8 ~ Perasaan Edgar

1039 Kata
Sebetik rasa khawatir, udah bisa jadi pertanda, kalo kamu mulai membuka ruang untuknya. - FMDE 10 Juli 2014 Seisi sekolah gempar dengan isi konten di timeline sekolah tentang Ara dan Elang yang kini menjadi trending topic hangat, sehangat dekapan mantan. Oke. Lupakan!  Terlebih lagi dengan para fangirl Elang dan Renatta tentunya. "Heh b***h! Udah bener-bener ya kelakuan elo!!" bentak Renatta ketika mendatangi kelas Ara ketika bel pulang sekolah berbunyi. Namun seperti biasa, Ara hanya diam saja dan sibuk membereskan peralatan sekolahnya. Renatta yang sudah benar-benar panas dengan Ara kemudian menarik rambut dan tubuh Ara ke kamar mandi di ujung koridor, dibantu oleh beberapa teman Renatta, membuat Ara terkejut setengah mati. Dirasakan kepala Ara tiba-tiba sangat pusing. Sakit itu kembali muncul membuat d**a Ara sesak dan sulit bernafas apalagi berteriak, disusul dengan mata Ara yang kemudian memerah, melenyapkan kekuatan Ara, sehingga cewek itu dengan sangat mudah diseret oleh Renatta. Sesampainya di kamar mandi, Renatta langsung mendorong Ara masuk kedalam bilik kamar mandi dan menyiramnya dengan air sambil terus menjambak rambutnya, membuat Ara memejamkan matanya ketakutan hingga hampir kehilangan kesadarannya. "Ayah maafin Ara ayah. Maafin Ara." Ara bergumam sangat kecil disela-sela nafasnya yang tersendat-sendat sehingga Renatta tidak mendengarnya. "Dengerin gue! Lo ga bakal bisa selamat kalo macem-macem sama Elang! Dan sekarang, gue lagi berbaik hati nggak ngebunuh elo di sini. Lain waktu, liat aja!" ancam Renatta tepat di telinga Ara yang sudah terkulai lemas. Setelahnya, Renatta langsung keluar dari kamar mandi dan mengunci pintunya. "Rasain karena udah berani-beraninya ga takut sama ancaman gue!" kata Renatta sambil menendang pintunya keras yang menimbulkan bunyi berdebam sangat kuat. .... Sudah lima belas menit berlalu sejak Elang menunggu Ara di parkiran ditemani Edgar. "Elang lo ngapain sih disini? Kayak ga ada kerjaan aja. Ayo cepet pulang!" ujar Edgar kesal. "Emang ada yang nyuruh elo nungguin gue?" ujar Elang datar. "Lo ga inget gue mau numpang nginep di apartemen elo. Kalo gue ga ada masalah ama nyokap gue tadi pagi, gabakal gue mau nungguin elo. Gue juga ga bawa motor b**o!" "Emang gue bilang gue mau ngebonceng elo?" tanya Elang dengan entengnya. "Dasar ketombe Ipin! Gue udah bilang dari pas dateng ke sekolah. Elo ngangguk aja yaudah gue kir--" Belum selesai Edgar bicara, perkataannya langsung terpotong dengan teriakan Elang. "Lif bentar!" teriak Elang. Namun Olif hanya menoleh sekilas kemudian tetap melanjutkan langkahnya. Elang tak tinggal diam, ia memegang lengan Olif kuat yang membuat Olif meringis. "Sakit!" pekik Olif berusaha melepas cengkraman Elang. "Ara mana?" tanya Elang langsung to the point, dan menyipitkan matanya menatap Olif. "Gue ga tau! Bukannya dia udah pulang?! Udah! Gue lagi buru-buru sekarang!" Olif hendak melanjutkan langkahnya, namun lagi-lagi Elang menahan lengannya. "Jangan bohong," ucap Elang dingin. Tapi tetap saja Olif diam dan lebih memilih menarik lengannya yang tertahan. "Gue ga bohong kali ini, dan gue bener-bener gatau Lang! Serius! Kalo gue ga ada kerjaan aja gue bakal ikut nyari," ujar Olif yang disambut dengusan Elang. Dengan cepat Olif menarik lengannya yang masih tertahan, kemudian melangkah pergi. "SIAL!" Elang meninju ke udara kosong. Tak berpikir lama, cowok itu langsung mengambil langkah menuju kelas Ara. Edgar yang sedari tadi hanya memperhatikan, langsung mengikuti Elang dari belakang. Edgar sebenarnya ingin bertanya, namun akhirnya mengurungkan niatnya ketika melihat tatapan Elang. Edgar tau tatapan itu, tatapan dingin yang mungkin hanya dimiliki oleh seorang Elang membuat Edgar tak berani bertanya. Setelah sampai dikelas Ara, Elang melihat ada satu meja dengan buku berceceran. Lalu ia mendekatinya yang ternyata sesuai dengan dugaan Elang sebelumnya. Edgar menunggu di luar kelas. Tak disengaja matanya menangkap sosok Renatta dengan kedua temannya yang keluar dari toilet di ujung koridor D. Edgar yang tahu keadaan apa yang sedang terjadi, langsung masuk dan berbicara pada Elang yang sedang merapikan buku dan alat tulis Ara. Edgar langsung berbisik di telinga Elang. Mengetahui hal tersebut, cowok itu langsung melesat menuju toilet. Dibukanya pintu toilet satu persatu yang menimbulkan bunyi berdebam, dibantu oleh Edgar. Saat Edgar membuka toilet paling ujung, terpampanglah tubuh Ara yang basah dan pucat, ditambah gemetar hebat pada tubuh cewek itu sambil menggigit jari tangannya, ketakutan. "Elang sini lo!" teriak Edgar yang langsung masuk ke dalam dan mengangkat tubuh Ara. Elang yang mendengar teriakan Edgar, langsung menuju ke arah Edgar yang kini terlihat tengah berusaha mengangkat Ara. Tapi cewek itu malah  memberontak sambil menjerit.  "Iya ayah. Maafin Ara. Maafin Ara. Ara bakal cari uang lagi, ayah. Ara janji," ucap Grey sambil menutupi mukanya dengan kedua tangannya. Terlihat benar-benar ketakutan. Elang yang mendengar itu langsung terkejut, tak terkecuali Edgar. Edgr yang pertama kali mendengar itu, seperti berusaha mencerna kata-kata yang keluar dari mulut Ara.  Namun, beda bagi Elang yang sudah kedua kalinya mendengar kata-kata itu. 'Ini benar-benar trauma,' batinnya. Elang lalu menyuruh Edgar mundur, dan dengan sigap ia langsung memeluk Ara. "Hey tenanglah, ini aku Elang," bisiknya di telinga Ara. Namun Ara masih memberontak dengan memukul-mukul punggung Elang. Setelah hampir lima menit aksi mukul-memukul dirasakan Elang kekuatannya semakin melemah. Elang langsung melepaskan pelukannya dan melihat Ara menutup kedua matanya. "Pingsan," gumam Elang, kemudian langsung mengangkat tubuh Ara keluar. Edgar yang sedari tadi memperhatikan tetap tidak bergerak melihat yang terjadi di depannya ini. 'Deg!' perasaan itu muncul di d**a Edgar tiba-tiba. Keterlamunan Edgar langsung pecah ketika Elang menggendong badan Ara keluar dari kamar mandi, membuat Edgar menepi. "Gar, lo udah telepon Mang Ujang?" tanya Elang. Edgar sontak terkejut. "Emang tadi lo nyuruh gue?" tanya Edgar terlihat bingung. "Emang kurang jelas apaan sih gue tadi ngomong!" bentak Elang kesal. "Yaudah! Lo telepon taksi aja. Suruh cepet! Lu bawa motor gue ke apartemen." Edgar langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi taksi. ... Elang membopong badan Ara yang kecil dengan mudah sampai ke tempat tidurnya. Mata Ara masih terpejam sampai sekarang yang membuat Elang sedikit khawatir. Edgar yang sudah datang lebih dulu langsung menyiapkan makanan di dapur. Ngomong-ngomong, Edgar sangat pandai memasak, karena kedua orang tuanya yang mempunyai banyak restoran. Tentu saja baju Ara yang basah tadi juga ikut membasahi baju yang dikenakan oleh Elang. Namun detik selanjutnya Elang bingung, bagaimana mengganti baju Ara yang basah tersebut. "Gunting ajalah sambil merem. Gapapa kali ya?" tiba-tiba ide bodoh Elang yang sedang kepepet muncul. Elang mengambil gunting di nakas, bermaksud mulai memotong baju Ara dengan sangat yang sangat pelan. Tiba-tiba ada yang mencengkram tangan Elang. "Gila lo ya! Kalo kena muka bahaya b**o!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN