“Kita harus bicara, Nak!” Ivanka menahan lengan anaknya, “Mama dan Papa ingin menjelaskan sesuatu sama kamu.” Erlangga masih terdiam. Tak berniat melihat wajah ibunya. “Duduk sini, Nak,” ajak Ivanka menepuk sofa di sebelahnya. Lalu setelah berpikir beberapa saat, Erlangga pun duduk di samping ibunya. “Maafkan Mama,” ucap Ivanka dengan suara gemetar. Erlangga menoleh. “Mama tahu Mama salah, Mama selalu mengabaikan kamu. Tapi kamu harus tahu, Mama sayang sama kamu. Sangat sayang.” Ivanka mengusap kepala Erlangga dengan air mata yang membendung di kedua pelupuknya. Erlangga terdiam, menunduk. Ini usapan pertama setelah sekian tahun ia tidak merasakannya. “Rey, sini, Nak!” panggil Ivanka. Reynan keluar dari kamarnya, membuat Erlangga beranjak ingin pergi dari ruang tamu i