"Den Aksa, ada telepon dari Tuan," ucap seorang wanita tua pelayan rumah tangga yang telah lama mengabdi di keluarganya. Bik Atun mengulurkan telepon wireless kepada Aksa yang beranjak duduk dari posisi rebahannya. "Iya, Pa?" jawab Aksa di gagang teleponnya. "Kamu masih tidur, Sa?" Suara di seberang yang bernada menuduh seketika menyulut emosi Aksa sampai ke ubun-ubun. Selalu saja begitu. Papanya tak pernah tidak meremehkan dan memandang rendah dirinya. Bahkan setelah apa yang diperbuatnya selama ini sebisa mungkin agar pria itu terkesan, sama sekali tak berarti. "Sudah bangun, Pa. Apa ada yang gawat sampai Papa menelepon?"tanyanya sarkasme. "Apa maksudmu ada yang gawat? Papa hanya mau memastikan kamu sudah bangun untuk mewakili Papa datang di acara peresmian pembukaan kantor cabang te