Sebuah Lagu

1802 Kata

"Apa, Pak?" tanyaku dengan mata terbelalak. Wajah Pak Ravi tampak memerah. Mungkin menahan rasa tak enak hati karena sudah mengungkapkan sesuatu yang menyangkut hati. "Iya, Lin, saya suka dengan kinerja kamu, kejujuran kamu, dan ...." Kalimatnya menggantung. "Dan ...?" tanyaku penasaran. "Dan ... kecantikan kamu," ucapnya serius. Aku memalingkan muka. "Terima kasih atas pujiannya, Pak. Tapi saya hanyalah manusia biasa yang banyak kekurangan," jawabku sambil menunduk. ""Ini bukan pujian, Lin, tapi fakta," lanjutnya lagi. Aku menyunggingkan seulas senyum. "Apa, ada hal lain yang mau disampaikan lagi mengenai tugas saya nanti?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Pak Ravi tampak mengembuskan napas kasar. Mungkin dia kecewa dengan sikapku. Tapi ... aku tidak ingin memperkeruh su

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN