MBIS - 2

1925 Kata
“Tolong bawa laporan yang saya minta kemarin ke ruangan saya ya Naomi.” Kata Albara kepada sekretarisnya itu ketika baru keluar dari ruangan rapat. “Baik Pak.” Jawab Naomi dengan tegas. Albara langsung saja masuk ke dalam ruangan kerjanya membuat Reva bingung melihat bossnya itu. “Mbak, itu yang namanya Pak Albara?” Tanya Reva penasaran. “Iya, kenapa? Kamu suka ya?” Goda Naomi, Reva menggelengkan kepalanya dengan keras. “Enggak kok Mbak, hanya saya pikir Pak Albara itu udah tua. Ternyata masih terlihat muda ya, emang umurnya berapa Mbak?” Tanya Reva penasaran. “Umur Pak Albara udah tiga puluh delapan tahun, tapi enggak kayak umur segitukan? Awet mudakan?” Reva menganggukkan kepalanya menjetujui perkataan Naomi. “Iya bener kelihatannya masih muda banget, nggak cocok jadi CEO loh Mbak.” Naomi tertawa dengan kepolosan Reva. “Tapi udah nikahkan Mbak?” Tanya Reva lagi. “Menurut kamu aja gimana, udah nikah belum?” Tanya Naomi pada Reva. “Hmm kayaknya sih udah Mbak, nggak mungkin Pak Albara masih single di umur segitu. Apalagi Pak Albara udah sukses dan ganteng lagi.” Puji Reva membuat Naomi tertawa. “Pak Albara itu b—” TRINGGGGG Bunyi telephone di meja kerja Naomi berdering, sehingga membuat Naomi harus menghentikan pembicaraannya. Naomi akhirnya langsung mengangkat telephone tersebut. “Hallo, dengan Naomi sekretaris Pak Albara.” Sapa Naomi dengan cepat. “Ini saya.” Naomi langsung tahu bahwa itu Albara. “Tolong kamu ke bawah, anak saya ada di bawah ketemu sama saya. Tolong kamu bawa kesini ya, sekalian pesankan makanan untuk kami.” Pesan Albara. “Baik Pak, akan saya pesankan.” Setelah itu sambungan tersebut langsung dimatikan. “Saya ke bawah dulu ya di suruh Pak Albara.” Naomi segera turun ke bawah meninggalkan Reva yang terdiam. Reva akhirnya kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Tak lama setelah itu Naomi segera naik ke atas tetapi tidak sendiri, karena Naomi sudah naik sambil menggandeng anak perempuan yang lucu dan menggemaskan. Nama anak tersebut Alana Bagaswara, keponakan Albara. Alana anak dari adik perempuannya, Vanya Pradipta. Albara dengan Alana sangat dekat, bahkan Alana memanggil Albara dengan sebutan ‘Ayah’. Bagi Albara, Alana sudah di anggapnya seperti anak kandungnya sendiri. Maka orang-orang tahu kalau Alana itu adalah anaknya dan Alana sangat sering main ke kantor Albara. Karena Alana sangat manja sekali pada Albara. “Ayah udah makan belum Tante? Ayah lagi nggak banyak kerjaankan Tante? Nanti Alana kesal kalau Ayah malah sibuk kerjain kerjaan dibandingkan main sama Alana.” Protes Alana dengan sangat lucu membuat Naomi tertawa. Reva mendengar pembicaraan dan mereka, bahkan Reva mengambil kesimpulan bahwa anak yang di bawa Noami itu adalah anak dari Albara. “Tadi sih kerjannya Ayah udah beres sebagian, nggak tahu nanti ya.” Jawab Naomi bijak. “Ihh Tante ada temennya. Hai Tanteee, kenalin aku Alana anaknya Ayah Albara.” Sapa Alana ramah pada Reva. “Haii Alana, perkenalkan nama Tante Reva. Kamu cantik banget sih, kelas berapa?” Tanya Reva ramah. “Alana udah kelas dua SD sekarang Tante, hebatkan?” Kata Alana dengan riang. “Wahhhh hebat, kamu mau ketemu sama Ayah ya?” Tanya Reva lagi membuat Alana menganggukkan kepalanya. “Iya Tante, nanti kita main ya. Alana mau ketemu sama Ayah dulu.” Reva menganggukkan kepalanya. “Okedeh.” Jawab Reva. Alana masuk ke dalam ruang Albara, saat pintu di buka Alana langsung saja berteriak. “Ayahhhhhhhh!” Pekik Alana dan akhirnya berlari. Pintu langsung Naomi tutup sambil ikut masuk ke dalam untuk mempersiapkan makanan untuk Alana seperti biasa. Bagi Naomi sudah biasa mempersiapkan semuanya keperluan Albara itu. Reva yang melihat Alana seperti itu mengingatkan bagaimana dirinya juga sangat manja pada Rezkan. Dulu saat Reva datang ke kantor Papanya maka ia juga akan bersikap sama seperti Alana. Hal itu membuat Reva akhirnya merindukan Papanya, padahal baru saja ia bertemu dengan Papanya tadi pagi. Melihat bagaimana Alana yang sangat cantik membuat Reva berpikir bahwa istri dari Albara pasti sangat cantik sekali. Karena Alana anak yang baik, ramah dan cantik. Maka Reva berpikir bahwa istri Albara juga mempunyai sifat yang sama seperti istri Albara. Sama seperti dirinya yang sangat mirip pada Mamanya Sheeva. Reva tersenyum mengingat hal itu dan akhirnya kembali melanjutkan pekerjaannya kembali yang sudah di berikan Naomi padanya.   ***** Setelah jam makan siang berlalu Reva kembali melanjutkan pekerjannya. Tadi saat makan siang Reva makan siang bersama Naomi dan akhirnya Reva diperkenalkan para karyawan yang lain. Banyak yang suka pada Reva, terutama kaum adam yang masih single. Banyak yang secara terang-terangan menaruh kekaguman pada Reva. Karena emang dasar Reva yang tak biasa di perlakukan seperti itu karena selama ini dia dijaga ketat oleh kedua saudara laki-lakinya maka menganggap berbeda. Banyak yang meminta nomer Reva secara pribadi, karena Reva memang orang yang sangat cantik dan anggun. Para Wanita saja suka melihat bagaimana perawakan Reva yang anggun dan ramah. Hadirnya Reva di kantor mereka membuat suatu hal yang baru dan ada kesegaran yang baru. “Reva, tolong ini kamu antar berkas ini ke ruangan Pak Albara ya. Sekalian minta tanda tangannya Pak Albara ya.” Kata Naomi sambil memberikan beberapa berkas pada Reva. “Baik Mbak.” Reva segera mengambil berkas tersebut dan menuju ruangan Albara. Reva mengetuk pintu ruangan Albara, dan ketika di perbolehkan masuk barulah Reva membuka pintu tersebut. “Saya ingin memberi laporan Pak.” Kata Reva ramah sambil berjalan mendekati Albara. Pria itu mengalihkan pandangannya dari laptop kearah Reva dan tersenyum menyambut Reva. “Bagaimana hari pertama bekerja disini?” Tanya Albara ramah. “Baik Pak, makasih ya Pak udah menempatkan saya di posisi ini. Katanya ini permintaan Bapak langsungkan? Saya nggak nyangka loh Pak, padahalkan saya nggak kenal sama Bapak. Tapi Bapak udah baik sama saya, makasih banyak ya Pak.” Ucap Reva tulus, Albara tertawa mendengar hal itu. “Santai saja, oh iya saat berdua seperti ini jangan panggil saya Bapak dong. Panggil saya dengan sebutan lain bisakan?” Goda Albara sambil menaik turunkan alisnya pada Reva. Seketika kening Reva mengerut bingung karena permintaan Albara itu. “Maksudnya gimana ya Pak? Kenapa saya nggak boleh panggil Bapak? Emang saya harus panggil Bapak apa?” Tanya Reva bingung. “Bisa panggil Mas aja gitu? Biar bisa lebih dekat, saat kita berdua kayak gini aja. Kalau lagi ramai atau di depan karyawan lain panggil Bapak aja kayak biasa. Saya mau kenal kamu jauh lebih dekat.” Seketika raut wajah Reva berubah mendengar pernyataan Albara tersebut. “Bapak jangan aneh-aneh deh Pak, saya nggak bisa panggil Bapak dengan sebutan itu. Saya juga nggak mau kenal dekat sama Bapak, karena Bapak itu atasan saya. Saya anggap Bapak itu sebatas atasan saya saja tidak lebih, jadi saya akan tetap panggil Bapak dengan panggilan Bapak tidak yang lain.” Kata Reva dengan tegas, Albara tersenyum mendengar jawaban Reva dan bersandar pada kursinya. “Kenapa kamu tidak mau kenal dekat dengan saya? Apa saya ada salah sama kamu? Bukannya tadi kamu memuji saya mengatakan kalau saya baik karena menempatkan posisi kamu yang sekarang?” Tanya Albara dengan senyuman yang selalu diberikannya pada semua orang. “Iya Pak, tapi bukan berarti saya punya maksud lain Pak. Saya tidak mau kenal dekat dengan Bapak secara pribadi, saya hanya mau mengenal Bapak sebatas atasan saya saja cukup.” Jawab Reva dengan mantap. “Iya alasannya apa? Saya tahu kamu masih mudah, saya lihat berkas kamu tadi. Saya tidak terlihat tua, walaupun umur saya udah cukup matang. Saya sudah sukses dan wajah saya juga tidak terlihat jelekkan? Lalu apa yang kamu pertimbangkan sekarang?” Kata Albara dengan percaya diri. “Bagaimana laporannya Pak udah di periksa? Tolong di tanda tangani Pak, pekerjaan saya masih ada yang harus saya selesaikan.” Kata Reva mengalihkan membuat Albara tertawa. “Kamu menolak saya ya?” Tanya Albara sambil mengambil pulpen. “Disini Pak di tanda tangani,” Kata Reva sambil menunjukkan arah yang tepat. Albara hendak ingin menyentuh tangan Reva, namun Wanita itu lebih cepat sadar dan segera menarik tangannya dengan cepat sebelum Albara menyentuhnya. Albara tersenyum melihat penolakan Reva itu dan segera mendatangani berkas yang ada. Reva langsung saja mengambil berkas yang sudah di tanda tangani Albara itu. “Terimakasih Pak.” Jawav Reva dan berbalik. “Reva, tunggu.” Tahan Albara membuat Reva kembali berbalik. “Apa alasan kamu menolak saya?” Tanya Albara lagi membuat Reva tanpa sadar menghembuskan nafasnya sadar. “Saya permisi Pak.” Pamit Reva dan segera berjalan dengan cepat keluar dari ruangan Albara. Pria itu melihat Reva yang segera kabur darinya langsung saja tertawa melihat Reva yang menolaknya secara terang-terangan. Melihat bagaimana Reva menolak Albara secara terang-terangan membuat pria itu semakin semangat untuk mendapatkan Reva. Ia tidak akan pernah menyerah begitu saja walau sudah di tolak sekali. Albara semakin semangat karena baru Revalah yang berani menolaknya. Selama ini tidak ada perempuan yang berani menolak Albara. Tetapi tidak dengan Reva yang menolaknya dan tidak tertarik sama sekali padanya. Para Wanita biasanya berlomba untuk berada di sampingnya. Bahkan semua orang ingin menjadi kekasih Albara, bahkan menjadi simpanan pun jadi. Tetapi Reva malah menolak ketika Albara serius ingin mengenal dirinya secara pribadi. Hal itu semakin membuat Albara terpacu untuk mendapatkan Reva. Kalau Albara semakin berpacu untuk mendapatkan Reva, maka ceritanya akan berbeda dengan Reva yang akhirnya kesal karena tingkah Albara itu. menurutnya Albara sangat genit sekali menggodanya seperti itu. Pria murahan dan playboy sekali pikirnya. Karena menurutnya Albara sudah mempunya istri dan anak tetapi masih saja menggoda Wanita lain. Pria yang tak pernah puas dengan satu Wanita. Mata keranjang, yang suka berselingkuh. Apalagi Wanita muda kayak Reva, mengingat hal itu Reva kesal dan menghentakkan kakinya setelah keluar dari ruangan Albara membuat Naomi menatap Reva dengan bingung. “Kamu kenapa mukanya kesal kayak gitu?” Tanya Naomi penasaran. “Aku kesal banget deh Mbak sama Pak Albara, sumpah ya genit banget asli. Apaan sih ihhh kesel banget.” Reva melipat tangannya di depan d**a. “Yaampun Pak Albara itu baik, nggak genit. Emang Pak Albara gitu pembawaannya, makin lama kamu juga bakalan bisa kenal sama Pak Albara kok,” Reva menggelengkan kepalanya. “Enggak! Aku nggak suka lihat Pak Albara!” Kata Reva dengan kesal. Reva jadi merasa menyesal karena sudah memuji Albara. Ternyata sifat Albara sangat berbeda dengan apa yang dipikirkannya. Hal itu membuat Reva jadi menyesal ada di posisi ini sekarang. Walaupun Reva tidak pernah mengenal pria secara pribadi secara dekat, tetapi ia tahu bahwa niat Albara sangat tidak baik padanya. Kedua saudara laki-lakinya juga sudah mengajarkan padanya mana pria yang baik dan yang buruk. Albara salah satu pria yang buruk menurutnya, sehingga Reva menyesal mengenal Albara. Bahkan kalau bisa memilih lebih baik ia menjadi karyawan biasa saja dari pada harus menjadi sekretaris Albara, karena ia akan terus bertemu dengan pria itu. Tetapi bagaimana lagi? Ia tidak bisa mundur sekarang, karena ia sudah sepakat berada di posisi ini. Reva tidak menyangka kalau dirinya akan diperlakukan seperti ini. Tadinya ia berpikir Albara orang yang dewasa, bertanggungjawab, berwibawa seperti Papanya. Tetapi ternyata dia salah, malah Albara dan Papanya Rezkan mempunyai sifat yang sangat berbanding terbalik sekali. Ia tidak menyangka kalau akhirnya mendapatkan Boss yang sangat mengesalkan seperti itu. Pdahal ini hari pertama baginya, tetapi sudah kesal seperti ini. Bagaimana hari-harinya beberapa bulan ke depan kalau harus melihat Albara seperti itu menjadi beban bagi Reva. Reva langsung mengambil handphonenya untuk mengetikkan pesan disana dan dikirimkannya kepada sahabatnya Kama Nayaka. Kama sahabat dekatnya yang selalu menjadi tempat curahan hati Reva, maka saat ini ia menyampaikan keluh kesahnya pada sahabatnya itu. Bagaimana pengalamannya magang di tempat itu ia sampaikan semuanya agar hatinya lega. Sampe rumahd itanyai kekmana bossnya negeselin udh ngerjain udh tua lagi sok bgt  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN