"Ma! Bukannya kita sudah sepakat nggak membahas itu lagi?" protes Aksa di kursinya. "Aksa! Mama baru tahu kalau dia karyawan di florist ini. Ayolah, apa yang kamu pikirkan sampai bisa memutuskan hal separah itu?" "Parah apa sih, Ma? Aku menyukai gadis cantik, cerdas dan mandiri sepertinya. Apa aku salah kalau soal status sosial saat itu sama sekali tak masuk dalam pertimbanganku? Apa itu harus?" "Ya harus, dong. Tanyakan pada semua orang. Mereka juga pasti melihat bibit, bebet dan bobot dari gadis yang ingin dijadikan istri. Kecuali ... kalau kamu hanya ingin sebatas bermain-main saja dengannya." "Ma! Mana mungkin Aksa mau mempermainkan anak gadis orang? Aksa serius sama Niar meski sampai sekarang dia bahkan belum mengakuiku sebagai pacar," ungkap Aksa kelepasan bicara. "Astaga! Kamu
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari