29.

890 Kata
Akhtar merasakan benar-benar tidak nyaman setelah telpon Vienza dimatikan oleh Vienza . "Tania, kau tahu kan kalau tadi Vienza yang menelpon ?" Tania mengangkat bahunya acuh. "Mana ku tahu, lagi pula kenapa ?" Akhtar mencengkram rahang Tania membuat Tania terkejut. "Jangan membuatku menyesal karena menikahi mu Tania." Akhtar melepaskan cengkeramannya dan pergi dari kamar yang dia pakai untuk menginap dirumah orangtua Tania ini. Jika kalian berpikir Akhtar menikmati malam pertamanya dengan Tania maka itu salah. Tidak sedikitpun Akhtar bisa melupakan Vienza, dia terus memikirkan bagaimana reaksi Vienza saat dia tahu Akhtar sudah menikah lagi tanpa sepengetahuannya. Bohong jika Tania tidak menggodanya dengan memakai lingerie seksi dan menyentuh seluruh sisi sensitif ditubuhnya. Tapi Akhtar seperti sudah mati rasa, karena yang dia pikirkan adalah saat-saat dia menghabiskan malam bersama Vienza. Akhirnya Akhtar memakai kamar lainnya dirumah Tania untuk dia mengistirahatkan tubuhnya. Dia tahu dia berdosa karena tidak menyentuh Tania yang sekarang sudah sah menjadi istrinya, tapi sungguh dia tidak bisa melakukan hal itu. Akhtar saat ini sudah berada diruang tengah, dia menelpon ayahnya untuk menanyakan keadaan Vienza. Ayahnya langsung mengangkat telponnya saat deringan pertama. "Ayah bagaimana keadaan Vienza?" Kau bertanya lagi ? Kupikir kau segera kembali setelah membaca pesanku. aku kecewa padamu Akhtar, kau membuatku malu . "Pesan ? Pesan apa maksud ayah .aku tidak membaca pesan apa pun." Diseberang sana ayahnya bingung kenapa Akhtar tidak tahu tentang pesan yang dia kirim. "Cari tahu kenapa pesanku tidak sampai untukmu. dan isi pesan itu adalah istrimu Vienza sedang dirawat dirumah sakit sejak semalam karena keguguran." Ada bom yang meledak dikepala Akhtar saat mendengar Vienza keguguran. Vienza mengandung anaknya, dan dia tidak bisa menjaga anaknya. Karena itukah Vienza menelponnya dengan nada yang sangat sedih. "Pulanglah segera Akhtar, Vienza baru saja menemui ku dan dia meminta kembali ke Fortania." "Lalu apakah ayah menyetujui dia meninggalkan Wieldburg?" "Ya, ayah terpaksa mengijinkannya karena hanya itu yang bisa membuat dia bahagia. Satu hal lagi yang perlu kau tahu Akhtar, Ghafur adikmu sudah tiba di Wieldburg." Tanpa basa-basi Akhtar mematikan telpon dan memanggil Thomas. Dia menyuruh Thomas menyiapkan semuanya, dia akan segera pulang. Tidak dengan mobil tapi helikopter. Dan sebelum pulang dia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Tania. "Tania... Tania....," teriak Akhtar didalam kamar Tania. "Ada apa sayangku..., kenapa seperti itu memanggil istri muda mu." Tania tersenyum dan duduk lalu memegang lengan Akhtar. "Akhtar... Kau tidak ingin menyentuhku, setidaknya menciumku?" Akhtar mencekik leher Tania membuat Tania susah bernafas. "Kenapa kau menghapus pesan dari ayahku." "Ak... Aku... Ti.. Tid... Ak... Ta.. Hu..." "Ckckckc.... Jangan berbohong Tania, hanya kau yang bisa melakukannya semalam. Dan kau pikir setelah apa yang kau perbuat aku bisa dengan mudah memaafkan mu." Tania memukul-mukul lengan Akhtar dan Akhtar melepaskannya. "Ingat Tania aku sudah menyelamatkan kehormatan keluargamu. Aku berbaik hati kepadamu karena kau sahabatku, tapi apa ini balasanmu." "Tap....." Akhtar langsung memotong ucapan Tania. "Jangan berharap aku menyentuhmu, karna aku tidak akan pernah melakukannya." Akhtar pergi begitu saja dan pergi dengan Thomas memakai helikopter yang sudah siap dibandara kota Yamun. Setengah jam jarak yang ditempuh Akhtar menuju kerajaan. Sesampainya di istana dia segera pergi kerumah sakit menggunakan mobil. Tepat saat mobilnya berhenti di depan rumah sakit dia melihat Vienza yang dengan wajah pucat duduk di kursi roda bersama Mahira dan keluarganya. Vienza menatapnya tanpa ekspresi seperti dulu. "Vienza," Lirih Akhtar ingin mendekati Vienza. "Ya." Vienza seperti menelan jarum saat menjawab panggilan yang hanya dapat dia dan Akhtar dengar. "Tinggalkan aku dan Vienza." Perintah Akhtar membuat semua orang meninggalkan mereka berdua. Termasuk Ghafur yang sudah menggenggam tangannya kuat-kuat, dia sangat ingin memukul wajah Akhtar saat ini. Setelah semuanya pergi Akhtar memandangi wajah pucat istrinya itu dari samping, sedangkan Vienza hanya menatap lurus kedepan. "Kau ingin kemana?" "Pulang." "Mau ku antar." "Aku sudah menyiapkan pesawat serta pengawal ku. Siti juga akan ikut bersamaku, istrimu akan membutuhkanmu disini." Akhtar mengerti Vienza sudah tahu, dan dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. "Tapi kau juga istriku." "Kau menganggapku setelah semuanya terjadi? Oh... Tuhan... Akhtar... Kau..." Vienza menggelengkan kepala dan tersenyum datar. "Vienza kembalilah ke istana, jika kau sudah baikan aku akan mengantarmu ke Fortania." "Tidak perlu baginda Raja, kau tidak membutuhkanku lagi. Jadi kurasa tidak perlu mengulur waktu. Maafkan aku tapi aku ingin pulang kerumahku. Maaf karena aku tidak bisa menjaga anakmu." "Baiklah jika kau ingin kembali ke Fortania. Aku tidak bisa memaksamu. Tapi biar kujelaskan." Akhtar benar-benar payah, dia tidak tahu lagi bagaimana cara mengatakan semua perasaannya saat ini kepada Vienza. Dia juga merasa bersalah karena membuat Vienza kehilangan calon anak mereka. "Tidak perlu menjelaskan, semuanya sudah jelas. Saat kau menikah lagi tanpa memberitahuku. Sudah sangat jelas bagiku." Vienza melihat Akhtar disebelahnya dan tersenyum kecil. "Aku tidak marah kepadamu, tidak baginda. Hanya aku butuh waktu untuk semuanya. Aku terima konsekuensiku sebagai seorang Ratu, termasuk membagimu dengan wanita lain nantinya. Lagi pula kita hanya teman bukan, jadi kau tidak perlu khawatir." Seperti mendapatkan tamparan yang cukup keras Akhtar merasakan perih sampai kehatinya. Dia diam ditempatnya dan tidak bergerak saat Vienza sudah memanggil pelayan untuk membawanya masuk kedalam mobil. Setengah pengawal kerajaan mengikuti mobil Vienza yang menuju bandara. Dan yang tersisa didepan rumah sakit menunggu Akhtar bereaksi. Bahkan Yang Mulia Omar dan istrinya hanya melihat Akhtar dari kejauhan. Hanya Mahira dan Ghafur yang mengikuti mobil Vienza. Jika ada yang berkata aku pengecut maka itu benar, aku bahkan tidak berani mengatakan aku jatuh cinta padanya saat terakhir kali kami bertemu. Tbc ??? Sampai bertemu lagi ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN