Motor sport hitam memasuki garasi, gadis cantik bertubuh mungil membuka helm dan turun dari motor, berjalan masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Anna melihat jam di tangannya, ia punya sedikit waktu untuk beristirahat dan pergi balapan.
“Anna, apa kamu tidur?” Nenek membuka pintu kamar Anna, ia melihat gadis itu sedang berganti pakaian.
“Halo Nenek.” Anna tersenyum.
“Kemarilah, kita makan siang bersama.” Nenek menarik tangan Anna, yang hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek sebatas lutut.
“Nenek, jika kita makan bersama, siapa yang akan menjaga Kedai?” tanya Anna.
“Duduklah.” Nenek mendorong tubuh Anna hingga duduk di atas bantal yang telah disiapkan sebagai alas.
“Baiklah aku akan menurut.” Anna tersenyum dan meneguk air putih yang ada di gelas.
“Kedai akan dijadikan lokasi syuting.” Nenek sangat bersemangat, kalimat itu membuat Anna tersedak karena terkejut.
“Nak, ada apa dengan dirimu, pelan-pelan.” Nenek mengusap punggung Anna.
“Bagaimana bisa?” Anna mengambil tisu dan membersihkan mulutnya.
“Makanlah, nanti kita akan berbicara lagi.” Nenek memberikan Anna nasi dan lauk pauk.
“Selama kedai di pakai sebagai lokasi syuting, biasanya pemilik akan dipindahkan untuk sementara.” Anna berbicara di dalam hati, selesai makan ia segera membereskan dan mencuci peralatan makan.
“Ternyata Nenek menutup kedai.” Anna membuka pintu kedai.
“Anna kemarilah.” Nenek menarik tangan duduk di ayunan berwarna putih dengan dihiasi bunga yang melilit pada tiang ayunan.
“Ada apa Nek?” Anna tersenyum, ia mengambil karet yang melingkar di pergelangan tangan dan mengikat rambut hitam bergelombang menjadi kuncir kuda.
“Selama mereka melakukan syuting kedai tidak dibuka untuk umum jadi Nenek dan kamu bisa beristirahat.” Nenek tersenyum.
“Bagaimana jika selama mereka syuting kita menginap di tempat lain?” Anna bersemangat.
“Kenapa? Mereka hanya menggunakan kedai kita tetap bisa tinggal di rumah.” Nenek mencubit pipi Anna.
“Apa yang harus aku lakukan agar tidak bertemu dengan para kru?” Anna memperhatikan sekeliling.
“Hmm, pasti mereka akan memasang penutup untuk pemisah kedai dan rumah.” Gadis itu tersenyum.
“Baiklah, aku berharap mereka hanya syuting di pagi hari.” Anna beranjak dari ayunan dan meregangkan tubuhnya.
“Apa hari ini kedai tidak buka?” Anna melihat Nenek.
“Ya, mereka akan mempersiapkan untuk pelaksanaan syuting drama.” Nenek berjalan kembali ke kedai.
“Nenek, aku akan pergi keluar.” Anna berlari dan memeluk wanita tua itu dari belakang.
“Pergilah, jaga diri.” Tangan keriput itu mengusap kepala Anna.
“Terimakasih.” Anna berlari ke kamar untuk mempersiapkan perlengkapan balapan.
Anna menggelung dan membungkus rambutnya dengan rapi, ia langsung menggunakan pakaian balapan dan mengintip Nenek San yang sedang beristirahat. Gadis itu keluar dari rumah dengan perlahan agar Nenek tidak melihat dirinya yang sudah seperti seorang lelaki.
“Apa kamu akan pergi balapan?” Leo menepuk pundak Anna.
“Ya Tuhan, sejak kapan Senior di sini?” tanya Anna.
“Baru saja.” Leo memperhatikan Anna.
“Apa Senior akan ikut?” Anna menggunakan helm.
“Ya, aku akan melihat dirimu.” Leo khawatir dengan gadis kecil itu.
Sebuah mobil putih berhenti tepat di samping Leo, Yuna tergesa-gesa keluar dari mobil dan berdiri di depan motor Anna.
“Apa yang kamu lakukan?” Anna membuka kaca helm.
“Apa kamu akan meninggalkan aku?” Yuna menatap tajam pada Anna.
“Kamu bisa ikut Senior Leo.” Anna tersenyum.
“Aku berangkat.” Anna menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi menuju lokasi balapan..
“Anna.” Yuna berteriak dengan cepat Leo menutup mulut gadis itu.
“Kamu bisa membangunkan Nenek San.” Leo berbisik.
“Masuklah!” Leo membukakan pintu untuk Yuna.
“Terimakasih.” Yuna tersenyum dan masuk ke dalam mobil, ia merawa wajahnya panas dan merona. Leo segera kembali ke mobilnya dan mengikuti Anna dari belakang. Pria itu sangat sibuk tetapi ia berusaha untuk bisa mengawasi gadis yang ia sukai
Anna sudah terbiasa ikut balapan, semua panitia tahu bahwa dirinya wanita tetapi tidak dengan para penonton, gadis dengan nama lengkap Anna Ariella menggunakan nama Ariel untuk balapan sehingga orang mengira bahwa dia pria kecil yang masih sangat muda.
Leo menatap Anna yang telah berada di lintasan balapan, ingin rasanya ia melarang gadis kecil itu mengikuti balapan yang sangat berbahaya dengan resiko kecelakaan dan bahkan kematian dengan membayar sejumlah uang yang sama dengan hadiah juara satu tetapi bukan uang yang menjadi fokus utama Anna melainkan ketegangan dan kabahagian melakukan balapan.
Sebuah motor sport berwarna merah berada tepat di samping Anna, seorang actor terkenal bernama Kim yang memiliki hobbi locomotif dan balapan tetapi telah lama vakum karena sibuk dengan syuting dan melakukan perjalanan keliling dunia. Pria itu melihat kearah Anna, ia memperhatikan tubuh kecil dan ramping berada di atas motor berwarna hitam dan besar.
Terdengar tembakan di udara, menandakan balapan telah dimulai. Teriak para wanita menyebutkan nama Ariel memberi semangat.
"Ariel." Yuna berteriak mengejutkan Leo.
“Ariel?” Leo menahan tangan Yuna yang meloncat-loncat di pinggir pembatas jalanan.
“Ya, ketika jadi pembalap maka Anna dipanggil Ariel.” Yuna tersenyum.
"Apa mereka tidak tahu Anna itu wanita?" tanya Leo.
"Mungkin." Yuna terlihat bersemangat.
Motor hitam terus melaju dengan kencang di atas lintasan balapan, Kim mulai kesal, ia telah meremehkan lawannya karena telah lama tidak ikut balapan, ia tidak tahu bahwa Anna telah menjadi bintang balapan sejak pria itu menggantungkan helm. Kim berusaha mengejar tetapi tertinggal jauh.
"Ariel." Teriakan semakin riuh, Anna berada pada posisi paling depan dan sendirian. Ia telah meninggal saingannya yaitu Kim. Pria itu sangat kesal, ia tidak percaya akan dikalahkan oleh pendatang baru dengan usia yang masih sangat muda.
"Aku penasaran dengan wajah pembalap bernama Ariel itu." Seorang pria berbicara di samping Leo dan Yuna.
"Kamu benar, yang aku tahu dia masih sangat muda, tubuhnya kecil tetapi berotot," sambung seorang lagi.
"Dia seorang wanita yang sangat cantik." Leo tersenyum. Balapan selesai, Anna sebagai pemenang dan Kim juara dua, mereka berada di podium tanpa membuka helm. Kim terus memperhatikan Anna, ia sangat penasaran dengan pria bertubuh kecil di sampingnya.
Para penonton berteriak meminta Anna membuka helmnya tetapi gadis itu hanya diam danseger aberjalan ke belakang podium. Kim mengkuti Anna dengan perlahan masuk ke ruangan khusus pembalap. Ia terkejut ketika melihat Anna membuka help dan pembungkus kepala. Rambut hitam bergelombang tergerai melewati bahu, gadis itu mengmabil karet dan mengikat kembali rambutnya memperlihat leher jenjang yang sangat menggoda.
“Kamu wanita.” Kim menarik tangan Anna memutar tubuh kecil itu menghadap dirinya.
“Apa yang kamu lakukan di ruanganku?” Anna menatap tajam pada pria yang mengunakan masker menutupi wajahnya sehingga ia tidak mengenali Kim.
“Gadis kedai.” Kim tersenyum memandang waja cantik Anna.
“Maaf, aku hanya mau mengucapkan selamat untuk dirimu, aku tidak percaya ternyata kamu seorang wanita.” Kim mendekat wajahnya.
“Terimakasih, kamu bisa keluar dari ruanganku.” Anna mendorong tubuh Kim, ia membuka pakaian balab dan memasukan ke dalam tas. Tubuh kecil dan seksi yang hanya menggunakan kaos tanpa lengan memperlihatkan lekukan yang indah.
“Kenapa kamu mengikuti balapan?” Kim berbisik di telinga Anna.
“Aku menyukainya dan menjauhlah dariku!” Anna menghindari Kim dan mengeringkan keringat di lehernya.
“Anna ku sayang.” Yuna berteriak dan memeluk tubuh sahabatnya.
“Yuna lepaskan, aku berkeringat.” Anna mendorong tubuh Yuna.
“Yuna, sepupu Lee, apa mereka berteman?” Kim berbicara di dalam hatinya.
“Anna apa kamu sudah selesai berganti pakaian?” Leo tersenyum dan masuk ke dalam ruangan.
“Ya, aku sudah selesai kita bisa pulang.” Anna melihat sekilas pada Kim dan berlalu keluar.
“Aku akan membawakan untuk kamu.” Leo mengambil tas dari tangan Anna.
“Hey, apa yang kamu lakukan di ruangan Anna?” tanya Yuna pada Kim yang segera keluar dari ruangan.
“Pria Aneh.” Yuna segera menyusul Leo dan Anna.
Leo memasukan semua perlengkapan Anna kedalam mobilnya dan memebrikan jaket kulit kepada gadis yang aka pulang dengan motornya.
“Anna pelan-pelan saja.” Yuna melambaikan tangannya pada Anna.
“Siapa pria tadi?” tanya Leo pada Yuna.
“Sepertinya yang menjadi juara dua pada balapan tadi.” Yuna masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengaman.
“Oh, aku pikir Anna mengenalinya.” Leo tersenyum.
“Anna tidak punya waktu untuk berkenalan dengan banyak pria yang mengaguminya.” Yuna melirik Leo.
“Itu bagus.” Leo segera menjalankan mobilnya.
Anna mengendarai motornya dengan santai, Kim mengikuti Anna hingga sampai di Kedai. Pria itu menghentikan motornya di tepi jalan, melihat mobil Leo masuk ke dalam perkarangan rumah nenek San.
“Hebat.” Kim tersenyum, motornya melaju membelah jalanan dengan kecepatan tinggi kembali ke rumah mewah milik keluarga Kim.