Jingga memeluk papanya. Selalu saja papanya yang bisa menuntunnya keluar dari setiap masalah. Sesempurna itu Ibra di mata para anak-anaknya, hingga sampai tanpa sadar bagi Jingga kriteria pria yang dianggapnya pantas jadi pendamping adalah yang seperti papanya. Mungkin itu juga yang membuatnya belum yakin menerima ajakan untuk sebuah hubungan yang serius dari Gala. “Sana bicara dulu dengan Gala! Jangan ngegas terus. Sesekali dengarkan dia, bukan cuma minta Gala nurut dan mendengar apa maumu!” ujarnya. “Hm,” angguk Jingga bergegas bangun dan melangkah mencari Gala. Mereka menghela nafas panjang. Paham, tidak semudah itu menuntun langkah anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa dengan semua pemikiran dan prinsip mereka yang tentu berbeda-beda. Kembali ke rumahnya sendiri yang lengang, Jin