Kini waktu sudah menunjukan pukul enam sore. Sama seperti malam kemarin, setelah Lyora selesaikan salat Magribnya. Kini sudah kembali ia dihampiri oleh seorang MUA yang akan kembali meriasnya. Selama wajahnya dirias, lyora hanya menatap kosong kearah wajahnya. Bagai sebuah boneka yang tak memiliki daya, bahkan bagai raga yang sudah tak lagi bernyawa. Dirinya terasa sudah mati bersamaan dengan asa dan mimpinya yang ia rasa sudah tak lagi dapat diraihnya. Sebab salah satu mimpi Lyora, ingin ia dapat membangun sebuah perusahaan seperti sang Oma dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Ingin ia tunjukan kepada sang Oma jika ia juga mampu menjadi perempuan mandiri, bisa hidup bahagia tanpa harus meminta bantuan dari seorang lelaki kaya raya. Namun nyatanya, kini ia harus terjebak hidup bersama de