Hari itu Niar pulang dengan masih kepikiran tugasnya. Dia memang sudah menegaskan kalau tak akan menyetujui begitu saja misal ancaman Aksa untuk membatalkan kontrak sepihak hanya gara-gara gagal eksekusi tugas aneh itu benar-benar terlaksana. Namun, sebagai bukti profesionalitasnya, ia sangat ingin berhasil dalam tugas itu. Paling tidak, dirinya mampu belajar dengan tepat dan cermat agar dapat berbangga diri di hadapan Aksa. "Ish, mikirin Aksa selalu membuatku lapar," gerutu Niar sambil menyendokkan nasi pecelnya ke mulut dengan ekspresi gemas. Esti yang duduk di depan TV spontan memperhatikannya dan bertanya heran, "Makan apa, sih? Kayak sambil sebel banget gitu?" "Pecel Pincuk Bu Sri," jawab Niar sambil mengunyah nasi pecelnya. "Kok pake geregetan segala? Kan itu kesukaanmu?" "Ge