5 PSIKOPAT

865 Kata
"Ganti!" ... "Jelek!" ... "Terlalu besar!" ... "Tidak cocok!" "GANTI!" "Arggh apasih maumu.....kau saja yang pakai sendiri! Aku tidak mau mencobanya lagi!" Kesal Rea akhirnya memukul dinding yang dia lewati. Rea menggeram ini sudah 10 kali ia bergonta-ganti gaun dan semuanya tidak ada yang di setujui laki-laki itu. Rea sudah begitu mendidih hampir 2 jam disini belum juga mendaparkan hasil. Rea fikir hanya ada kak Miranda saja ternyata adik berengseknya juga datang, dia duduk santai di sofa seraya mensesap minumannya sementara Rea sedari tadi mondar-mandir dibuat seperti boneka yang harus pasrah begitu saja. Ini gaun yang terakhir, jika tetap laki-laki sialan ini tidak setuju Rea bersumpah dia akan pergi sekarang juga, karena Rea lihat kak Miranda sedang di luar sibuk dengan panggilan di ponselnya. Ini adalah gaun yang ke sebelas, berwarna putih, lumayan terbuka di area atas memperlihatkan jelas bagian pundak hingga atas, di bagian d**a Rea terlihat paduan tile yang lembut dan sedikit taburan Swarovski juga sedikit taburan bunga. Rea berjalan keluar lagi dengan wajahnya yang sudah sangat cemberut lalu berdiri memperlihatkan pada Kelandru. Lelaki itu terperangah netranya tidak berkedip menatap wujud wanita cantik, anggun dan sangat sempurna di hadapannya itu. Sedari tadi dia memang sudah dibuat kagum hanya saja gaun ini paling baik dan yang paling cocok untuk Reana di matanya. Karena tubuh Reana yang sedikit kurus jadi Kelan fikir dia lebih cocok menggunakan gaun yang tidak terlalu banyak pernak-pernik, gaun ke sebelas ini berdesai simple namun terlihat mewah saat di kenakan. "Aku sibuk, jika kau tidak memilih biarkan aku memilihnya. Kau fikir tidak berat memakai gaun-seperti ini?" "Ka-kau fikir aku tidak sibuk? Kau fikir aku mau berada di tempat bodoh ini?" "Kak Miranda! Adikmu dan pacarnya bersekongkol..." Segera Kelandru bangkit, "Eh-eh apa yang mau kau katakan! Kau sudah menyepakati ya. Aku juga akan membuat kedua orang tuamu naik jabatan, dan kau... aku akan membayarmu." "Aku tidak butuh ini, kau fikir kedua orang tuaku gila jabatan ha? Aku melakukan ini karena Sania sahabatku, ini agar kedua orang tuamu diam dan berhenti menghakimi kekasih sialannya ini kemudian setelahnya mereka bisa tenang berduaan." Kelandru terkekeh, "Dan kau fikir aku mau menikahi orang sepertimu? Kau sedikitpun tidak masuk dalam kriteriaku." "KAU FIKIR AKU PEDULI!" Pekik Rea, "Aku mau pulang, batalkan the fùcking married ini." Rea menghentak-hentakkan kakinya pergi kembali ke rungan ganti. Kelandru mengusap dahinya frustasi, pernikahan mereka tidak boleh batal, Sania belum mendapatkan balasannya. Kelan kemudian berjalan menuju ruangan ganti dan mengetuk disana."Maaf, aku minta maaf. Tolong jangan dibatalkan, persiapan sudah 98% gedung, catring dan semua apapun itu sudah selesai. Kedua orang tuamu bahkan akan tiba malam nanti bukan? Tolong sekali ini saja." Rea mendengar jelas itu namun ia tidak menggubrisnya segera memakai pakaian miliknya lagi dan bersiap keluar. "Keland? sudah?" Tanya Miranda yang datang kembali. "Ah...iya sudah. Pilihan kami jatuh pada gaun yang terakhir, sudah selesai bukan? Aku dan Reana harus pergi." "Tentu saja belum kita wedding rehearsal bertemu wedding plannernya dulu supaya semuanya berjalan lancar." OH MY GOSH Rea menggeram didalam sana, kenapa penderitaan ini seperti tidak berkesudahan. Rasanya ia ingin sekali mencekik lelaki itu Rea mengatur nafas perlahan untuk menetrlakan diri sampai kemudian dia akhirnya keluar dari ruangan itu. "Kak Miran!" "Sudah darling? Pilih yang terakhir ya?Apapun itu yang penting kalian berdua suka Ayo kita ke hotel melihat keadaan dan melakukan wedding rehearsal, setelah itu kamu bisa kembali ke kamar pengantin melakukan perawatan, orang-orang saya akan datang kesana. Dan satu lagi setelah ini kalian jangan bertemu dulu sampai acara, ayo pergi sekarang." Rea mulai menggerutu saat Miranda sudah berjalan duluan, "Jangan bertemu dulu, salah! Harusnya jangan bertemu lagi." "Kau fikir aku ingin." Jawab Keland yang mendengar itu dan meninggalkan Rea. Rea mengepalkan tanganya kuat rasanya ingin sekali meninju laki-laki sialan ini, "Ehem... ponselmu tertinggal." Keland segera berhenti meraba saku-sakunya, lalu melihat ke arah dimana tadi duduk. "Tertinggal?" "Tertinggal di neraka dan harusnya kau disana juga." umpat Rea menyeringai lebar meninggalkan Kelandru lebih duluan. "Dasar gadis kurang gizi." Setalah mendapatkan ponselnya Kelandru segera menyusul Miran dan dan Rea, disana Rea akan naik ke mobil Miranda namun kakak Kelandru itu meminta Reana untuk naik mobil Kelandru saja sebab dia harus mampir ke sebuah tempat lain lagi. "Bye, kakak duluan ya Rea. Jangan mampir-mampir segera ke hotel." Mobil Miranda segera pergi dari sana. Rea mau tidak mau menunggu si sialan yang sengaja memperlambat langkahnya itu. "Kenapa kau tidak pergi?" Tanya pria itu yang melihat Reana di tinggalkan Miranda. disana. "Menunggu malaikat pencabut nyawa! Cepat buka mobilmu." "Naik taksi saja, aku tidak suka berbagi udara dengan orang asing." "Ide bagus." Rea pun segera berjalan pergi. "Eh... eh... nona kurang gizi! Jangan mencari keributan naik sekarang." Kelandru mengumpati pelan Rea. "Sialan sekali dia, terus bertingkah seolah dibutuhkan saat ini. Jika tidak karena membalas Sania, sudahku lemparkan kau di jurang sekarang juga." "Kau mengataiku?" "Kau fikir kau siapa?" Kelan segera masuk kedalam mobilnya, ia kemudian menyalakan music Rnb yang begitu kencang dan segera menjalankan mobilnya sengaja ingin menyiksa si gadis angkuh ini. "Nikmati darling, bersiaplah muntah darah setelah turun dari sini." "Andai saja membunuh di legalkan! Argggh sudah aku bunuh kau dan Sania lalu meleparkan jasad kalian berdua ke dalam..." "Ternyata selain kurang gizi kau juga psikopat." Hahah Kelandru malah tertawa melihat Reana yang begitu dendam padanya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN