Semilir udara masih terlalu dingin untuk dirasakan. Pantulan cahaya yang berasal dari ufuk timur masih belum terlalu menyilaukan berusaha memasuki celah-celah rumah dan menerjang dinding kaca. Pria tampan tersenyum seorang diri duduk di kursi malas pinggir kolam menikmati secangkir kopi panas.
“Anna, Anna.” Yuna membuat kehebohan di pagi hari mencari Anna.
“Oh Shit.” Lee kesal, ia meletakkan kopi di atas meja dan beranjak dari kursi.
“Apa yang kamu lakukan? mengacaukan pagi hari yang tenang!” Lee menatap tajam pada Yuna yang masi terlihat berantakan.
“Oppa Lee.” Yuna tersenyum manja dan mau memeluk tubuh tinggi Lee.
“Menjijikan.” Lee menahan Yuna dengan tangannya.
“Oh God, aku harus mencari Anna.” Yuna pergi meninggalkan Lee.
“Kamu tidak akan menemukannya.” Lee kembali duduk dengan santai.
“Apa Anna sudah pulang?” Yuna berlari menuju garasi mobil.
“Apa, dia benar-benar tidak memperdulikan diriku dan lebih mementingkan temannya.” Lee kesal, ia beranjak dari kursi dan menyusul Yuna.
“Kenapa dia meninggalkan diriku?” Yuna kebingungan.
“Aku menggangu dirinya.” Lee berbisik di teling Yuna.
“Apa?” Yuna menatap Lee.
“Oppa tidak suka dekat-dekat dengan wanita kenapa bisa mengganggu Anna?” tanya Yuna heran, ia tahu temannya tidak mungkin menggoda Lee.
“Dia berbeda.” Lee tersenyum dan berjalan meningggalkan Yuna.
“Oppa.” Yuna berteriak dan mengikuti Lee berjalan menuju ruang makan.
“Lee Sayang, kamu sudah bangun.” Mama mengusap rambut Lee.
“Ya.” Lee duduk berhadapan dengan Papa.
“Yuna, dinama teman kamu?” tanya Mama.
“Dia sudah pulang.” Lee menikmati Dakjuk sebagai sarapannya.
“Pulang.” Mereka serempak dan menatap Lee yang menghentikan gerakan tangannya karena terkejut.
“Ya, dia pamit pada diriku karena kalian semua sudah tidur.” Pria itu kembali melanjutkan memakan Dakjuk
“Apa Oppa bertemu dengan Anna?” tanya Yuna.
“Habiskan sarapan kamu, aku akan mengantarkan kamu pulang.” Lee selesai sarapan dan beranjak daari kursi berjalan kembali ke taman.
“Bibi, Oppa mengusirku.” Suara Yuna terdengar lembut.
“Makanlah.” Mama Lee menyentuh tangan Yna.
“Lee mengganggu teman Yuna.” Papa melihat kearah Mama dan Yuna.
“Apa?” Dua wanita itu kompak bertanya.
“Sayang, Lee sudah dewasa, dia tidak akan melakukan tingkah kekanan-kanakan.” Mama tersenyum.
“Semalam pakaian Lee basah semua.” Papa menyelesaikan sarapannya dan menuju ruangan depan untuk menikmati udara pagi yang menyegarkan.
“Aku akan bertanya pada Oppa.” Yuna berdiri.
“Yuna, habiskan sarapan kamu.” Mama menahan tangan Yuna.
“Baiklah.” Yuna kembali duduk dan menghabiskan makanannya.
“Anak baik, Bibi akan menemui Lee.” Mama Lee mengusap kepala Yuna.
“Sayang, apa yang kamu lakukan pada teman Yuna?” tanya Mama menepuk pundak Lee dari belakang.
“Tidak ada Ma, aku bukan anak kecil yang nakal.” Lee tersenyum.
“Apa di amenyatakan cinta pada putra tampanku?” Mama mencubit hidung Lee.
“Ma, aku bukan anak kecil.” Lee mengusap hidungnya.
“Ah, benar dan kenapa kamu belum menikah di usia yang sudha dewasa ini?” Mama menatap tajam pada Lee.
“Aku masih menikmati karier ku.” Lee duduk di kursi taman bawah pohon.
“Kapan kamu akan membantu Papa mengurusi perusahaan?” Mama duduk di samping Lee.
“Aku membantu papa tanpa harus datang ke perusahaan.” Lee merebahkan tubuhnya di kursi malas.
“Maksuk kamu?” Mama bingung.
“Mama bisa tanya papa.” Lee menatap lembut pada Mamanya.
“Baiklah Sayang, Mama akan tanyakan pada Papa.” Mama mencium dahi Lee dan berjalan menemui suaminya.
“Jika aku tidak melakukan ini, papa tidak akan membiarkan diriku tetap berada di dunia hiburan.” Lee memejamkan matanya dan tersenyum mengingat kenangan bersama Anna.
“Oppa, aku mau pulang.” Yuna berdiri di samping Lee.
“Aku akan ganti pakaian.” Lee segera beranjak dari kursi dan berlari ke kamarnya.
“Hey.” Yuna berteriak melihat Lee.
“Kenapa dia sangat bersemangat mengantarkan ku pulang?” Yuna bertanya pada dirinya sendiri dan segera berjalan menuju garasi mobil untuk menunggu Lee.
Tidak butuh waktu lama pria tampan idola seluruh wanita di dunia itu telah berpakaian rapi dengan masker menutupi wajahnya. Ia masuk ke dalam mobil yang telah di siapkan pelayan.
“Apa Oppa tidak sibuk?” Yunan duduk di kursi penumpang samping Lee.
“Setelah mengantarkan kamu aku mau ke tempat latihan.” Lee tersenyum dari balik maskernya.
“Bukankah Oppa sudah berhenti melakukan pelatihan tubuh.” Yuna memasang sabuk pengaman.
“Latihan unutk menjaga stamina tubuh.” Lee menjalankan mobil meninggalkan perkarangan yang sangat luas menuju rumah Yuna.
Mobil Lee memasuki halaman runah Yuna yang sangat sejuk dipenuhi pepohonan dan bunga, mobil putih telah berada di garasi dan pintu tertutup rapi. Yuna keluar dari mobil, ia tidak melihat motor hitam Anna.
“Sepertinya Anna sudah pergi.” Yuna segera membuka pintu dengan kunci yang ada pada dirinya.
“Kemana dia pergi?” Lee mengikuti Anna.
“Rumah nenek San.” Yuna masuk kedalam rumah dan menuju kamar, melihat barang-barang Anna yang tidak ada lagi.
“Ah, kenapa aku harus tertidur semalam.” Yuna duduk di tepi tempat tidur.
“Dimana rumah Nenek San?” Lee menatap Yuna.
“Kedai Mie San terkenal yang tidak jauh dari sini.” Yuna keluar dari kamar Anna dan berjalan menuju kamarnya untuk berganti pakaian.
“Aku akan pergi ke tempat latihan.” Lee keluar mengikuti Yuna.
“Terimakasih.” Yuna berteriak.
Mobil Lee telah melaju dengan kecepatan tinggi menuju tempat pelatihan beladiri yang ada di kota Muju-Gun bernama Taekwondowon. Selama di tempat ini selain mendapatkan pelatihan Taekwondo dan lainnnya, pengunjung juga dapat menikmati keindahan destinasi wisata lain yang berada di sekitar Kota Muju seperti Deogyusan National Part, Bandi Land, Korea Meoru Wine Cave, Anguksa Temple, Rajetongmmun, dan Muju Gucheondong Valley.
Taekwondo merupakan salah satu tradisi asal Korea yang juga diminati masyarakat global dan menjadi salah satu cabang olahraga di Olimpiade. Taekwondo memiliki nilai inti tercapainya suatu perubahan besar atau great change yang memadukan unsur spiritual dan latihan fisik.
Mobil lee memasuki kawasan Taekwondowon, ia telah ditunggu oleh seseorang yang telah menjadi asisiten dirinya selama pelatihan. Actor itu telah lama tidak datang ke tempat itu karena sangat siuk dengan dunia keartisannya dan mengurusi perusahaan yang bekerjasama dengan papanya.
“Selamat datang Tuan Muda.” Pria paruh baya menundukkan kepalanya memberi hormat.
“Terimakasih.” Lee berjalan masuk kedalam ruangan latihan diikuti assiten latihan.
Mereka berjalan melewati tempat latihan umum untuk masyarakat luas. Wanita dan pria di pisahkan oleh sebuah ruangan. Lee memiliki ruangan khusus dirinya agar tidak bertemu dengan para fans gila dan membuat kekacauan.
“Tuan Muda, sudah lama sekali anda tidak datang ketempat ini.” Pria itu tersenyum.
“Anda benar, ini mebuat tubuhku menjadi kaku.” Lee memperhatikan para siswa yang sedang berlatih.
“Bisa karena terbiasa, Tuan.” Pria itu menatap Lee dari belakang.
“Ya, tidak ada gunanya memiliki kemampuan beladiri jika tidak diasah dan dipakai, smeua ilmu akan terkubur tanpa arti.” Lee menghentikan langkah kakinya dan memutar tubuhnya.
“Paman, apakah kalian memiliki murid terbaik selain diriku?” tanya Lee.
“Tentu saja Tuan, ada tiga murid dan salah satunya adalah seorang wanita.” Pria itu tersenyum.
“Bagus, aku sangat ingin bertemu dengan tiga orang terbaik dan menguji kemampuan diriku.” Lee tersenyum dan melanjuktkan kembali langkah kakinya.