji dan yang lainnya datang menyusul. Mereka terkejut dengan semua perompak yang Ko ji ikat satu persatu di setiap tempat.   “Biarkan mereka di sini sampai para zombie itu menemukan mereka esok pagi,” ucap Ko Ji sembari mulai mengangkat tubuh-tubuh tawanan tak berdosa yang telah mereka bunuh.   So Ji dan yang lainnya tak bicara apapun tentang apa yang dilakukan oleh Ko Ji tersebut. Meski ada yang menyayangkan kenapa pemimpin perompak itu tak dibunuh. Selesai memakamkan mereka dalam satu liang lahat, Ko Ji dan yang lainnya mulai berencana untuk melanjutkan perjalanan sebelum pagi datang.   “Kalian tidak ikut ke barak bersama kami?”   “Kami minta maaf. Masih ada saudara kami di desa yang ingin kami bawa. Kami harus kembali ke desa terlebih dahulu.”   “Kalian akan aman jika mengikuti pos tentara. Semoga berhasil dan usahakan untuk menghindari kumpulan zombie,” pesan Ko Ji pada salah satu tawanan yang sebelumnya ikut serta dengan mereka.   Meski pertemuan mereka singkat, ada kesan yang mendalam yang mereka tinggalkan. Entah nanti akan bertemu kembali atau tidak, mereka semua menanti bahwa virus ini akan segera terkendali. Hingga semua, bisa kembali normal seperti sedia kala.   Dua mobil sudah menuju arahnya masing-masing. Para rombongan tawanan memilih menaiki truk bekas milik tentara untuk sampai ke pos pertempuran yang terlihat di arah barat. Sedangkan Ko ji dan adiknya, menggunakan mini bus biru menuju timur. Keduanya saling berjabat tangan sebagia tanda perpisahan lalu kemudian menuju kendaraan mereka masing-masing.   Kendaraan dengan perjalanan yang akan membawa nasib mereka ke depannya.   .   bersambung  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN