Rani melangkah memasuki kelasnya, Arba mengiringi langkahnya.
Sejak mereka bertemu di halaman sekolah tadi, Arba sudah membujuknya untuk datang ke acara ulang tahun Jasmin teman sekelas mereka.
Tapi Rani tetap menggelengkan kepalanya, ia tidak berani meminta ijin pada Raja.
"Nanti biar aku yang bicara langsung dengan Om Raja, aku akan minta ijin agar bisa pergi denganmu Rani" bujuk Arba lagi. Rani tetap menggelengkan kepalanya untuk menolak permintaan Arba.
"Kenapa Ran?"
'Tidak apa-apa' gerak bibir Rani mengatakan itu.
"Kamu takut tidak diberi ijin ya?"
Rani menggelengkan kepalanya.
'Maaf, aku tidak ingin pergi' jawab Rani.
Arba menghempaskan nafasnya dengan kuat, ada rasa kecewa di dalam hatinya.
Rani sengaja menolak Arba, karena ia tahu Jasmine suka dengan Arba, Rani tidak ingin membuat Jasmine kecewa disaat hari ulang tahunnya, lagipula belum tentu juga Raja mengijinkannya pergi.
*
Pulang sekolah hari ini, Raja ikut menjemputnya bersama Pak Japri. Rani tidak tahu kenapa Raja tidak pernah sekalipun mengendarai mobilnya sendiri, selalu sopir yang mengantarkan kemanapun ia pergi.
"Kita mampir ke butik sebentar" kata Raja setelah Rani masuk kedalam mobil.
'Mau apa' gerak bibir Rani bertanya.
"Kita mendapat undangan pesta ulang tahun anak dari sahabat Ayahku, Ayah meminta kita untuk datang ke sana"
'Kamu tidak malu pergi denganku?' Gerak bibir Rani mengatakan itu.
"Tidak, kalau kamu mau berdandan, aku akan membelikanmu pakaian, dan akan memanggil jurus rias untukmu sore ini"
Rani hanya diam mendengar ucapan Raja. Ia yakin dibantahpun Raja akan tetap memaksakan kehendaknya.
*
Rani sudah selesai di dandani, ia keluar dari kamar, dan menemui Raja yang sedang menelpon di dalam kamarnya.
Raja selesai berbicara ditelpon dan memutar tubuhnya.
Raja menatap Rani dari ujung kaki sampai puncak kepalanya.
Raja melangkah mendekati Rani, jemarinya menyentuh rambut yang menjuntai di sisi kiri dan kanan wajah Rani.
Diangkatnya dagu Rani dengan jari telunjuknya, wajah Rani mendongak menatapnya. Mata mereka bertemu saling tatap, Raja nembungkukan badannya sedikit, wajahnya turun perlahan, seiring wajah Raja yang semakin dekat, mata Rani perlahan terpejam.
Bibir Raja menyentuh bibir Rani dengan lembut. Dikulumnya perlahan bibir Rani, digigitnya bibir bagian bawah sehingga Rani membuka mulutnya dan Raja menyusupkan lidahnya ke dalam mulut Rani.
Kali ini ciumannya bersambut, meski Rani hanya mengikuti ritme gerakan bibirnya, tapi Raja senang ciumannya mendapatkan respon dari Rani.
Raja lupa kalau mereka harus segera berangkat ke pesta, jemarinya mulai menyusuri punggung Rani, mencari ujung teratas restleting gaun Rani yang ingin ia turunkan.
Suara getar pesan masuk ke ponsel di dalam tas Rani mengagetkan mereka berdua. Raja melapaskan ciumannya, keningnya berkerut dalam.
Sementara Rani segera mengambil ponselnya.
"Pesan dari siapa?" Tanya Raja tajam.
Rani menggelengkan kepalanya, ingin mematikan ponselnya, tapi Raja merebut ponsel itu dari tangannya.
Raja membaca pesan di layar ponsel Rani.
Selamat malam Rani.
Sampai saat ini aku masih berharap kamu mau pergi denganku.
Aku berharap kita bisa lebih dekat lagi, aku tunggu jawabanmu.
Raja membaca nama yang tertera sebagai kontak si pengirim pesan.
"Arba!" Gumamnya.
Rani menundukan wajahnya, ada rasa takut di dalam hatinya.
Raja menghela nafas berat, diserahkannya kembali ponsel itu ke tangan Rani.
'Tidak adil rasanya, jika aku mengebiri kebebasannya, mengekang masa remajanya, Rani berhak bergaul dengan teman sebayanya, berhak merasakan cinta pertamanya, berhak memilih yang terbaik untuknya' batin Raja.
Rani kembali menarik nafas berat.
"Apa kamu ingin pergi dengan Arba malam ini?" Pertanyaan Raja, mengagetkan Rani. Rani menggelengkan kepalanya.
'Kenapa dia bertanya seperti itu setelah menciumku? Dasar tidak punya perasaan!' rungut Rani di dalam hatinya.
"Baiklah, sebaiknya kita pergi sekarang!" Raja memakai jasnya yang tergeletak di atas ranjang. Rani hanya menganggukan kepalanya, dan mengikuti langkah panjang Raja menuruni tangga.
*
Rani benar-benar tidak menduga kalau pesta yang ia datangi bersama Raja di sebuah hotel bintang lima, adalah pesta ulang tahun Jasmin.
Tidak dapat dielakan, ia harus bertemu teman-teman sekolahnya di sana. Raja membiarkan saja Rani berkumpul bersama teman sekolahnya, sementara ia sendiri sibuk meladeni pembicaraan beberapa teman wanitanya yang juga merupakan relasi bisnis orang tua Jasmin.
Meski begitu mata Raja sesekali tetap mengamati Rani dari kejauhan. Dia tidak ingin Rani lepas begitu saja dari pengawasannya.
Raja melihat Robby datang bersama teman wanitanya, mereka saling menyapa, Raja berusaha menahan rasa marah yang sudah ia simpan sejak kejadian Robby meninggalkan kiss marknya di tengkuk Rani.
Setelah saling menyapa dengan Robby, Raja kembali melayangkan pandangannya ke arah di mana tadi Rani berada, tapi matanya tidak menangkap sosok Rani di sana. Raja langsung melangkah mendekati teman-teman Rani.
"Kemana Rani?" Tanyanya tanpa basa basi lagi.
"Ke toilet Om" jawab salah satu teman Rani.
"Sendirian?" Tanya Raja lagi.
"Ditemani Arba"
"Ditemani Arba!" seru Raja, tidak bisa menahan kegusaran dalam suaranya.
"Iya Om, nah itu mereka" tunjuk teman Rani ke arah Rani dan Arba.
Raja mendekati Rani dan Arba.
Rani tersentak kaget karena Raja menghalangi jalannya.
"Ikut aku, aku ingin memperkenalkan kamu kepada teman-temanku" Raja menarik Rani tanpa menghiraukan tatapan bingung dari Arba dan teman Rani yang lainnya.
Raja memang membawa Rani untuk diperkenalkan sebagai keponakannya kepada teman-temannya. Mereka duduk melingkari sebuah meja.
"Kalau tahu ada keponakan secantik ini di rumahmu, aku pasti akan sering datang ke rumahmu Raja" kata Rafhael saat Raja memperkenalkan Rani kepadanya.
"Aku juga tidak keberatan kalau harus memanggilmu Om Raja" kali ini Ilham yang bicara.
"Jangan mau jadi pacar mereka Ran, jadi pacar Mas Dicky saja, dijamin bahagia" kata Dicky dengan pandangan yang membuat Rani tersipu malu.
"Kalian ini! Dia masih SMA belum boleh pacaran, kalian cari saja cewek yang seumuran, jangan menggoda keponakanku!" seru Raja sengit.
"Kemarahanmu terdengar bukan seperti kemarahan seorang Om yang keponakannya digoda, tapi persis cowok yang marah karena pacarnya di goda" kata Rafhael pada Raja.
"Jangan-jangan Raja suka juga sama keponakannya sendiri" sahut Ilham.
"Ya Tuhan, kalian ini bisa tidak diam, itu acara segera dimulai!" Raja mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.
Rani melirik wajah Raja yang tampak kesal.
'Dia itu cemburu atau apa ya? Hhhh membingungkan sikapnya!' Batin Rani.
Raja yang merasa Rani mengamatinya menolehkan kepalanya kepada Rani.
"Ada apa?"
Rani hanya menjawab dengan gelengan kepalanya.
Saat Rani tidak sengaja melihat Robby ada di sana juga, wajahnya jadi sedikit memucat. Raja mengikuti arah pandangan Rani. Diraihnya jemari Rani yang ada di atas pangkuan Rani.
"Jangan takut, ada aku bersamamu" bisik Raja pada Rani. Rani menatap wajah Raja, pandangan mereka bertemu, Rani merasa ia bisa mempercayai janji Raja untuk menjaganya dari kebejatan Robby.
*