Kebencian Oma

1059 Kata
Karena pikirannya yang mulai kacau balau, kini Leonard tepikan mobilnya. Ia pukuli stir mobilnya dengan cukup keras. Juga ia benamkan wajahnya disana. Ia benar-benar merasa bagai manusia yang paling menyedihkan di dunia. Sebab sosok seorang Ibu yang seharusnya dapat mengasihinya juga mencintainya. Justru adalah orang yang paling membenci dirinya juga bagaikan seorang musuh terbesar dalam hidupnya. "Kenapa engKau takdirkan aku terlahir dari seorang wanita yang begitu egois juga angkuh sepertinya Tuhan! Mengapa engKau lahirkan aku kedunia jika aku hidup hanya untuk disakiti! Lebih baik aku tak pernah terlahir didunia ini! Lebih baik aku tak pernah ada! Aaaaaargh!!" umpat Leonard yang semakin merasa begitu muak pada hidupnya sendiri. Setelahnya, Leonard kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Sebab kini waktu tengah menunjukan pukul delapan pagi. Dan sebentar lagi meeting akan segera dimulai. *** Lyora baru saja selesai diperiksa oleh dokter. Dan ia sangat merasa bersyukur karena hari ini ia sudah diperbolehkan untuk kembali pulang. "Alhamdulillah dok jika saya sudah diijinkan untuk pulang. Terimakasih ya dok," ucap Lyora seraya tersenyum bahagia. "Iya Mbak sama-sama. Kalau begitu saya permisi," jawab dokter. "Oh iya baik dokter silahkan," ucap Lyora. 'Alhamdulillah, akhirnya gue pulang juga. Meski pun pasti Oma bakal omelin gue lagi. Tapi setidaknya gue bakal segera kerja dan gak nyusahin Oma lagi,' gumam Lyora dalam hati seraya dengan bersemangat mulai mengabari sang Oma via w******p jika ia sudah diperbolehkan untuk pulang hari ini. [Assalamu'alaikum Oma. Alhamdulillah hari ini Lyora sudah diperbolehkan untuk pulang. Tunggu Yora ya Oma. Wasaalamu'alaikum.] [Assalamu'alaikum Bu Kinan Alhamdulillah saya sudah diperbolehkan untuk kembali pulang hari ini. Insyaallah besok saya akan mulai bekerja Bu. Terimakasih banyak ya Bu atas segala bantuannya. Wasaalamu'alaikum.] tulis Lyora seraya tersenyum bahagia. Dengan bersemangat Lyora mulai mengemasi barang-barangnya. Meski pun saat ini selang infus masih terpasang dilengannya. Namun Lyora tetap berusaha untuk mandiri karena jika benar Omanya akan datang menjemputnya, maka Oma tak akan repot lagi untuk membantunya. Tok..tok..tok..tok.. Baru saja Lyora selesai mengemasi semua barang-barangnya. Ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Lyora. Ia berharap itu Oma, namun sayang ternyata seorang suster yang akan melepaskan selang infusnya yang saat ini datang menghampirinya. Saat Lyora memeriksa ponselnya, tak ada satu pun pesan balasan yang berasal dari Oma. Melainkan hanya dari Bu Kinan. Hingga kini airmata Lyora mulai mengalir begitu saja. [Wa'alaikumussalam Lyora. Alhamdulillah jika begitu Nak. Tapi kalau besok belum bisa masuk nggak apa-apa tidak usah dipaksakan. Sama-sama ya Nak, semoga kamu segera pulih ya Nak dan kita bisa kerja sama-sama lagi.] Pesan balasan dari Bu Kinan selalu saja berhasil membuat bati Lyora terasa tenang. Ia juga merasa begitu bahagia sebab Bu Kinan selalu saja bersikap lembut dan penuh kasih sayang kepadanya. Layaknya seorang Ibu kepada anaknya sendiri. "Ya ampun Mbak saya cabut jarumnya terlalu keras ya Mbak. Maaf ya Mbak. Mbaknya sampai menangis begitu menahan rasa sakitnya," ucap suster tak enak hati. "Oh, Ya Allah enggak kok sus. Saya emang rada cengeng orangnya. Gak betah sakit hehe," jawab Lyora seraya tersenyum dan menyeka airmata dipipinya. "Oh begitu hehe. Tapi Alhamdulillah ini sudah selesai kok Mbak," jelasnya lagi. "Oh iya sus Alhamdulillah. Terimakasih banyak ya suster," ucap Lyora. "Iya Mbak sama-sama. Semoga lekas pulih ya Mbak Lyora. Saya permisi," pamit suster. "Aaamiiin. Mari sus silahkan," jawab Lyora seraya tersenyum. Kini Lyora mulai kembali membalas pesan dari Bu Kinan dengan senyuman manisnya. [Aaamiiin Yarabbal Aalamiiin. Sekali lagi terimakasih banyak ya Bu Kinan. Saya mohon maaf ya Bu karena saya terlalu banyak merepotkan Bu Kinan.] Saat ini Lyora mulai merasa bingung, sebab ia tak tahu harus membayar pakai apa uang administrasinya nanti. Karena tabungannya sudah terkuras habis untuk biaya kuliahnya. Sehingga hanya sedikit uang yang ia pegang saat ini. "Astaghfirullah gue lupa, kan gue udah gak ada uang lagi ya sekarang. Apa nanti gue coba pinjam uang ke Oma aja ya kalau Oma datang. Tapi kalau Oma gak datang gimana," monolog Lyora yang mulai cemas jika Oma akan semakin marah padanya. Tok..tok..tok.. Ceklek.. Kini Oma mulai memasuki ruangan Lyora. Dan tentu dengan ekpresi wajah yang sinis juga tatapan penuh kebencian kepada Lyora. Dan sungguh hal itu membuat Lyora menjadi takut untuk mengatakan kepada Oma jika ia ingin meminjam uang untuk biaya rumah sakit kepadanya. Hingga kini Lyora putuskan untuk mengajaknya bicara terlebih dahulu. "Makasih ya Oma udah mau jemput aku. Aku kira Oma sudah ke kantor tadi," ucap Lyora seraya menyalaminya takzim. "Oma kesini karena Oma hanya ingin memastikan jika kamu sudah benar-benar sehat. Yasudah kalau begitu. Kamu naik ojek online saja, Oma mau kekantor," jawab Oma dengan sinis seraya hendak berlalu. Namun Lyora lebih dulu memegang lengan Oma. "Oma tunggu. Ada yang ingin Lyora bicarakan sama Oma," ucap Lyora hati-hati. "Ada apa lagi? Ini Oma sudah kesiangan gara-gara kamu!" bentak Oma yang lagi-lagi membuat Lyora kembali menahan tangisnya. "Mm mmaaf Oma. Tapi sekarang ini Lyora sedang bingung. Karena Lyora sudah gak punya uang simpanan lagi Oma untuk melunasi administrasi perawatan Lyora disini," ucap Lyora dengan begitu gugup. Oma mendengkus kesal seraya menatap Lyora dengam begitu tajam. "Lalu kamu mau apa? Kamu mau Oma yang menanggung semuanya?" "Bukan Oma bukan begitu, tapi aku cuma kepengin pinjam uang saja sama Oma. Nanti kalau Lyora sudah gajian akan langsung Lyora ganti kok uangnya. Lyora janji Oma," "Kapan sih kamu berhenti menyusahkan saya! Saya bukan mesin atm yang bisa kamu mintai uang seenak kamu mengerti!" bentak Oma yang lagi-lagi membuat d**a Lyora terasa begitu sesak. Tok..tok..tok.. Ceklek.. "Assalamu'alaikum," salam Bu Kinan seraya tesenyum. "Wa'alaikumussalam," jawab Lyora dan Oma bersamaan. Kedua mata Oma membulat melihat kedatangan Bu Kinan. Sebab ia merasa malu disaat ada orang yang mengetahui kekejamannya terhadap Lyora didepan orang lain. Sehingga wajah Oma menjadi merah padam sebab menahan amarah serta rasa malunya. Sejak tadi pun sebenarnya Bu Kinan sudah datang dan mendengar pembicaraan diantara Oma juga Lyora yang sungguh menyedihkan saat perkara uang yang membuat hati Lyora begitu tersakiti. "Selamat pagi Bu Kinan," sapa Oma dengan terpaksa. "Oh iya Oma ... selamat Pagi," jawab Bu Kinam seraya tersenyum begitu manis. "Terimakasih banyak ya Bu karena Ibu sudah menolong juga membawa cucu saya kerumah sakit tepat waktu," ucap Oma yang berusaha selembut mungkin. "Oh iya Oma sama-sama. Memang sudah tugas saya sebagai atasan Lyora yang harus memperhatikan karyawan saya. Apalagi Lyora ini karyawan terbaik di toko," jelas Bu Kinan yang entah mengapa begitu menyentil hati Oma. *** To be continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN